Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
UST. H Ahmad Sarwat, Lc, yang saya hormati,
saya ingin mengajukan pertanyaan tentang JIL. Bagaimana pandangan ust tentang
JIL? Saya melihat JIL menyatakan Islam tapi koq mereka membenci MUI pada saat
fatwa aliran sesat kpd Ahmadiyah dll.
Bahkan ada wacana untuk membubarkan MUI.
Apakah di dalam JIL banyak alumni dari IAIN (UIN)? Mereka menerjemahkan
ayat-ayat Alquran sesuai dengan pemikiran mereka, apakah ini merupakan salah
satu kebebasan berfikir dalam Islam?
Dalam website-nya dia membuka salam dengan
" Dengan nama Allah Tuhan Pengasih Tuhan Penyayang Tuhan segala
agama" Lalu apakah agama Budha, Hindu bertuhankan Allah? Padahal mereka
menyembah patung, memberi sesajan kpd patung-patung. Apakah mereka tidak
percaya bahwa sesungguhnya agama yang diterima Allah SWT adalah Islam?
Demikian pertanyaan saya, bila ada
kekeliruan dalam pertanyaan ini saya mohon maaf.
Wassalam
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Islam memang memberikan kebebasan berpikir
serta berpendapat. Itu tidak perlu dipertanyakan lagi. Bahkan kebebasan
berpikir yang ada di dalam agama Islam justru menjadi inspirasi orang Barat
untuk kemudian membebaskan diri dari kungkungan raja dan hegemoni gereja.
Lantas mereka bisa maju, terjadi Revolusi Industri di Inggris hingga sampai
sekarang ini.
Para pemuka kebebasan di Barat sangat
diinspirasikan oleh kebebasan yang ada di negeri muslim. Mereka bebas
menyapaikan pendapat, memberikan gagasan, menemukan begitu banyak karya di
bidang ilmu pengetahuan. Padahal di Eropa, para raja dan kekuatan gereja saat
itu sangat indoktrinatif.
Kitab Injil mereka campur aduk dengan
pemikiran mereka yang picik, lalu dipaksakan kepada masyarakat. Di antara
pengekangan gereja di Eropa saat itu antara lain:
Konsep Trinitas
Trinitas adalah sebuah tema yang paling
kontroversial. Sebab konsep trinitas itu sangat bertentang dengan ajaran asli
Nabi Isa dan ditentang oleh begitu banyak Gereja di Timur. Tapi dengan
kekuatan senjata dan kekuasaan, Gereja Eropa berhasil memaksakan paham kaum
penyembah berhala untuk ditelan bulat-bulat, sehingga dijadikan dogma yang
tidak boleh dibantah.
Seorang raja Inggris, Hertog, bahkan tega
membunuh ribuan orang dengan jalan dibakar hidup-hidup dalam rangka memaksakan
dogma sesat itu di kalangan rakyatnya. Tapi siapa yang sempat bertaubat sebelum
dibakar hidup-hidup, masih ada kesempatan diampuni dan hukumannya dikurangi
menjadi pemenggalan kepala dengan pedang, sebagai ganti dari dibakar
hidup-hidup.
Pengekangan Ilmu Pengetahuan
Gereja bukan hanyamemaksakan masalah
khilafiyah di bidang aqidah saja, tetapi juga merasuk ke wilayah lain yang
tidak seharusnya mereka masuki, yaitu ranah ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tentunyadengan pendekatan dogmatis yang justru melecehkan kemajuan ilmu
pengetahuan.
Misalnya mereka paksakan doktrin bahwa bumi
itu rata seperti meja. Padahal tidak ada ayat Injil yang menyebutkan demikian.
Tentu saja indoktrinasi seperti ini ditentang oleh para ilmuwan yang saat itu
telah berhasil membuktikan kebenaran teori heliosentris.
Akibatnya masyarakat Eropa tertekan selama
berabad-abad, mereka ditindas, disiksa, dipaksa dan dilecehkan
akalnya. Betapa mereka mendambakan hidup di bawah alam kebebasan berpikir
sebagaimana yang dialami oleh bangsa-bangsa muslim di dunia Islam. Ketika
tekanan sudah mencapai puncaknya, meledaklah arus kebebasan di Barat sana, di
mana salah satu pemicunya justru datang dari Islam.
