Tutuplah aurat walaupun akhlak belum baik, Sholatlah walaupun belum bisa Khusyu, Hindarilah pacaran walaupun ada niat menikahinya, Bacalah Al-Qur'an walaupun tidak tau artinya.. Inshaa Allah jika Terus menerus, hal yang lebih baik akan kita dapatkan...

Minggu, 20 Juli 2014

Sifat Shalat Nabi SAW Disertai Dalil & Gambar Gerakan Shalat Sesuai Al Qur'an dan As Sunnah (2)

Berikut adalah beberapa referensi tentang sifat shalat nabi disertai dalilnya yang dapat menjadi rujukan bagi kita dalam melaksanakan shalat.

1.      BERSUCI
·         Sesuai firman Allah : Hai   orang-orang   yang   beriman,  apabila   kamu   hendak   mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai dengan kedua mata kaki.....(QS. Al-Maidah : 6)

2.      MEMAKAI  SUTRAH ( PENGHALANG/PEMBATAS)

3.      BERDIRI MENGHADAP KIBLAT
·         Peliharalah segala sholat-(mu), dan (peliharalah) sholat wusthoo. Berdirilah karena Allooh (dalam sholatmu) dengan khusyu`.( QS. Al Baqoroh (2) ayat 238)
·         dari Shohabat ‘Imron bin Hushoin رضي الله عنه, beliau berkata: “Aku menderita wasir, maka aku bertanya pada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, kemudian beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Sholatlah engkau dengan berdiri. Jika kamu tidak mampu maka duduklah. Dan jika kamu tidak mampu maka berbaringlah.” (Bukhoory no: 1117)
·         Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Robb-nya; dan Allooh sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al Baqoroh (2) ayat 144 )
·         Dari Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Jika kamu berdiri sholat, maka sempurnakanlah wudhu kemudian menghadaplah ke Kiblat, kemudian bertakbirlah.” (Bukhoory no: 6251 dan Muslim no: 397)

4.      NIAT
·         Umar bin Khoththoob رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Sesungguhnya seluruh amalan itu (hendaknya) dibarengi oleh niat dan sesungguhnya setiap orang berhak mendapat dari apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari : 1)

5.      TAKBIRATUL IHRAM
a)      Mengangkat Kedua Tangan dan bersedekap
Adapun posisi tangan saat Takbiirotul Ihrom, bisa dengan 2 pilihan cara:
·         MENGANGKAT KEDUA TANGAN HINGGA UJUNG JARI SEJAJAR BAHU


Dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Umar berkata “Adalah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم jika berdiri sholat, beliau صلى الله عليه وسلم mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua bahunya.” (Abu Daawud no: 722 dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany)
Dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Umar “Aku melihat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم apabila membuka sholat, maka beliau صلى الله عليه وسلم mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua bahunya, dan ketika akan ruku,’ dan ketika bangun dari ruku’. Tetapi tidak mengangkat kedua tangannya diantara dua sujud.” (Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 390)
·         MENGANGKAT KEDUA TANGAN HINGGA UJUNG JARI SEJAJAR KEDUA DAUN TELINGA:


