Tutuplah aurat walaupun akhlak belum baik, Sholatlah walaupun belum bisa Khusyu, Hindarilah pacaran walaupun ada niat menikahinya, Bacalah Al-Qur'an walaupun tidak tau artinya.. Inshaa Allah jika Terus menerus, hal yang lebih baik akan kita dapatkan...

Selasa, 10 Juni 2014

Orang Yang Memerintahkan Anak-anaknya Agar Membakarnya Setelah Dia Mati

PENGANTAR
Ini adalah kisah seorang laki-laki yang tenggelam di dalam dosa-dosa sepanjang hidupnya. Dia baru tersadar ketika Malaikat maut mengetuk pintunya dan mengajaknya untuk menghadap Tuhannya. Dia sangat ketakutan terhadap siksa Allah. Dia sadar bahwa dia tidak akan selamat dari Tuhannya, pada saat dia berdiri di hadapan-Nya. Dosa-dosanya menumpuk, dan kebaikan-kebaikannya nihil. Dia ingin berlari dari adzab-Nya.
Satu-satunya jalan, menurutnya, adalah dengan membakar jasadnya setelah mati lalu abunya ditebar di laut dan di darat. Sebuah ide aneh yang mengisyaratkan dua perkara yang kontradiktif. Ketakutannya yang besar terhadap adzab Allah, ini termasuk ibadah besar. Dan ketidaktahuannya terhadap kodrat Allah, ini termasuk dosa besar. Allah memaklumi kebodohannya dan mengampuninya karena besarnya rasa takut yang dimilikinya.


NASH HADIS
Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, "Seorang laki-laki yang belum pernah berbuat kebaikan apa pun berpesan kepada keluarganya: Jika dia mati, maka hendaknya mereka membakarnya lalu separuh abunya ditebar di daratan dan separuh lagi di lautan. Demi Allah, jika Allah mampu mengembalikannya, niscaya dia akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah ditimpakan kepada siapa pun di dunia. Ketika laki-laki itu mati, mereka melakukan apa yang dipesankannya. Lalu Allah memerintahkan daratan agar mengumpulkannya dan memerintahkan lautan agar mengumpulkannya pula.
Kemudian Allah bertanya, 'Mengapa kamu melakukan itu?' Dia menjawab, 'Karena takut kepada-Mu, ya Rabbi, dan Engkau lebih mengetahuinya.' Maka Allah mengampuninya."

TAKHRIJ HADIS
Riwayat ini dalam Shahih Muslim, 4/2111. Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah dan Abu Said Al-Khudri (no. 2756, 2757). Ada di Syarah Shahih Muslim Nawawi, 17/226.

Diriwayatkan oleh Bukhari di beberapa tempat dalam Shahih-nya. Bukhari meriwayatkannya dari Hudzaifah dalam Kitab Ahadisil Anbiya’, bab keterangan tentang Bani Israil, 6/494, no. 3452 (6/514, no. 3479). Dialam Kitabur Raqaq, bab takut kepada Allah (11/312), no. 6480.

Bukhari meriwayatkannya dari Abu Said Al-Khudri dalam Kitabul Anbiya’, 6/514 no. 3478: dalam Kitabur Raqaq, bab takut kepada Allah, 11312, no. 6481, dalam Kitabut Tauhid, bab firman Allah. "Mereka hendak merubah janji Allah." (QS. Al-Fath: 15), 13/466, no. 7508. Dia meriwayatkannya di bab ini dari Abu Hurairah, 13/466, no. 7506.


RIWAYAT-RIWAYAT HADIS DALAM SHAHIHAIN
Dalam sebagian riwayat hadis terdapat keterangan bahwa laki-laki ini memiliki harta dan anak-anak. Dalam Shahih Bukhari, "Bahwa seorang laki-laki sebelum kalian dilimpahi harta dan anak-anaknya."
Dalam riwayat lain, "Allah memberinya harta dan anakanak."  Dalam riwayat lain dengan lafadz Ù‡ تا sebagai ganti Ø¡Ø·Ø§Ù‡ Ø£. Dalam riwayat Muslim, "Allah memberinya harta dan anak." Dengan lafadz Ø´Ù‡ Ø±Ø§ (memberi).
Dalam sebagian riwayat dijelaskan bahwa dia mengucapkan ucapan itu ketika ajal mendatanginya.
Dalam riwayat lain, "Sesungguhnya seorang laki-laki ketika ajal mendatanginya, manakala dia berputus asa dari hidup."

