Assalamualaikum, pa Ustadz.
Semoga pa ustadz beserta kru eramuslim
diberikan umur panjang, kesehatan badan, keluasan ilmu dan keberkahan rizki
demi memberi tuntunan dan pencerahan kepada umat.Amin.
Pak ustadz, langsung saja pada saat orang
tua kami meninggal kami biasa mengadakan tahlilan dan tausiah oleh seorang
ustadz di tempat kami. dan katanya bila kita menghatamkan tahlilan (sebanyak
70.000 kali lafaz lailahailalloh ) dapat membebaskan ahli kubur dari siksa
kubur kalau kita hadiahkan pada ahli kubur.
Dan kata beliau, riwayat ini ada dalam kitab
kuning, karena beliau juga adalah lulusan pesantren.
Dan apa benar ada khatam untuk surah
Al-Ikhlas? Dan kalau kita khatam bisa bebas dari api neraka? Dan dari mana asal
solawat kamilah? Dan kalu kita amalkan berapa banyak akan mendapatkan
keistimewaan? Apa benar ada riwayat yang sohih tentang ini?
Mohon jawabanya pak ustadz karena di tempat
kami banyak yang mengamalkanya. Dan saya mengerti kalau pertanyaan saya belum
dijawab karena memang banyaknya pertanyaanyangmasuk. Smoga ke depan semua
pertanyaan dapat dijawab. AMIN
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi
wabarakatuh,
Sebenarnya masalah apakah bacaan Quran bisa
ditransfer pahalanya kepada orang sudah meninggal dunia, sudah sering kami
jawab di rubrik ini. Intinya memang ada sedikit beda pendapat di kalangan ulama.
Ibnu Taymiyah misalnya, beliau dengan tegas
mengatakan bahwa orang yang meninggal akan mendapatkan manfaat bila orang yang
masih hidup membacakan Al-Quran, asal memang diniatkan.
Namun kalau niatnya untuk mengirimkan
pahala, akan menjadi jauh lebih baik kalau pahalanya bukan semata dari bacaan
Quran saja. Sebab pahala bacaan Quran itu baru akan bagus kalau yang membacanya
memang seorang yang baik bacaannya, bukan sembarang orang.
Kalau bacaannya kurang fasih atau malah
salah baca, bagaimana pahalanya bisa jadi besar?
Kalau mau pahala yang besar dan cukup untuk
dikirimkan kepada almarhum di alam kuburnya, seharusnya nilai amalnya juga
besar. Tidak berhanti sekedar pahala baca Quran atau dzikir saja.
Lalu apa amal yang besar?
Amal yang besar adalah amal yang pahalanya
terus menerus mengalir. Ibarat pohon yang subur, tiap tahun selalu memberi
hasil panenan yang baik.
Sebagai perbandingan, kalau kita memberi
makan satu orang miskin untuk sekali makan, maka pahalanya hanya pahala satu
kali makan itu saja. Tapi kalau kita beri makan tiap hari, bahkan hingga kita
meninggal, orang miskin itu tetap menerima makan dari tangan kita, silahkan
hitung sendiri berapa besar pahalanya.
Kalau kita punya deposito uang di bank
syariah, kenapa tidak kita niatkan agar bagi hasilnya disedekahkan kepada orang
miskin, berapa pun besarnya. Maka selama uang itu masih ada di deposito, selama
itu pula pahala akan tetap terus mengalir.
Sekarang kita tambah lagi niainya.
Seandainya orang miskin yang kita beri makan itu anak yatim, maka pahalanya
pasti akan berlipat lagi. Sebab selain miskin, dia juga yatim.
Lalu kita tambah lagi nilainya. Selain kita
beri makan, anak itu juga kita sekolahkan atau kita masukkan pesantren yang
bermutu. Sehingga menjadi nantinya menjadi ulama besar yang berguna buat bangsa
dan umatnya.
Kita bisa hitung-hitungan dengan Allah SWT,
bahwa ulama itu tidak lahir kecuali dari hasil jasa kita yang memberinya makan
dan kita pula yang membiayai pelajarannya. Maka semua ilmu dan amal ulama yang
berpahala itu, akan kita nikmati juga pahalanya, karena kita punya andil besar
dalam melahirkan seorang ulama.
Dan begitulah, ada teknik-teknik khusus
untuk melipat-gandakan pahala secara benar, jujur, dan berdasarkan dalil
syar'i. Pemikiran ini tentu bukan dengan niat menggusur tahlilan yang
terlanjur sudah menjadi budaya bangsa. Akan tetapi sekedar memberikan
alternatif lain yang barangkali perlu kita beri ruang prioritas.