Dari Waa’il bin Hujr رضي الله عنه. Bahwa beliau berkata “Sungguh aku melihat Sholat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dimana ketika beliau صلى الله عليه وسلم membuka sholat, beliauصلى الله عليه وسلم bertakbir dan mengangkat kedua tangannya sehingga aku lihat kedua ibu jarinya dekat dengan kedua telinganya.” (HR. Ibnu Al Jaruud dalam Kitab “Al Muntaqo” no: 202)
Dari Shohabat Waa’il bin Hujr رضي الله عنه “Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengangkat kedua tangannya ketika membuka sholat sehingga kedua ibu jarinya sejajar dengan daun kedua telinganya.” (Imaam Ahmad no: 18869, dishohiihkan oleh Syaikh Syu’aib Al Arna’uuth)
b)     Melafadzkan Takbir ( AllohuAkbar)
Takbir tidak hanya sekedar didalam hati, melainkan diucapkan. Minimal terdengar oleh kita sendiri. Dalilnya:
·         Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Kunci shalat itu adalah kesucian dan yang mengharamkannya (dari segala hal di luar shalat) adalah takbir". (HR. Khamsah kecuali An-Nasai)
·         Dari Rufa'ah Ibnu Rafi' bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Tidak sah shalat serorang hamba hingga dia berwudhu' dengan sempurna dan menghadap kiblat lalu mengucapkan Allahu Akbar. (HR. Ashabus Sunan dan Tabarany)
·         Bila kamu shalat maka bertakbirlah. (HR. Muttafaqun Alaihi/bukhari dan muslim)
c)      Posisi Tangan  Setelah Takbiratul Ihrom
Untuk posisi tangan ada 2, yaitu bersedekap atau menjulurkannya. Berikut penjelasannya:
1)      Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri (bersedekap). Dalilnya:  
·         Dari Wail bin Hajr radhiyallahu ‘anhu bahwa dia melihat Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya ketika memulai shalat, lalu bertakbir Kemudian beliau (Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم) meletakkan tangan kanannya diatas punggung telapak tangan kirinya dan atau pada pergelangan tangan kirinya dan atau pada punggung tangan kirinya. (Abu Daawud no: 727 dan Imaam Ahmad no: 18890)
·         dari Sahl bin Sa’adرضي الله عنه bahwa beliau رضي الله عنه berkata : “Adalah orang-orang diperintahkan agar meletakkan tangan kanannya diatas siku tangan kirinya dalam sholat…” (Imaam Al Bukhoory no: 740)




v  posisi tangan saat bersedekap :
·         Dibawah pusat

Mereka yang mengatakan bahwa posisi tangan itu di bawah pusar diantaranya adalah Al-Hanafiyah, dengan landasan hadits berikut ini :
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ra,"Termasuk sunnah adalah meletakkan kedua tangan di bawah pusat".(HR. Ahmad dan Abu Daud).
·         Antara Pusar dan Dada
Diantara yang berpendapat demikian adalah Asy- Syafi'iyah. Dan bahwa posisinya agak miring ke kiri, karena disitulah posisi hati, sehingga posisi tangan ada pada anggota tubuh yang paling mulia. Dalilnya :

Dari Wail bin Hajr radhiyallahu ‘anhu berkata,”Aku melihat Rasulullah SAW shalat dan meletakkan kedua tangannya diatas dada.(HR. Ibnu Khuzaemah)


·         Di atas dada
Dari Wail bin Hajr radhiyallahu ‘anhu berakta,”Aku melihat Rasulullah SAW shalat dan meletakkan kedua tangannya diatas dada.(HR. Ibnu Khuzaemah)


2)      Tetap menjulurkannya dan tidak bersedekap.
Jadi cukup mengangkat tangan dan melafadzkan takbir, tapi tidak meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri, tetapi dibiarkan menjulur. Dalilnya : dalam Hadits Riwayat Imaam Abu Daawud no: 753 dan Imaam At Turmudzy no: 240, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany,
dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه,: “Bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم jika memasuki sholat, maka beliau صلى الله عليه وسلم  mengangkat kedua tangannya sembari menjulurkannya.”

