Assalamu'alaikum wr. wb.
Saya memang kurang mengerti
tentang Islam, Pak Ustadz. Mohon bimbingannya. Saya ingin bertanya meskipun
sangat simpel. Mengapa syaitan dimasukkan ke dalam neraka. Bukankah syaitan itu
juga terbuat dari api. Berarti, syaitan tidak merasakan apa-apa dong?
Sebelumnya mohon maaf atas kebodohan saya.
Wa'alaikum salam wr. wb.
Jawaban :
Assalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Benar sekali bahwa syetan
itu diciptakan dari api. Hal itu memang Allah katakan dengan tegas di dalam
Al-Quran.
Allah berfirman,
"Apakah yang menghalangimu untuk bersujud di waktu Aku menyuruhmu?"
Menjawab iblis, "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari
api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".(QS. Al-A'raf: 12)
Namun setelah diciptakan,
syetan itu kemudian menjadi jenis makhluq baru yang bukan lagi sebagai api. Api
itu hanyalah bahan baku, tetapi syetan itu sudah bukan lagi api. Maka sifat api
yang panas dan membakar itu tetap menjadi siksaan dan azab buat
syetan. Begitu juga dengan manusia, meski diciptakan dari tanah, bukan
berarti manusia itu adalah tanah. Manusia adalah manusia, sebuah jenis makhluq
baru dan bukan lagi tanah. Dan manusia sangat mungkin untuk disiksa dengan
tanah.
Kalau dipendam hidup-hidup
di dalam tanah, manusia pasti mati. Seperti yang dialami oleh bayi-bayi
perempuan di zaman jahilayah di mana mereka dibunuh dengan cara dikubur
hidup-hidup. Bahkan prosesi hukum rajam itu pada hakikatnya adalah
menghabisi nyawa manusia dengan menggunakan batu, di mana batu itu adalah
bagian dari tanah. Demikian juga dengan syetan, mereka sangat mungkin
disiksa dengan api, meski mereka terbuat dari api. Bahkan banyak syetan yang
sekarang ini sudah dirajam dengan api. Silahkan baca firman Allah SWT berikut:
Sesungguhnya Kami telah
menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan
bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka
siksa neraka yang menyala-nyala.(QS.
Al-Mulk: 5)
Wallahu a'alm bishshawab,
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.
Sumber
: http://www.rumahfiqih.com/