Assalamuálaikum Wr. Wb.
Saat ini saya tengah menempuh studi di
Belanda. Dan apa yang ustadz katakan bahwa umat nasrani di Eropa sudah
meninggalkan agamanya memang benar. Saya ke Belanda menjelang natal dan
tahun baru 2008. Dan benar bahwa agama dan natalan hanya simbol belaka. Ketika
natal tiba, orang-orang Belanda bukannya pergi beribadah ke gereja, tapi mereka
malah lebih memilih pergi ke cafe untuk berhura-hura. Gereja kosong sementara
cafe penuh tumpah ruah.
Dan pergantian tahun baru adalah saat bagi
semua orang untuk bisa berpesta semalam suntuk. Ironis sekali. Mereka sangat
jauh dari nilai-nilai ke-Nasrani-an mereka (sebut saja seperti itu). Tapi
saya ingin bertanya sekaligus ingin menghilangkan keheranan saya ustadz, kenapa
Kristen dan missionaris Eropa (yang saya tahu sebagian dari Belanda) lebih
memilih menyebarkan agama bahkan kalau bisa memurtadkan muslim Indonesia
dibanding memperbaiki ummatnya yang amburadul?
Soalnya saya kaget selama di sini, natalan
dan pergantian tahun baru yang justru seharusnya merupakan bagian dari ritual
keagamaan, mereka justru menjadikan ajang pesta dan seks bebas secara
terang-terangan (saya melihat melalui siaran televisi). Gak ada nilai
keagamaannya sama sekali.
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi
wabarakatuh,
Penyebab utama para misionaris tidak menawarkan ajaran agama mereka kepada bangsa mereka sendiri, karena ajaran itu sudah pernah dicobakan. Dan hasilnya nihil alias nol besar. Alih-alih menjadi solusi, ajaran Kristen di Eropa malah meninggalkan jejak hitam. Penindasan raja dan gereja kepada ilmuwan dan rakyat, masih kuat melekat di alam bawah sadar masyarakat di sana.
Penyebab utama para misionaris tidak menawarkan ajaran agama mereka kepada bangsa mereka sendiri, karena ajaran itu sudah pernah dicobakan. Dan hasilnya nihil alias nol besar. Alih-alih menjadi solusi, ajaran Kristen di Eropa malah meninggalkan jejak hitam. Penindasan raja dan gereja kepada ilmuwan dan rakyat, masih kuat melekat di alam bawah sadar masyarakat di sana.
Kelam sekali memang, Anda bisa bayangkan
bagaimana gereja diberi kekuasaan oleh raja untuk menghukum mati para ilmuwan.
Bukankah Galileo Galilei, Copernicus dan banyak ilmuwan lainnya harus dihukum
mati, karena dianggap bertentangan dengan doktrin gereja?
Lagian, apa yang mereka ajarkan tentang
agama Kristen, sebenarnya sudah tidak asli lagi. Yang mereka ajarkan justru
pemikiran manusia, filsafat dan ajaran sekian ribu sekte yang saling berbeda.
Dan orang Eropa sudah bosan dengan semua itu.
Maka kalau di Eropa hari ini mash ada
misionaris, penginjil atau pendeta, mereka pun sudah tidak lagi punya harapan
bagaimana ajarannya laku di negerinya sendiri.
Maka apa yang Anda saksikan tentang
sudahditinggalkannya agama Kristen di Eropa, adalah hal yang benar. Bahkan
sebenarnya bukan sekarang ini saja, sudah sejak lama mereka acuh tak acuh
dengan agama mereka sendiri. Mereka pernah mengalami masa yang paling menjengkelkan
dari kekuatan gereja di Eropa.
Di Eropa, KristenTinggal Simbol
Kalau pun sekarang ini kita masih melihat
simbol-simbol agama Kristen di sana, seperti natalan, kayu salib, Sinterklas
dan seterusnya, sebenarnya hanya merupakan barang kuno yang sudah tidak lagi
diperhitungkan orang.
Makanya, malam natal tidak diisi oleh mreka
dengan misa atau kebaktian, tetapi joged semalam suntuk, mabok dan berzina.
Pemurtadan di Indonesia
Kalau di Indonesia kita masih menyaksikan
aksi-aksi pemurtadan yang dilakukan oleh para Romo, Pastur, Pendeta dan para
penginjil lainnya, sebenarnya tidak bisa langsung dibilang bahwa hal itu
dilakukan oleh Belanda atau Eropa.