v  ARAH MATA SHALAT ADALAH TEMPAT SUJUD

Dalilnya:
·         Imaam Muhammad bin Siriin رحمه الله berkata, “ketika diawal Para Shohabat shalat, meraka mengangkat pandangan mereka ke langit dalam sholat. Akan tetapi ketika ayat QS Al Mu’minuun (23) ayat 1-2) turun, maka mereka menundukkan pandangan mereka ke tempat sujud mereka.” (Tafsiir Imaam Ibnu Katsiir Jilid 5 halaman 461)
·         Dan sebagaimana terdapat keterangan dari ‘Aa’isyah رضي الله عنها bahwa sebagaimana diriwayatkan oleh Imaam Al Haakim dalam Kitab “Al Mustadrok” no: 1761 dan kata beliau keterangan itu disebutnya sebagai Hadits yang Shohiih, memenuhi syarat Imaam Al Bukhoory dan Al Imaam Muslim, hanya saja mereka tidak mengeluarkannya; juga diriwayatkan oleh Al Imaam Al Baihaqy dalam “As Sunnan Al Kubro” no: 9726, dan syaikh Nashiruddin Al Albaany dalam “Sifat Sholat Nabi” Jilid 1 halaman 232 menyetujui penshohiihan keduanya. Bahwa ‘Aa’isyah رضي الله عنها mengagumi seorang Muslim ketika masuk Ka’bah mengangkat pandangannya kearah atap Ka’bah, berdoa sebagai bentuk pengagungan terhadap Allooh سبحانه وتعالى, lalu ketika itu Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم masuk, sedangkan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم tidak meninggalkan pandangannya dari tempat sujudnya sehingga dia keluar dari Ka’bah.
6.      MEMBACA DOA IFTITAH
·         

Diantara doa iftitah yang rosululloh gunakan:

Dari Abi Hurairah radhiyallah ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bila bertakbir memulai shalat, beliau diam sejenak sebelum mulai membaca (Al-Fatihah). Maka aku bertanya padanya dan beliau menjawab,”Aku membaca : Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah aku dari kesalahan-kesalahan sebagaimana Engaku mensucikan pakaian dari kotoran. Ya Allah, mandikan aku dengan air, salju dan embun". (HR. Muttafaq ‘alaihi/bukhari dan muslim)
·         Atau dapat pula doa iftitah seperti ini:
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca : “Maha suci Engkau dan segala puji untuk-Mu. Diberkahilah asma-Mu, tinggilah keagungan-Mu. Dan tiada tuhan kecuali Engkau.(HR. daud dishahihkan albani dalam sifatu shalatin nabi SAW hal 93)
7.      MEMBACA ALFATIHAH
Membaca AL-FATIHAH hukumnya wajib. Dalilnya:
·         Dari Ubadah bin Shamit ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Tidak sah shalat kecuali dengan membaca ummilquran (surat Al-Fatihah)"(HR. Bukhari Muslim)
v  Namun para ulama berbeda pendapat tentang hokum membaca surat Al-Fatihah bagi makmum yang shalat dibelakang imam, apakah tetap wajib membacanya, ataukah bacaan imam sudah cukup bagi makmum, sehingga tidak perlu lagi membacanya.berikut penjelasan beberapa pendapat :

a)      Mazhab Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah
Mazhab Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah mengatakan bahwa seorang makmum dalam shalat jamaah yang jahriyah (yang bacaan imamnya keras) untuk tidak membaca apapun kecuali mendengarkan bacaan imam. Sebab bacaan imam sudah dianggap menjadi bacaan makmum. Dasar landasan pendapat mereka adalah hadits nabi SAW berikut ini :

·         Orang yang punya imam maka bacaan imam adalah bacaan baginya.(HR. Ibnu Majah)

Namun kedua mazhab ini sepakat untuk shalat yang sirriyah(yang bacaan imamnya kecil tidak terdengar), para makmum lebih disukai (mustahab) untuk membacanya secara perlahan juga, seperti dalam shalat dzuhur dan ashar.

b)      Mazhab As-Syafi'i
Mazhab As-syafi'iyah mewajibkan makmum dalam shalat jamaah untuk membaca surat Al-Fatihah, baik dalam shalat jahriyah(yang bacaan imamnya keras) maupun shalat sirriyah(yang bacaan imamnya tidak bersuara). Dasarnya adalah hadits-hadits shahih:
·         Dari Ubadah bin Shamit ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Tidak sah shalat kecuali dengan membaca ummilquran (surat Al-Fatihah)"(HR. Bukhari Muslim)

Namun mazhab Asy-Syafi’iyah juga memperhatikan kewajiban seorang makmum untuk mendengarkan bacaan imam, khususnya ketika di dalam shalat jahriyah(yang bacaan imamnya keras).dalilnya:
·         Dan apabila dibacakan Al-Quran, dengarkan dan perhatikan. (QS. Al-A’raf : 204)

