Assalamualaikum
Membaca jawaban tentang 'apakah ustad anti
wahabi?' apakah betul ustad bahwa dakwah tauhid sudah tidak up to date lagi.
bukankah yang menjadi prioritas utama para nabi adalah tauhid, baru yang lain.
Saya pernah membaca tulisan syaikh al-albani
bahwa dakwah tauhid adalah prioritas pertama dan utama. lantas bagaimana dengan
berpartai ustad apakah ada landasannya. terimakasih sebelumnya ustad
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Mungkin kita perlu bedakan cara kita
memandang masalah ini. Istilah dakwah tauhid sudah tidak 'up to date'
harus dilihat pengertianya secara luas, bukan dicari-cari celah
kelemahannya. Maksudnya tentu bukan mengecilkan upaya untuk membenahi
tauhid umat Islam. Sama sekali tidak. Sebab dalam struktur kehidupan, tauhid
landasan hidup kita. Di mana tanpa tauhid yang benar, jelas sekali kita tidak
bisa masuk surga.
Akan tetapi yang kami maksud dengan istilah
'up to date' sungguh jauh dari pengertian ini. Up to date sesuai
dengan makna yang sering kita gunakan, adalah sesuatu yang paling baru dan
berkembang di tengah masyarakat.
Misalnya, ada mode pakaian yang up
to date, artinya mode pakaian itu baru saya diluncurkan dan menjadi
trend pada saat ini. Begitu juga dengan jenis handphone, begitu berlomba para
produsen untuk mengeluarkan produk terbaru, dengan fasilitas terbaru, dengan
harga terbaru juga tentunya, sehingga dikatakan handphone itu 'up to date'.
Istilah 'up to date' mengesankan adanya
dinamika dan perubahan terus menerus, dari sebelumnya ke yang sudahnya. Yang
tadinya up to date, seiring dengan berjalannya waktu, berubah menjadi usang dan
kuna, karena ditinggalkan oleh orang. Dan karena sudah ada lagi produk terbaru
yang lebih 'up to date'.
Nah, permasalahan umat sejak dari masa nabi
yang di masa lampau juga selalu berganti. Dan kalau kita perhatikan,
permasalahan itu berbeda-beda pada tiap nabi.
Misalnya, urusan mengenal Allah
(ma'rifatullah) dari bertuhan yang banyak, kasusnya lebih dominan dalam kisah
Nabi Ibrahim 'alaihissalam. Bahkan beliau sendiri terlibat dalam
pencarian sosok Allah SWT. Setelah sebelumnya beliau beranggapan bahwa bintang,
bulan dan matahari adalah Allah SWT.
Nabi Luth
Tema besar Nabi Luth 'alahissalam adalah
masalah homoseksual dan lesbianisme. Kaumnya, Sodom, adalah penemu pertama
prilaku liar yang bahkan binatang sekali pun tidak pernah melakukannya.
Kalau kita perhatikan, maka kaum ini
kemudian dihancurkan karena pelanggaran masalah syariah yang satu ini. Bukan
karena mereka meramal, datang ke dukun, atau karena berpaham asy'ariyah dan
maturidiyah. Mereka tidak pernah meributkan urusan kalam Allah, apakah makhluq
atau bukan makhluq. Mereka dihancukan karena melakukan perbuatan homoseksual.
Salah besar kalau ada yang beranggapan
dihancurkannya kaum Sodom karena syirik kepada Allah. Tema besar kaum ini bukan
pada urusan syirik. Kenapa harus dipaksa-paksa harus syirik.
Kutukan Menjadi Kera
Sedangkan dosa penduduk yang tinggal di
pinggir laut di masa Bani Israil adalah karena melanggar larangan bekerja di
hari Sabtu. Allah SWT telah menetapkan bahwa hari Sabtu adalah hari ibadah, di
mana mereka wajib meninggalkan semua urusan duniawi, masuk ke dalam shauma'ah (tempat
ibadah orang yahudi) untuk ibadah kepada Allah.
