Assalamu 'alaikum wr. wb
Pertanyaan ini mungkin sepertinya agak
nyeleneh, tetapi bukan makud saya untuk jadi orang yang menanyakan hal-hal yang
tidak perlu.
Begini pak ustadz, kita sejak kecil
diajarkan bahwa yang namanya nabi adalah orang biasa yang mendapatkan wahyu
dari Allah. Kalau memang demikian pengertiannya, di dalam Al-Quran saya membaca
beberapa kisah tentang para wanita yang mendapatkan wahyu dari Allah, baik
langsung atau lewat malaikat.
Misalnya Ibu nabi Musa as, Maryam ibunda
nabi Isa as, Asiah isteri Firaun, juga Hawwa isteri nabi Adam dan lainnya,
mereka mendapatkan wahyu dari Allah. Apakah mereka ini berstatus sebagai nabi
karena menerima wahyu?
Mohon penjelasan kalau pak ustadz berkenan,
sebelumnya saya ucapkan jazakumullah khairal jaza',
Wassalamu 'alaikum wr. wb.
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Memang benar apa yang anda sampaikan bahwa
beberapa wanita di dalam Al-Quran dikisahkan telah mendapat wahyu dari Allah
SWT, baik secara langsung maupun lewat malaikat. Untuk itu mari kita buka satu
persatu kisah mereka yang diabadikan di dala Al-Quran dan kita pusatkan
perhatian kita kepada bentuk pemberian wahyu.
1. Ibunda Nabi Musa 'alaihissalam Menerima
Wahyu
Dan Kami wahyukan kepada
ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka
jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah
(pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu,
dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. (QS. Al-Qashash: 7)
Di dalam ayat ini nyata tegas bahwa Allah
SWT telah memberikan wahyu kepada Ibunda nabi Musa alaihissalam, yaitu untuk
menyusuinya dan kemudia melemparkannya ke sungai Nil. Maka benarlah bahwa
beliau telah menerima wahyu, karena Al-Quran memang telah menyebutkanya.
2. Ibunda Nabi Isa 'alaihissalam Maryam
Menerima Wahyu
Maka Maryam mengadakan tabir (yang
melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia
menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.Maryam berkata,
"Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah,
jika kamu seorang yang bertakwa." (QS. Maryam: 17-18)
Sekali lagi ditegaskan di dalam Al-Quran
bahwa Ibunda nabi Isa alaihissalam, Maryam Al-Batul, telah dikirimkan kepadanya
seorang malaikat, yaitu Jibril 'alaihissalam dan memberikan wahyu dari Allah.
Maka benarnya bahwa seorang Maryam telah
menerima wahyu dari Allah SWT, bahkan terjadi dialog antara dirinya dan
malaikat Jibril utusan Allah.
Bahkan Jibril nyata tegas menyebutkan bahwa
Allah SWT telah memilihnya, mensucikannya dan memilihnya dari wanita-wanita di
seluruh alam.
Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril)
berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan
kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan
kamu).Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama
orang-orang yang rukuk. (QS.
Ali Imran: 42-43)
Demikian juga dengan kisah para wanita di
dalam Al-Quran yang lainnya, seperti Hawwa, Asiyah dan juga Sarah. Mereka
memang disebutkan telah menerima wahyu atau diutus kepada mereka malainkat dari
Allah SWT.
Namun apakah mereka langsung berstatus
sebagai nabi? Dan apakah setiap orang yang didatangi malaikat pembawa wahyu
juga otomatis menjadi nabi?
Mari kita cermati masalah ini secara lebih
mendalam. Karena kita juga menemukan kisah-kisah lainnya yang secara tegas
menggambarkan bahwa Allah SWT berbicara atau menurunkan wahyu kepada mereka,
namun mereka tidak disebut sebagai nabi. Dan tidak semua orang yang didatangi
Malaikat Jibril adalah Nabi.
1. Tidak Semua Yang Diajak Bicara Oleh Allah
Berarti Nabi
Ada orang yang diajak berbicara oleh Allah
SWT dan kita baca kisahnya dalam Al-Quran, namun tidak secara otomatis dia
menjadi nabi. Misalnya, kisah tentang Dzulqarnain yang amat masyhur dan sudah
kita hafal. Di dalam Al-Quran kita membaca bahwa Allah SWT berkata-kata
kepadanya.
Hingga apabila dia telah sampai ke tempat
terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur
hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami (Allah SWT)
berkata,"Hai Zulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat
kebaikan terhadap mereka." (QS. Al-Kahfi: 86)
Tegas dan jelas bahwa Allah berkata-kata
kepada Dzulqarnain di dalam ayat ini, namun para ulama umumnya mengatakan bahwa
beliau bukanlah seorang nabi. Bahkan dalam dafar 25 nama nabi yang tertera di
dalam Al-Quran, beliau pun tidak disebutkan namanya. Itu menunjukkan bahwa
seorang Dzulqarnain bukanlah seorang nabi. Meski namanya tertera dengan jelas
di dalam Al-Quran.