Jadi ketika imam membaca surat Al-Fatihah, makmum harus mendengarkan dan memperhatikan bacaan imam, lalu mengucapkan lafadz ‘amin’ bersama-sama dengan imam. Begitu selesai mengucapkan “amin”, masing-masing makmum membaca sendiri sendiri surat Al-Fatihah secara sirr (tidak terdengar) sampai selesai, lalu setelah selesai membaca alfatihah makmum kembali mendengarkan imam membaca surat pendek.
Dalam hal ini, imam yang mengambil mazhab Asy-Syafi’iyah ini biasanya akan memberikan jeda sejenak, sebelum memulai membaca ayat-ayat Al-Quran berikutnya untuk memberi kesempatan makmum membaca alfatihah. Dan jeda itu bisa digunakan untuk bernafas dan beristirahat sejenak.
Namun dalam pandangan mazhab ini, kewajiban membaca surat Al-Fatihah gugur dalam kasus seorang makmum yang tertinggal dan mendapati imam sedang ruku'. Maka saat itu yang bersangkutan ikut ruku' bersama imam dan sudah terhitung mendapat satu rakaat


v  Mengucapkan Amin
-Dari Nu'aim Al-Mujammir radhiyallahu ‘anhu berkata,”Aku shalat di belakang Abu Hurairah, beliau membaca : bismillahirrahmanirrahim. Kemudian beliau membaca ummul-quran (Al-Fatihah), hingga beliau sampai kata (waladhdhaallin) beliau mengucapkan : Amien. Dan beliau mengucapkannya setiap sujud. Dan bila bangun dari duduk mengucapkan : Allahu akbar. Ketika salam beliau berkata : Demi Allah Yang jiwaku di tangan-Nya, aku adalah orang yang paling mirip shalatnya dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. (HR. An-Nasai dan Ibnu Khuzaemah).

-Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Apabila imam mengucapkan "Amien", maka ucapkanlah juga. Siapa yang amin-nya bersamaan dengan ucapan amin para malaikat, maka Allah mengampunkan dosa-dosanya yang telah lampau.(HR. Jamaah kecuali At-Tirmizy)




v  Apakah Basmalah Termasuk Al-Fatihah?

a)      Mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah, Hanabilah
Mazhab ini  berpendapat bahwa basmalah bukan bagian dari surat Al-Fatihah. Kalau pun kita membacanya di awal surat Al-Fatihah, kedudukannya sunnah ketika membacanya. Namun mazhab ini tetap mengatakan bahwa bacaan basmalah pada surat Al-Fatihah sunnah untuk dibaca, dengan suara yang sirr atau pelan. Dalilnya :
·         Dari Anas bin Malik radhiyallahuanhu berkata,”Aku shalat di belakang Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali radhiyallahuanhum. Mereka memulai qiraat dengan membaca Al-Hamdulillahirabbil ‘alamin, dan tidak membaca bismillahirramanirrahim di awal qiraat atau di akhirnya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

b)      Mazhab As-Syafi'iyah
Menurut mazhab As-Syafi'iyah, lafaz basmalah adalah bagian dari surat Al-Fatihah. Sehingga wajib dibaca dengan jahr (dikeraskan) oleh imam shalat dalam shalat jahriyah. Dalilnya adalah hadits berikut:
·         Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Bila kamu membaca surat Al-Fatihah, maka bacalah bismillahirrahmanirrahim, karena bismillahir rahmanirrahim adalah salah satu ayatnya". (HR. Ad-Daruquthuny).
·         Fatihatul-kitab (surat Al-Fatihah) berjumlah tujuh ayat. Ayat pertama adalah bismillahirrahmanirrahim. (HR. Al-Baihaqi)
·         Hadits yang senada juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dengan isnad yang shahih dari Ummi Salamah. Dan dalam kitab Al-Majmu' ada 6 orang shahabat yang meriwayatkan hadits tentang basmalah adalah bagian dari surat Al-Fatihah (Al-Imam An-Nawawi, Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab, jilid 3 hal. 302)

8.      RUKU
·         Perintah ruku : Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Robbmu dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. (QS. Al-Hajj : 77)

·         GERAKAN TANGAN KETIKA RUKUU’
Ketika akan ruku, seseorang hendaknya Mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan kedua bahu dan melafadzkan takbir(menyebutkan Allohuakbar), dan ketika bangun dari rukuu’ juga Mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan kedua bahu. Dalilnya di dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 735 dan Imaam An Nasaa’I no: 1059,
dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Umar رضي الله عنه, bahwa: “Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua bahunya ketika memulai sholat dan ketika bertakbir untuk rukuu’ dan ketika beliau صلى الله عليه وسلم bangun dari rukuu’.”