Kebebasan Berpikir Versi Islam
Di bidang aqidah, agama Islam relatif punya
konsep yang sederhana. Tidak berbelit-belit sebagaimana keruwetan para filsuf
barat yang memang rancu cara berpikirnya. Maka di dunia Islam tidak pernah
timbul jurang pemisah antar sekte aliran filsafat. Sehingga tidak pernah
terjadi hegemoni ulama atau indoktrinasi aqidah. Apalagi dalil dan nash yang
dimiliki umat Islam sudah sangat jelas dan mudah dipahami. Beda dengan dogma
gereja yang sumbernya justru otak para pemikir linglung di Eropa.
Di bidang ilmu pengetahuan, kebebasan
berpikir versi Islam sangatbisa kita banggakan. Dengan kebebasan itu, sejarah
Islam bertabur cahaya dengan para penemu di bidang ilmu pengetahuan. Ibnu Sina,
Ibnu Rusydi, Al-Khawarizmi, Al-Kindi, Ibnu Bathuthah, Al-Idrisi, dan sederet
nama ilmuwan besar yang sampai hari ini masih dianggap sebagai tokoh iptek
dunia.
Meski Al-Quran banyak bicara tentang
fenomena alam, tetapi tidak ada satu pun ayat yang bicara terlalu detail
tentang hal itu. Ini bedanya antara Injil hasil karangan manusia dengan
Al-Qurankalamullah, yaitu hal-hal yang terkait dengan iptek lebih banyak
diserahkan kepada otak manusia.
Sehingga silahkan saja manusia menikmati
kebebasan berpikirnya, silahkan lakukan penelitian, eksplorasi, bahkan manusia
ditantang untuk menembus jagad raya. Sesuatu yang di dalam dogma Gereja Eropa
saat itu merupakan kemustahilan.
Kebebasan Pemikiran Versi JIL
Tapi hari ini, yang diusung oleh Jaringan
Islam Liberaldengan nama kebebasan berpikir sama sekali tidak ada kaitannya
dengan ilmu pengatahuan. Kebebasan berpikir versi JIL tidak lain adalah
agenda yahudi zionis dalam rangka menghancurkan eksistensi semua agama,
termasuk Islam. Yang mereka usung bukanlah kebebasan berpikir Islam
seperti yang dahulu dikembangkan.
Dahulu kebebasan berpikir yang datang dari
dunia Islam adalah di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukan dalam
masalah aqidah dan prinsip dasar agama. Kebebasan berpikir di masa Islam dahulu
melahirkan banyak kemajuan buat bangsa dan negara, terutama di bidang ekonomi,
teknologi, ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan besar.
Sedangkan kebebasan versi JIL saat ini tidak
menghasilkan apa-apa, kecuali kufur dan laknat dari Allah.
Yang mereka usung adalah liberalisme yahudi
yang intinya ingin merusak semua agama, mencampur aduknya, melecehkannya
danmencampur aduk aqidah.
Liberalisme = Agenda Zionis
Pluralisme dan Liberalisme Agama merupakan
pintu masuk bagi penghancuran agama itu sendiri. Hal ini sudah menimpa agama
Nasrani ratusan tahun lalu di Eropa dan Amerika, sehingga gereja di sana banyak
yang kosong dan kemudian dijual.
Banyak pula orang Eropa dan Amerika yang
mengaku sebagai Kristiani kian lama kian sedikit dan berubah menjadi agnostik,
kaum yang tidak mau tahu soal agama. Inilah buah dari Liberalisme yang melanda
umat Kristiani Eropa dan AS.
Setelah itu, kaum Liberalisme dan Pluralisme
yang didalangi oleh apa yang disebut-sebut Henry Ford sebagai The International
Jews ini mengarahkan sasarannya ke umat Islam dunia.
Indonesia sebagai negeri kaum Muslimin
terbesar dunia menjadi tujuan utama gerakan penghancur agama ini. Berkedok
sebagai Islam Pluralis, Islam Liberalis, Islam Damai, Islam Kultural, dan
kedok-kedok lainnya, mereka mencoba mendangkalkan agama Allah ini.
Itulah JIL di Indonesia, mereka bukan
mengusung kebebasan pemikiran sebagaimana layaknya dahulu umat Islam, tetapi
pada hakikatnya mengusung misi zionisme international untuk menghancurkan Islam
dari dalam. Waspada dan waspada.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Sumber : http://www.rumahfiqih.com/