2. Tidak Semua Yang Diberi Wahyu Berarti Nabi
Di dalam Al-Quran, kita juga menemukan
ungkapan di mana Allah SWT memberi wahyu kepada salah satu makhluknya, namun
pemberian wahyu itu tidak selalu berarti mengangkatnya menjadi seorang nabi.
Bahkan Allah memberi wahyu kepada lebah
untuk membuat sarang. Tentu tidak ada nabi berbentuk lebah, bukan?
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah,
"Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di
tempat-tempat yang dibikin manusia", (QS. An-Nahl: 68)
Allah SWT juga memberi wahyu kepada langit
yang tujuh, namun tidak ada nabi dalam bentuk langit.
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam
dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit
yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan
sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui. (QS.
Fushshilat: 12)
Allah SWT juga menurunkan wahyu kepada bumi
dan tidak ada nabi berbentuk bumi.
Apabila bumi diguncangkan dengan
guncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat
(yang dikandung) nya, dan manusia bertanya, "Mengapa bumi (jadi begini)?",
pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu
telah mewahyukankepadanya. (QS. Az-Zalzalah: 1-5)
3. Tidak Semua 'Yang Dipilih' Berarti Nabi
Demikian juga tentang istilah: 'Allah telah
memilih' seseorang, tidak selalu 'orang yang dipilih' otomatis menjadi nabi.
Ada orang-orang tertentu yang disebutkan telah 'dipilih, namun mereka tidak
digolongkan sebagai nabi.
Misalnya keluarga Imran, nyata dan tegas
disebutkan bahwa keluarga ini telah 'dipilih', namun tidak semua keluarga Imran
itu menjadi nabi. Ada sebagian yang jadi nabi namun Imrannya sendiri malah
bukan nabi.
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh,
keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka
masing-masing), (QS. Ali
Imran: 33)
4. Tidak Semua Yang Didatangi Malaikat
(Jibril) Berarti Nabi
Demikian juga dengan didatanginya beberapa
orang oleh seorang malaikat, bukan selalu secara otomatis mereka yang
didatanginya itu seorang nabi.
Para shahabat Rasulullah SAW pernah
didatangi oleh malaikat Jibril yang menyerupai manusia, dengan ciri pakaiannya
sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak seorang pun yang mengenalnya dan
tidak ada bekas tanda datang dari perjalanan yang jauh.
Lalu Jibril berbicara dengan nabi Muhammad
SAW dengan bahasa arab yang fasih hingga semua yang hadir dapat mendengar dan
paham betul apa yang sedang dibicarakan. Dan setelahnya, Rasulullah SAW
menegaskan bahwa yang datang tadi itu adalah Jibril untuk memberikan pelajaran
agama kepada para shahabat.
Semua shahabat yang hadir di sana tentu
mendengar bagaimana Jibril menyampaikan isi ajaran dar langit. Namun tidak satu
pun dari shahabat itu yang diangkat menjadi nabi.
Pendapat Yang Mengatakan Adanya Nabi
Perempuan
Namun kita tidak menutup-nutupi bahwa memang
benar ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa ada nabi perempuan. Dengan
menggunakan dalil di atas, yakni ada di antara mereka yang didatangi malaikat,
atau dipilih atau mendapat wahyu.
Di antara mereka yang berpendapat demikian
adalah Ibnu Hazam, Al-Qurthubi dan Abul Hasan Al-Asy'ari. Lihat kitab Fathul
Bari jilid 6 halaman 447 dan 448. Kita juga bisa merujuk tentang hal ini pada
kitab Lawami'ul Anwar Al-Bahiyah jilid 2 halaman 66.
Namun pendapat mereka ini tidak bisa
dianggap mewakili pendapat umumnya para ulama, sebab Al-Qadhi Iyyadh menukil
bahwa jumhur ulama sepakat bahwa tidak ada nabi perempuan.
Bahkan di dalam Al-Majmu' Syarah
Al-Muhazab, Al-Imam An-Nawawi mengatakan bahwaMaryam bukan seorang
nabitidaklah sekedar pendapat mayoritas ulama, namun telah sampai kepada ijma'.
Dan Al-Hasan Al-Bashri di dalam Fathul
Bari jilid 6 halaman 471 mengatakan bahwa tidak ada nabi dari kalangan
perempuan dan dari kalangan jin.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Ahmad Sarwat, Lc
Sumber : http://www.rumahfiqih.com/