Coba saja perhatikan, yang melakukan
kristenisasi di Indonesia sekarang ini justru orang-orang Indonesia
sendiri.Kalau pun ada bule-nya, hanya beberapa saja. Para bule itu
di negeri asalnya mungkin malah tidak populer. Setidak populer ajaran yang
dibawanya.
Bayangkan, ajaran yang sudah tidak 'laku' di
Eropa, ternyata masih laku untuk didagangkan di sini. Ini yang agak
mengherankan dari karakteristik bangsa ini
Sampai ada seorang kawan yang bilang, bahwa
hal itu hanya latah dari bangsa kita. Misalnya, bangsa kita ini terbiasa
mengimpor apa saja dari luar negeri, termasuk barang bekas, limbah, atau juga
sampah. Betapa agama Kristen di Eropa sudah ditinggalkan, ternyata bangsa kita
lagi asyik-asyiknya melakukan kemurtadan massal. Entah benar atau tidak
anggapan seperti itu. Tapi yang jelas memang di Eropa agama Kristen sudah sejak
lama ditinggalkan.
Dan yang perlu digaris-bawahi, rupanya
negara yang mengalami proses pemurtadan besar-besaran di dunia ini hanya bisa
dihitung dengan jari. Dan yang paling parah kondisinya memang Indonesia
Agaknya, para misionaris itu tahu persis
bahwa iman bangsa kita masih terlalu mudah untuk luntur. Pokoknya, apapun
ajaran, asalkan disebarkan dengan gigih tanpa mengenal lelah, pasti banyak
pengikutnya.
Coba Anda bayangkan, jumlah aliran sesat di
negeri kita ini mencapai 250 buah, hanya dalam kurun waktu 1980 s/d 2006 tahun.
Kita tidak bisa habis pikir, sudah ketahuan sesat, kok masih ada saja yang
ikut. Pengikutnya banyak militan pula.
Padahal bukan hanya ulama yang menyebutnya
sesat, bahkan tukang ojek yang lagi mangkal di perempatan jalan sekalipun tahu
bahwa kelompok itu memang menyempal dari aqidah Islam.
Mungkin di antara penyebabnya karena bangsa
kita ini sangat dangkal akidahnya, akibat lemahnya proses pembinaan agama. Kita
harus sadari bahwa pendidikan Agama Islam di sekolah dan bangku kuliah
seringkali hanya sekedar formalitas, tidak pernah digarap dengan serius, semua
dikerjakan dengan setengah hati.
Syarat iman takwa yang selalu disebut-sebut
sebagai syarat seorang pejabat, lebih sering berupa pemakian kostum dan hadir
dalam peringatan hari besar agama. Sementara korupsi, penindasan, sogok, dan
praktek permalingan uang negara tetap jalan terus.
Faktor lainnya yang menyebabkan para
misionaris dunia serius ingin mengkristenkan Indonesia adalah karena negeri ini
punya jumlah bahan baku dalam jumlah yang cukup besar. Bayangkan, ada 200 juta
manusia beragama Islam tinggal di satu negara, dengan iman rapuh, jumlah ulama
sedikit, pemerintah acuh tak acuh, dan sebagian besar hidup didera kemiskinan
yang abadi.
Wah, ini memang lahan paling subur yang
selalu dicari-cari para misionaris. Harga iman di dada setaradengan sekotak mie
instan. Murah sekali.
Cukup bikin sekolah Kristen yang banyak,
maka akan ada antrian panjang putera puteri bangsa ini yang ingin duduk belajar
di dalamnya. Masak sekolah Kristen berisi 90% murid yang beragama Islam? Mau
diapakan murid-murid itu kalau bukan mau dimurtadkan?
Lalu ke mana para guru muslim? Ke mana para
konglomerat muslim? Mengapa mereka tidak melindungi anak-anak dari bersekolah
yang dibiayai gereja? Mengapa MUI tidak pernah mengeluarkan fatwa HARAM
menyekolahkan anak di sekolah milik Kristen, atau yang berafiliasi ke agama
lain?
Kami dan Anda sepakat untuk heran.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Sumber : http://www.rumahfiqih.com/