Dalam sebagian riwayat dijelaskan "bahwa laki-laki ini berlebih-lebihan pada dirinya sendiri." Atau dia berlebih-lebihan kepada dirinya." Yakni, dia berlebih-lebihan dalam dosa dan kemaksiatan. Dalam sebagian riwayat, "Bahwa dia belum melakukan kebaikan apa pun." Atau, "Dia tidak menjalankan kebaikan apapun."
Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa laki-laki ini bertanya kepada anak-anaknya, "Menurut kalian, aku ini bapak yang bagaimana?" Mereka menjawab, "Sebaik-baik bapak."
Dan tentang perintah orang itu dalam riwayat yang aku sebutkan agar anak-anaknya membakarnya, kemudian menaburkan setengah abunya di daratan dan setengah lagi di lautan. Dalam sebuah riwayat, "Dia memerintahkan anak-anaknya untuk membakarnya, kemudian menebar debunya."
Dalam riwayat Muslim, "Bahwa dia memerintahkan mereka agar menaburkan abunya bersama dengan angin di laut." Dalam Shahih Bukhari, "Dia memerintahkan agar menaburkannya di laut pada waktu angin bertiup kencang."
Dalam riwayat Bukhari, "Pada hari dengan angin kencang." Dalam sebuah riwayat, bahwa dia mengancam anak-anaknya jika mereka tidak melaksanakan pesannya, ia akan memberikan harta warisan kepada orang lain: "Kalian harus melakukan perintahku, atau harta warisanku aku berikan kepada orang lain."

Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa dia menjelaskan apa yang harus mereka lakukan kepada dirinya, "Jika aku mati, maka kumpulkanlah kayu bakar yang banyak lalu nyalakan api. Jika api itu telah memakan dagingku dan sampai di tulangku, maka ambillah lalu tumbuklah.
Kemudian tebarkanlah di laut pada hari yang panas atau pada hari dengan angin yang kencang."
Dalam riwayat, "Jika aku mati, maka bakarlah aku. Jika aku telah menjadi arang, maka gilinglah – atau dia berkata, 'Tumbuklah atau haluskanlah,' Jika hari dengan angin kencang telah tiba, maka tebarkanlah aku padanya." Dalam riwayat, "Jika angin kencang tiba, maka tebarkanlah aku padanya."
Sebagian riwayat menjelaskan alasan dan tujuan pembakaran dirinya dan penaburan abunya adalah karena ingin lari dari adzab Allah. "Maka, demi Allah, jika Allah mampu mengembalikanku, niscaya Dia akan mengadzabku dengan adzab yang tidak ditimpakan kepada siapa pun."

Dalam riwayat yang aku sebutkan, "Lalu Allah memerintahkan daratan untuk mengumpulkan apa yang ada padanya dan memerintahkan laut untuk mengumpulkan apa yang ada padanya." Dalam riwayat lain terdapat keterangan tentang firman Allah kepada bumi, "Lalu Allah memerintahkan bumi, 'Kumpulkanlah apa yang ada padamu darinya.' Lalu bumi melakukan."
Dalam riwayat Muslim, "Allah berfirman kepada bumi, 'Kembalikan apa yang kamu ambil." Dalam riwayat, "Lalu Allah memerintahkan laut untuk mengumpulkan apa yang ada padanya dan memerintahkan daratan untuk mengumpulkan apa yang ada padanya."


PENJELASAN HADIS
Inilah kisah seorang laki-laki dengan limpahan harta di dunia dari Allah dan anak-anak, akan tetapi dia tidak bersyukur kepada Tuhannya atas nikmat-nikmat yang Dia berikan kepadanya. Sepanjang usianya dia tenggelam dalam dosa dan kemaksiatan. Ketika maut datang menjemput, dia teringat keadaannya kepada Tuhannya dan kemaksiatannya kepada-Nya. Dia sangat ketakutan.

Dia yakin, jika dia kembali kepada Allah, maka Dia akan menyiksanya dengan siksa yang berat. Maka dirinya membisikkan cara untuk lari menghindar dari adzab Allah. Akalnya menemukan cara berlari dari adzab itu. Dia memanggil anak-anaknya. Dia berbicara kepada mereka untuk mengingatkan jasa-jasanya kepada mereka. Dia bertanya, "Bapak seperti apa aku ini bagi kalian?" Mereka menjawab, "Sebaik-baik bapak."

Lalu laki-laki ini menyampaikan kegelisahan dan kecemasannya kepada anak-anaknya. Dia mengakui dosa-dosa dan kemaksiatan-kemaksiatannya. Dan jika Allah mampu, niscaya Dia akan mengadzabnya dengan adzab yang tidak tertandingi. Maka dia menyuruh anak-anaknya agar membakarnya dan menebarkan abunya di udara agar selamat dari adzab Allah. Dia menyangka Allah tidak mampu mengumpulkan dan menghidupkannya.

Laki-laki ini telah menyusun rencana untuk anak-anak tentang apa yang harus mereka lakukan terhadap dirinya setelah dia mati. Ringkasnya, mereka harus mengumpulkan kayu bakar, menyalakan api lalu membiarkannya di dalam api itu hingga menjadi arang, lalu sisanya digiling hingga menjadi abu, kemudian mereka harus menunggu hari yang panas dengan angin yang kencang. Setengah abunya ditebar ke laut dan setengahnya lagi ditebar di daratan. Dia mengira inilah taktik paling jitu. Maka Tuhannya tidak bisa mengembalikan dan menghidupkannya setelah apa yang dilakukan oleh anak-anaknya kepadanya.

