Pak Ustaz yang terhormat,
Disetiap selesai taklim,
tasyakuran, yaasiinan, sholat wajib dan wirid serta beberapa aktivitas
keagamaan lainnya, biasanya diakhiri dengan do'a yang diaminkan oleh
jema'ahnya.
- Suatu keharusankah Do'a berjema'ah
tersebut atau hanya sekedar sunnah, padahal kebutuhan masing-masing orang
berbeda? Sedangkan Do'a yang di bacakan oleh imam dari hari ke hari
biasanya itu-itu saja.
- Kapan sebaiknya jema'ah
mengucapkan amin?, setiap akhir kalimat atau setelah akhir do'a? Atau
mengaminkan doa, secara terus menerus dengan dilagukan
Amin, amin, amin amin dst. Mohon penjelasan dari Ustaz.
- Doa/ permohonan terhadap leluhur
yang sudah meninggal agar Allah SWT menerima segala amal ibadahnya sesuai
dengan perbuatannya di dunia secara lahir sepertinya tidak yakin akan firman
Allah SWT, dalam surat 99 ayat 7 dan 8. Mohon dapat dijelaskan.
Atas penjelasannya
diucapkan banyak terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr, wb.
Jawaban :
Assalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
1. Doa
berjamaah bukan sebuah keharusan. Dan tidak ada dalil yang mewajibkan bahwa
seseorang harus ikut doa berjamaah, baik setelah taklim, yasinan, tasyakkuran,
shalat wajib atau pun wirid.
Namun juga tidak ada
larangan bila kita mendengar orang sedang berdoa, lalu kita mengaminkannya.
Sebab lafadz 'amin' yang kita ucapkan akan menambah semakin besar kemungkinan
dikabulkannya doa tersebut.
Apalagi kalau isi doa itu
untuk kebaikan kita juga, tentu tidak diharamkan untuk mengamininya, bukan?
Maka kesimpulannya,
silahkan mengamini kalau anda mau mengamini. Dan kalau anda tidak mau
mengamini, juga tidak berdosa. Sebab berdoa itu bukan kebutuhan Allah SWT,
melainkan kebutuhan manusia. Kalau anda merasa butuh dengan doa yang sedang
dipanjatkan, maka sekedar mengamini tidak akan menguras kantong. Bahkan mengamini
di dalam hati pun boleh.
Kalau anda ingin berdoa
sendirian, maka silahkan saja anda berdoa di rumah saat sendirian. Misalnya di
malam hari saat shalat tahajjud, maka silahkan anda berdoa sepuas-puasnya
sampai pagi. Anda boleh cerita apa saja kepada Allah SWT, minta apa saja,
mengadu apa saja.
Tetapi jangan salahkan
kalau ada sebuah jamaah yang sedang berdoa bersama dan diamini. Sebab itu
adalah hak asasi siapapun. Selama anda tidak dipaksa untuk ikut berdoa dan
mengamini, maka anda tidak perlu merasa terusik.
2. Tidak ada aturan yang
baku tentang rundown kapan kita harus mengucapkan amin, apakah setiap si
pemimpin doa mengambil nafas, ataukah saat berganti paragraf atau para
penggalan-penggalan lainnya.
Anda boleh mengamini dengan
cara apa saja yang menurut anda paling enak. Bahkan dalam hati pun tidak
terlarang.
3. Doa agar amal para
leluhur diterima oleh Allah SWT bukan berarti menentang ayat Al-Quran yang anda
sebutkan. Sebab ayat itu berisi jaminan bahwa amal setiap orang pasti diterima.
Ayat itu hanya menyebutkan bahwa semua perbuatan baik maupun buruk, pasti akan
dilihat Allah. Tetapi apakah akan dinilai sebagai amal yang diterima, ayat itu
tidak menjamin.
Bahkan amal-amal yang kita
lakukan ini, yang kita anggap pasti diterima, belum tentu diterima oleh Allah
SWT. Tidak ada jaminan semua amal baik yang kita lakukan pasti diterima. Juga
tidak ada jaminan bahwa suatu kesalahanyang tidak kita sengaja akan diampuni
Allah.
Bahkan tidak ada jaminan
bahwa seorang yang kelihatannya baik, alim dan shalih, pasti akan mendapatkan
kenikmatan di alam kuburnya serta pasti masuk surga.
Maka kita berdoa kepada
Allah SWT, agar orang tua kita itu diterima amalnya, diampuni dosanya,
diluaskan kuburnya serta dijadikan kubur itu raudhah min riyadhil
jannah (kebun dari kebun-kebun surga).
Doa seperti ini telah
disyariatkan oleh Allah dan rasul-Nya, sehingga tidak ada alasan buat kita
untuk menentang orang yangmelakukannya. Tetapi juga tidak diwajibkan, sehingga
kalau anda tidak berkenan untuk mendoakan orang tua anda yang sudah dialam
kubur, maka anda tidak berdosa.
Wallahu a'lam bishshawab,
wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Sumber :
http://www.rumahfiqih.com/