·       

  POSISI TANGAN DISAAT RUKUU’
Posisi jari-jari tangan setelahnya adalah berada di lutut (bukan di paha, dan bukan di betis) Meletakkan kedua tangan tersebut diatas lutut tersebut adalah sesuai dengan Hadits Riwayat Imaam Abu Daawud no: 747, dan dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany,

dari ‘Abdullooh bin ‘Umar رضي الله عنه, beliau berkata:  “Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengajari kami sholat, lalu beliau صلى الله عليه وسلم bertakbir dan mengangkat kedua tangannya, dan ketika rukuu’ beliau صلى الله عليه وسلم meletakkan kedua tangannya diatas lututnya.”

Dimana yang demikian itu dibenarkan oleh Sa’ad رضي الله عنه, dengan mengatakan, “Kami mengerjakan ini, kemudian kami diperintahkan dengan ini, yaitu memegang kedua lutut.”

·         KEADAAN TUBUH PADA SAAT RUKUU’

-    Punggung harus rata. Hal ini  sebagaimana terdapat Hadits diriwayatkan oleh Imaam Ibnu Maajah no: 872, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany dari Waabishoh bin Ma’bad رضي الله عنه, bahwa beliau berkata: “Aku melihat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم sholat, beliau صلى الله عليه وسلم meratakan punggungnya sehingga kalau ditumpahkan air niscaya air tersebut tidak tumpah.”
-    Kepala tidak mendongak keatas dan tidak menunduk kebawah, melainkan harus lurus. sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 1138, dari ‘Aa’isyah رضي الله عنها, bahwa beliau رضي الله عنها berkata: “Adalah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم membuka sholat dengan Takbir dan membuka bacaan dengan “Alhamdulillaahirrobbil ‘aalamiin”. Dan jika beliau صلى الله عليه وسلم rukuu’, beliau صلى الله عليه وسلم tidak menengadahkan kepalanya keatas, akan tetapi tidak juga menundukkannya, tetapi diantara keduanya (rata). Dan jika beliau صلى الله عليه وسلمbangun dari rukuu’, beliau صلى الله عليه وسلم tidak langsung bersujud sehingga berdiri tegak terlebih dahulu. Dan apabila beliau صلى الله عليه وسلم mengangkat kepalanya dari sujud, belum sujud lagi sehingga duduk dengan lurus. Dan beliau صلى الله عليه وسلم pada setiap dua rokaat membaca Tahhiyyat dimana beliau menghamparkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya. Dan beliau صلى الله عليه وسلم melarang dari duduk syaithoon. Dan melarang seseorang menghamparkan kedua sikunya sebagaiman terkaman binatang buas. Dan beliau صلى الله عليه وسلم menutup sholatnya dengan Salam.”
- Harus ada jeda waktu sejenak untuk berada pada posisi ruku' yang disebut dengan istilah thuma'ninah. Dalilnya adalah sabda Nabi SAW berikut ini : Dari Abi Qatadha berkata bahwa Rasululah SAW bersabda,"Pencuri yang paling buruk adalah yang mencuri dalam shalatnya". Para shahabat bertanaya,"Ya Rasulallah, bagaimana mencuri dalam shalat?". "Dengan cara tidak menyempurnakan ruku' dan sujudnya". atau beliau bersabda,"Tulang belakangnya tidak sampai lurus ketika ruku' dan sujud". (HR. Ahmad, Al-Hakim, At-Thabarany, Ibnu Khuzaemah, Ibnu Hibban)