Dan tidak ada salahnya kalau pemikiran itu
diperluas di bidang-bidang lainnya, seperti membangun kampus, sekolah,
pesantren, perpustakaan dan juga situs keIslaman.
Khusus masalah situs keIslaman, ada teman
yang bercerita betapa efektifnya nilai sebuah situs untuk dakwah. Katakanlah
sebagai ilustrasi, sejak diledakkannya menara kembar WTC pada 11 September 2001
di Newyork, tercatat tidak kurang dari 25.000 orang di Australia masuk Islam.
Lho kok bisa?
Ya, bisa. Sebab orang Australia itu kan
bukan bangsa bego yang mudah dicekoki oleh Bush dengan bualannya. Mereka lantas
melakukan searching untuk mencari informasi yang terkait dengan Islam. Dan
semakin banyak yang justru bisa mengambil manfaat dari situs-situs keIslaman.
Dan semakin banyak saja bule-bule itu yang masuk Islam.
Jadi apa pun yang dilakukan oleh Bush dan
komplotannya untuk menjelekkan Islam, yang terjadi justru sebaliknya. Malah
menjadi iklan gratis buat mengenalkan Islam.
Beruntung kita hidup di zaman internet,
sehingga siapa saja bisa berdakwah lewat situs internet, kapan pun dan dari
mana pun. Tinggal bangun sebuah situs Islam, lalu tuliskan apa yang ingin
disampaikan. Kalau isinya memang bermutu, pasti orang akan baca. Bahkan dengan
adanya 'mBah Google', tulisan dengan kata kunci apa pun bisa dicari dalam
hitungan detik.
Ketakutan orang Belanda atas menyebarnya
Islam di negeri mereka sangat terasa. Ketika menyaksikan apa yang dibuat oleh
Wilder dalam film Fitna-nya, terasa sekali kalau Islam itu memang telah menjadi
sebuah kekuatan raksasa yang siap menaklukkan Eropa.
Bayangkan, sekarang ini sudah ada 54 juta
muslim di Eropa. Pertanyaannya, siapa yang menyebarkan Islam di sana? Adakah
negara-negara muslim dari Timur Tengah telah mengutus para da'i ke sana?
Rasanya sih tidak, kecuali dalam jumlah yang jauh lebih sedikit.
Lalu dari mana orang-orang Eropa itu kenal
Islam?
Salah satu asumsinya adalah lewat internet.
Dengan internet, kita bisa menembus Eropa tanpa harus pakai visa, passport atau
izin ini dan itu. Keberhasilan dakwah Islam di Eropa telah membuktikan bahwa
internet memegang peranan penting dalam dunia dakwah.
Sayangnya banyak para da'i yang masih
ogah-ogahan mengurus websitenya. Begitu juga dengan ormas, masih banyak yang situsnya
sudah tidak diupdate sejak dua tahun yang lalu. Dan sebagian besarnya malah
sudah berpulang ke rahmatullah, alias sudah mati.
Maka kalau sekarang anda ingin beramal yang
murah tapi bernilai pahala sangat tinggi, beramallah dengan membuat situs. Atau
kalau tidak bisa bikin sendiri, minimalbantulah situs Islam yang sering kembang
kempis hidupnya. Banyak dari situs buatan umat Islam yang sehari nongol
seminggu libur.
Padahal kalau digarap dengan baik,
setidaknya dibiayai secara kontiniu, Islam akan mendapatkan cahaya yang semakin
terang saja.
Kalau kita boleh berandai-andai, kadang
kebiasaan mengadakan tahlilan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bahkan ada
yang sampai puluhan juta. Seandainya biaya itu dialokasikan untuk membangun
situs, maka tiap ada satu orang meninggal, akan terbangun satu situs baru yang
berisi dakwah.
Kalau dalam sebulan orang kaya yang
meninggal di negeri ini kita anggap ada 100 orang saja, maka setidaknya akan
ada 100 situs baru. Tentunya harus digarap secara profesional, bukan asal bikin
lalu bubar jalan grak.
Kenapa kami meributkan umat Islam tidak
bikin situs? Jawabnya karena musuh-musuh Islam sangat produktif untuk bikin
situs. Coba tengok angka pertumbuhan situs porno di negeri kita, pasti kita
akan tercengang. Dibandingkan dengan pertumbuhan situs Islam, boleh dibilang
tidak ada apa-apanya.
Sementara jumlah tahlilan tidak pernah
menurun, karena tiap hari ada yang meninggal, dan tahlilan pun jalan terus.
Sementara situs Islam pada berguguran di tengah jalan.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Sumber : http://www.rumahfiqih.com/