Namun mereka melakukan pelanggaran dan
berkilah dengan beragam teknik agar tetap bisa menangkap ikan di hari
Sabtu. Maka atas pelanggaran ini, Allah SWT mengutuk mereka menjadi kera
yang hina. Dan kisah mereka diabadikan di dalam Al-Quran Al-Kariem.
Dan sesungguhnya telah kamu ketahui
orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman
kepada mereka, "Jadilah kamu kera yang hina." (QS. Al-Baqarah: 65)
Coba perhatikan, apakah kasus mereka ini
kasus pelanggaran tauhid dan akidah? Ataukah pelanggaran masalah
syariah? Kalau pikiran kita terang, tidak mungkin kita bilang bahwa
pelanggaran ini termasuk kasus aqidah. Jelas sekali pelanggaran yang mereka
lakukan adalah pelanggaran fiqhiyah. Pelanggaran untuk tidak bekerja di hari
Sabtu.
Mereka tidak dihukum dan dikutuk menjadi
kera karena datang ke dukun, atau tukang ramal, atau karena melakukan bid'ah,
atau karena ikut kelompok paham akidah tertentu yang sering dituduh sesat.
Tidak, sama sekali tidak. Mereka melanggar larangan bekerja di hari Sabtu, yang
tidak ada kaitannya dengan tema akidah.
Apakah kita masih mau paksakan untuk
mengubah sejarah yang sudah terjadi?
Nabi Isa
Tema besar dakwah Nabi Isa 'alaihissam juga
bukan masalah tauhid. Yang kita ketahui tema besarnya justru masalah dunia
pengobatan dan penyembuhan. Lewat mukjizat dari Allah SWT, Al-Masih itu bisa
mengusap orang sakit dan langsung sembuh. Kalau dia mengusap jenazah yang
terbujur kaku, maka jenazah itu atas izin Allah SWT, bisa hidup lagi.
Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak
dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati
dengan seizin Allah." (QS. Ali Imran: 49)
Jelas sekali tidak ada urusan masalah tauhid
ketika Nabi Isa masih hidup. Urusan masalah tauhid tentang Nabi Isa justru
terjadi sepeninggal beliau, ketika orang-orang mulai menjadikan dirinya anak
tuhan.
Kesimpulan:
1. Tauhid adalah landasan paling esensial
dari struktur keIslaman, di mana semua nabi dan rasul memang mengajarkan dan
menanamkan tauhid ini kepada semua kaumnya.
2. Namun tema-tema yang ditetapkan Allah SWT
terhadap tiap kaum seringkali beragam. Ada tema tentang sihir, ada tema tentang
kekuasaan, ada tema tentang pengobatan, pelangaran hari ibadah, homoseksual dan
seterusnya. Ini juga tidak bisa dipungkiri.
3. Maka kita perlu membedakan antara
landasan utama keIslaman dengan tema-tema yang telah ditetapkan Allah SWT
kepada tiap kaum. Sebab tiap nabi pun ternyata dibekali dengan 'senjata' yang
cocok dengan tema yang sedang 'up to date' di masa mereka masing-masing.
4. Seorang juru dakwah tentu perlu
mengetahui tema-tema yang sedang berkembang, agar dia memiliki 'senjata' yang
up to date yang bisa sesuai dengan perkembangan yang berlaku. Sehingga dia
tidak ditinggalkan kaumnya. Dan kehadirannya menjadi solusi buat kehidupan,
bukan malah semakin bikin pusing.
5. Tentang berpartai, kami sudah seringkali
kemukakan di rubrik ini bahwa dalam kondisi tertentu, berpartai itu bisa
menjadi kemungkaran dan bahkan dosa besar.
Akan tetapi sebaliknya, bisa juga menjadi
salah satu alat dakwah yang efektif. Semua tergantung kondisi yang up
to date dan kedalaman pandangan kita dalam melihat kondisi yang nyata
di tengah kehidupan kita.
Semoga penjelasan ini bisa semakin
mendekatkan paradigma yang positif di antara sesama umat Islam.
Wallahu a'lam bishsahwab, wassalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Sumber : http://www.rumahfiqih.com/