9.      I’TIDAL
I’tidal adalah posisi dimana seseorang berdiri tegak lurus sejenak diantara ruku dan sujud.
PERINTAH UNTUK BERDIRI TEGAK LURUS SAAT I’TIDAAL
·         Hadits Riwayat Al Imaam Ahmad no: 10812, dan Syaikh Syu’aib Al Arnaa’uth meng-Hasankannya. Bahkan Syaikh Nashiruddin Al Albaany dalam Kitab “Shohiih At Targhiib wat Tarhiib” no: 531 mengatakan Hadits ini Shohiih Lighoirihi, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Allooh tidak akan memandang pada sholat seseorang yang tidak menegakkan tulang rusuknya antara rukuu’-nya dan sujud-nya.
·         dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 498 dari ‘Aa’isyah رضي الله عنها bahwa:  “Adalah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم apabila mengangkat kepalanya dari rukuu’, tidak bersujud sehingga berposisi berdiri tegak lurus.”
·         Bahkan lebih jelas lagi adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al Imaam Al Bukhoory dalam Shohiih-nya no: 828, dimana para Shohabat menggambarkan bahwa:  “Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم apabila rukuu’ maka kedua tangan beliau صلى الله عليه وسلمmenggenggam kedua lutut, kemudian meluruskan punggungnya dan apabila mengangkat kepalanya dari rukuu’ beliau صلى الله عليه وسلم berdiri tegak sehingga setiap sendi kembali ke tempat semula.”

POSISI TANGAN SAAT I’TIDAAL
Untuk posisi tangan terdapat perbedaan :
·         Kembali bersedekap, yaitu meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri dengan 4 pilihan yang disebutkan diatas saat takbiratul ihram. Dalilnya : diriwayatkan oleh Al Imaam Al Bukhoory dalam Shohiih-nya no: 740, dari salah seorang Shohabat bernama Sahl bin Sa’ad رضي الله عنه, beliau berkata:
 “Adalah orang-orang (para Shohabat) diperintahkan (– tentunya oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم – pen.) agar seseorang meletakkan tangan kanannya diatas siku kirinya dalam sholat.

Hal ini tidak aneh, karena posisi tangan dalam sholat adalah asal muasalnya seperti ini, sebagaimana telah dijelaskan diatas. Ketika kita merubah posisi tangan kita, itu adalah disebabkan adanya dalil yang menyebabkan kita mengikuti tuntunannya, seperti saat rukuu’ dimana kedua tangan kita itu di lutut; dan ketika sujud maka kedua tangan kita itu menapak ke tanah; dan ketika duduk antara dua sujud; juga tasyahhud maka  tangan kita itu diatas paha.
Semua posisi tangan kita itu adalah pada posisi tangan sebagaimana yang dijelaskan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, maka ketika tidak ada penjelasan dimana letak posisi tangan kita disaat I’tidaal, otomatis tangan kita itu adalah kembali ke posisi semula yaitu bersedekap, karena kita sadari bersama bahwa saat ini kita sedang sholat. Sedangkan posisi tangan pada saat sholat adalah tangan kanan diatas tangan kiri diatas dada. Yang demikian itu lah yang menjadi jawaban Syaikh Al ‘Utsaimin رحمه الله dalam “Koleksi Fatwa dan Risalah”-nya no: 450.


·         Tetap Mejulurkannya. Dalilnya : Hadits Riwayat Imaam Abu Daawud no: 753 dan Imaam At Turmudzy no: 240, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany: “Bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم jika memasuki sholat, maka beliau صلى الله عليه وسلم  mengangkat kedua tangannya sembari menjulurkannya.”


Jadi hadist ini dapat dijadikan dasar ketika seseorang yang berdiri I’tidal boleh menjulurkan tangannya, karena Rosululloh pernah mencontohkan ketika berdiri tegak didalam shalat,beliau tidak bersedekap. sehingga ketika berdiri I’tidal, kita boleh mengambil contoh berdirinya Rosululloh SAW saat posisi tegak, yaitu tanpa bersedekap.  Wallohua’lam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tulisan Terbaru