Assalammu alaikum.
Ustadz, ana siswi sekolah menengah. Ana
ingin tahu tentang valentine menurut Islam. Karena ana melihat valentine
sebagai hari pacaran sedunia yang diperingati bukan hanya oleh sepihak agama
saja tetapi telah merambah ke Islam. Mohon jawabannya, jazakallah....
Wassalam
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Di dalam Islam tidak ada valentine, sebab
kata valentine itu merupakan istilah impor dari agama di luar Islam. Bahkan
latar belakang sejarah dan esensinya pun tidak sejalan dengan Islam.
Namun kalau yang anda inginkan adalah
perwujudan rasa kasih sayang menurut syariah Islam, tentu saja Islam merupakan
'gudang' nya kasih sayang. Tidak sebatas pada orang-orang terkasih saja, bahkan
kasih sayang kepada semua orang. Bahkan hewan pun termasuk yang mendapatkan
kasih sayang.
Cinta kepada Kekasih
Kasih sayang kepada orang terkasih pun ada
di dalam Islam, bahkan menyayangi pasangan kita dinilai sebagai ibadah. Ketika
seorang wanita memberikan seluruh cintanya kepada laki-laki yang dicintainya,
maka Allah pun mencurahkan kasih sayang-Nya kepada wanita itu. Hal yang sama
berlaku sebaliknya.
Namun kasih sayang antara dua insan di dalam
Islam hanya terjadi dan dibenarkan dalam ikatan yang kuat. Di mana laki-laki
telah berjanji di depan 2 orang saksi. Janji itu bukan diucapkan kepada si
wanita semata, melainkan juga kepada orang yang palingbertanggung-jawab atas
diri wanita itu, yaitu sang ayah. Ikatan ini telah menjadikan pasangan laki dan
wanita ini sebagai sebuah keluarga. Sebuah ikatan suami istri.
Adapun bila belum ada ikatan, maka akan
sia-sia sajalah curahan rasa kasih sayang itu. Sebab salah satu pihak atau
malah dua-duanya sangat punya kemungkinan besar untuk mengkhianati cinta
mereka. Pasangan mesra di luar nikah tidak lain hanyalah cinta sesaat, bahkan
bukan cinta melainkan birahi dan libido semata, namun berkedok kata cinta.
Dan Islam tidak kenal cinta di luar nikah,
karena esensinya hanya cinta palsu, cinta yang tidak terkait dengan konsekuensi
dan tanggung-jawab, cinta murahan dan -sejujurnya- tidak berhak menyandang kata
cinta.
Cinta kepada Sesama
Di luar cinta kepada pasangan hidup,
sesungguhnya masih banyak bentuk kasih sayang Islam kepada sesama manusia.
Antara lain bahwa Islam melarang manusia saling berbunuhan, menyakiti orang
lain, bergunjing, mengadu domba atau pun sekedar mengambil harta orang lain
dengan cara yang batil.
Bandingkan dengan peradaban barat yang
sampai hari duduk di kursi terdepat sebagai jagal yang telah membunuh berjuta
nyawa manusia. Bukankah suku Indian di benua Amerika nyaris punah ditembaki
hidup-hidup? Bukankah suku Aborigin di benua Australia pun sama nasibnya?
Membunuh satu nyawa di dalam Islam sama saja
membunuh semua manusia. Bandingkan dengan jutaan nyawa melayang akibat perang
dunia I dan II. Silahkan hitung sendiri berapa nyawa manusia melayang begitu
saja akibat ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki?
Silahkan buka lembaran sejarah, siapakah
yang dengan bangga bercerita kepada anak cucunya bahwa nenek moyang mereka
berhasil membanjiri masjid Al-Aqsha dengan genangan darah muslimin, sehingga
banjir darah di masjid itu sebatas lutut kuda?
Di awal tahun 90-an, kita masih ingat
bagaimana Serbia telah menyembelih umat Islam di Bosnia, anak-anak mati
ditembaki. Bahkan janin bayi di dalam perut ibunya dikeluarkan dengan paksa dan
dijadikan bola tendang. Bayangkan, kebiadaban apa lagi yang bisa menandinginya?
Sesungguhnya peradaban barat itu
bertqanggung jawab atas semua ini. Tangan mereka kotor dengan darah manusia,
korban nafsu angkara murka.
Kasih sayang yang sesungguhnya hanya ada di
dalam Islam. Sebuah agama yang terbukti secara pasti telah berhasil menjamin
keamanan Palestina selama 14 abad lamanya. Di mana tiga agama besar dunia bisa
hidup akur, rukun dan damai. Palestina baru kembali ke pergolakannya justru
setelah kaum yahudi menjajahnya di tahun 1948.
Bahkan gereja Eropa di masa kegelapan (Dark
Ages) pun tidak bisa melepaskan diri dari cipratan darah manusia, ketika mereka
mengeksekusi para ilmuwan yang dianggap menentang doktrin gereja. Tanyakan
kepadaGalileo Galilei, juga kepada Copernicus, apa yang dilakukan geraja kepada
mereka? Apa yang menyebabkan kematian mereka? Atas dosa apa keduanya harus
dieksekusi? Keduanya mati lantaran mengungkapkan kebenaran ilmu pengetahuan,
sedangkan ilmu pengetahuandianggap tidak sesuai dengan kebohongan gereja.
Kalau kepada ilmuwan gereja merasa berhak
untuk membunuhnya, apatah lagi dengan orang kebanyakan. Lihatlah bagaimana
pemuda Eropa dikerahkan untuk sebuah perang sia-sia ke negeri Islam, perang
salib. Lihatlah bagaimana nyawa para pemuda itu mati konyol, karena dibohongi
untuk mendapatkan surat pengampunan dosa, bila mau merebut Al-Aqsha.
Sejarah kedua agama itu, berikut sejarah
Eropa di masa lalu kelam dan bau anyir darah. Sejarah hitam nan legam...
Bandingkan dengan sejarah Islam, di mana
anak-anak bermain dengan bebas di taman-taman kota, meski orang tua mereka lain
agama. Bandingkan dengan sejarah perluasan masjid di Mesir yang tidak berdaya
lantaran tetangga masjid yang bukan muslim keberatan tanahnya digusur.
Bandingkan dengan pengembalian uang jizyah kepada pemeluk agama Nasrani oleh
panglima Abu Ubaidah Ibnul Jarah, lantaran merasa tidak sanggup menjamin
keamanan negeri.
Siapakah yang menampung pengungsi Yahudi
ketika diusir dari Spanyol oleh rejim Kristen? Tidak ada satu pun negara yang
mau menampung pelarian Yahudi saat itu, kecuali khilafah Turki Utsmani. Sebab
meski tidak seagama, Islam selalu memandang pemeluk agama lain sebagai manusia
juga. Mereka harus dilindungi, diberi hak-haknya, diberi makan, pakaian dan
tempat tinggal layak. Syaratnya hanya satu, jangan perangi umat Islam. Dan itu
adalah syarat yang teramat mudah.
Maka kalau kita bicara cinta dan kasih
sayang, Islam lah bukti nyatanya.
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi
wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.
Sumber : http://www.rumahfiqih.com/