Laki-laki yang patut dikasihani ini lalai bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu, bahwa Dia membangkitkan hamba-hamba-Nya pada hari Kiamat. Ada yang dimangsa oleh ikan-ikan lautan, ada yang diterkam oleh burung atau binatang buas di daratan, ada yang telah berubah menjadi tanah dan tanahnya menjadi bahan makanan bagi tumbuh-tumbuhan. Walaupun demikian, Allah mampu membangkitkan dan menghidupkan mereka. Allah mampu mengumpulkan mereka dari perut-perut ikan, burung, dan binatang buas. Firman Allah, 
"Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari Kiamat dengan sendiri-sendiri." (QS. Maryam: 93-95)

Laki-laki ini meminta kepada anak-anaknya agar berjanji melakukan apa yang dia wasiatkan. Dia mengancam mereka, jika tidak mau berjanji, ia akan mengalihkan harta warisan kepada orang lain. Maka anak-anaknya menyanggupi permintaannya dan bersumpah untuk melakukan untuknya.
Setelah laki-laki ini mati, anak-anaknya melakukan permintaan bapak mereka. Maka Allah memerintahkan bumi dan laut agar mengumpulkan serpihan-serpihannya. Lalu Dia berfirman, "Jadilah si fulan." Dia langsung berdiri. Ketika Allah bertanya mengapa dia memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan apa yang dilakukan, dia menjawab (dan Allah lebih tahu tentangnya), "Karena takut kepada-Mu." Maka Allah mengampuni dosa-dosanya karena rasa takutnya itu. Dia memaklumi dugaannya bahwa Allah tidak mampu mengembalikannya karena kebodohannya. Maha Suci Allah, Maha Pengampun lagi Maha Berkuasa.


PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
1. Takut kepada Allah termasuk derajat tertinggi orangorang shalih. Dengannya Allah mengampuni banyak dosa. Allah telah mengampuni dosa-dosa besar laki-laki ini, karena hatinya menyimpan rasa takut kepada Tuhannya.
2. Bisa jadi Allah memaafkan seseorang karena kebodohannya, sebagaimana Dia telah memaafkan laki-laki ini, yang mengira bahwa Allah tidak mampu membangkitkannya jika anak-anaknya menghamburkan abunya di angin yang kencang.
Sebagian ulama mengklaim bahwa laki-laki ini dikuasai oleh perasaan yang berlebih. Dia seperti seorang laki-laki yang salah karena saking bahagianya, lalu dia berucap, "Kamu adalah hambaku dan aku adalah tuhanmu." Klaim ini tidaklah benar.
3. Buktinya adalah wasiat yang dikatakan kepada anakanaknya begitu runtut. Hal ini menunjukkan bahwa dia memahami yang apa diucapkannya. Dia telah membuat program acara apa yang dilakukan oleh anak-anaknya, agar membakarnya, melembutkannya dan menebar debunya dengan cara yang cermat. Dia berbincang dengan anak-anaknya dan mengambil janji mereka. Semua itu menepis klaim bahwa dia tidak mengerti apa yang diucapkannya. Dan yang benar adalah bahwa Allah memaafkannya karena kebodohannya. Dan tidak boleh mengkafirkan orang bodoh seperti apa yang diduga oleh laki-laki ini dan diperintahkannya.
4. Kodrat Allah untuk membangkitkan dan menghidupkan. Allah telah memerintahkan bumi dan laut supaya mengumpulkan abu laki-laki ini yang telah berantakan. Allah pun memerintahkannya, maka kembalilah laki-laki itu seperti sedia kala. Dan begitulah Allah menghidupkan makhluk-makhluk pada hari Kiamat setelah tulang-tulang mereka lapuk dan tubuh mereka bercerai-berai.
5. Tidak boleh mengkafirkan seorang hamba muslim karena dosa. Seorang mukmin pendosa yang tidak bertaubat, maka perkaranya kembali kepada Allah. Jika Dia berkehendak, maka Dia menyiksanya. Jika Dia berkehendak, maka Dia mengampuninya (Ini berlaku untuk dosa selain dosa syirik; pent).
Sebagaimana pendapat Ahlus Sunnah wal Jamaah, tidak seperti klaim Mu'tazilah dan Khawarij. Ini adalah perkara yang tetap dalam syariat kita, sebagaimana di dalam syariat ahli kitab sebelum kita. Termasuk di sini adalah ampunan Allah kepada laki-laki yang tenggelam dalam dosa-dosanya ini.
6. Orang pendosa yang banyak melakukan kemunkaran bisa jadi memiliki perhatian terhadap anak-anaknya, sayang terhadap mereka, dan memberikan yang terbaik bagi mereka. Anak-anak dari laki-laki ini mengakui bahwa ayah mereka adalah ayah terbaik untuk mereka.
7. Semestinya anak-anak dari laki-laki ini tidak melaksanakan ucapan bapaknya. Tidak boleh taat kepada makhluk dalam hal kemaksiatan kepada Allah, dan saat itu bapak mereka memerintahkan kepada kemaksiatan.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tulisan Terbaru