Bismillahir Rahmaanir
Rahiim,
Assalamualaykum wr. wb
Assalamualaykum wr. wb
Ustadz yang dimuliakan
Allah (amiin),
Saya sering membaca
pertanyaan dari orang non muslim (anehnya hanya orang Kristen) bahwa Rasulullah
Muhammad SAW perlu didoakan oleh ummatnya karena beliau banyak dosanya, mereka
berkesimpulan bahwa Nabi Muhammad SAW bukan nabi karena harus didoakan, bukankah
kalau nabi itu sudah pasti masuk surga?
Sementara saya hanya bisa
menjawab bahwa memang dalam Al-Qur'an kita diminta untuk bersalawat kepada Nabi
Muhammad SAW sebagaimana Allah dan para Malaikat bersalawat kepada beliau,
namun menurut hemat saya bersalawat itu bukannya mendoakan tapi menghormati
(atau semacamnya) kalau itu diartikan sebagai doa, kenapa Allah Swt berdoa
(kepada siapa?).
Tolong Ustadz barangkali
ada jawaban/pendapat ustadz.
terima kasih.
terima kasih.
Wassalamualaykum Wr Wb
Jawaban :
Assalamu `alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh,
Dialog dan pertanyaan yang
kritis seperti ini kalau kita mau ikuti, tentu tidak akan ada habisnya. Selalu
akan muncul terus pertanyaan seperti ini, meski bila dijawab dengan tuntas
belum tentu membuat penanya berubah pikiran. Dan di antara pertanyaan
model begini yang paling sering dilontarkan adalah masalah shalat kepada Nabi.
Ini adalah pertanyaan klasik yang muncul dari mereka yang kurang punya
pemahaman dalam bahasa Arab khususnya dan ilmu Al-Quran pada umumnya.
Padahal di dalam ilmu
tafsir, yang disebut dengan 'bershalawat' itu maknanya banyak, tidak terbatas
kepada doa semata. Karena itu di dalam Al-Quran Al-Karim kita menemukan adanya
ayat yang menceritakan bahwa Allah SWT dan para malaikat-Nya bershalawat kepada
Nabi SAW. Dan untuk itu umatnya pun diperintahkan untuk bershalawat kepada
beliau juga.
Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya .(QS. Al-Ahzab: 56).
Dan apa maksud Allah SWT
bershalawat kepada Nabi SAW? Apakah maknanya Allah berdoa kepada Nabi?
Tentu saja bukan. Mana
mungkin Allah berdoa kepada nabi ciptaan-Nya sendiri. Tentu salah besar bila
bershalawat di dalam ayat ini dimaknai dengan Allah berdoa. Yang dimaksud
dengan Allah SWT bershalawat kepada Nabi adalah bahwa Allah SWT memberinya
rahmat. Dan rahmat itu adalah kasih sayang yang selalu mendampingi beliau.
Sedangkan makna para
malaikat bershalawat kepada nabi adalah memintakan ampunan. Meski pun yang
dimintai ampunan sudah tidak punya dosa, lantaran para nabi adalah orang-orang
yangmakshum. Dan hal ini tidak perlu dipertanyakan, sebab Rasulullah SAW
sendiri setiap hari meminta ampun kepada Allah SWT seratus kali. Ketika para
shahabat menanyakannya, beliau hanya menjawab, "Tidak bolehkah aku menjadi
hamba yang bersyukur?"
Sedangkan bila shalawat itu
dari orang mukmin maka maknanya adalah doa supaya beliau diberi rahmat dan
kasing sayang. Dan mendoakan seorang nabi tidak salah, karena salam yang kita
sampaikan kepada orang yang bertemu dengan kita pun maknanya adalah doa.
Kalimat Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh maknanya
adalah ‘Semoga keselamatan terlimpah atasmu serta rahmat dan
barkahnya.’. Buat orang Islam, saling mendoakan satu sama lain adalah hal
yang biasa dan telah menjadi syiar agama. Termasuk memberi salam kepada
Rasulullah SAW dan bershalawat kepadanya.
Kalau kita mendoakan
keselamatan dan kepada seseorang bukan berarti kita meyakjini bahwa dirinya ada
dalam ketidak-selamatan. Doa keselamatan itu sama saja bila kita menyapa teman
dengan mengatakan semoga Anda sekeluarga dalam keadaan sehat wal afiat. Apakah
bila kita menyapa demikian berarti teman kita itu sekeluarga sedang dirawat di
rumah sakit?
Tentu tidak, karena salam
dan shalawat itu sifatnya syiar yang hidup di tengah sesama kita. Dan mendoakan
keselamatan tidak berarti yang kita salami itu sedang sakit tidak bisa
bangun. Maka pertanyaan yang agak konyol ini sesungguhnya tidak perlu
memusingkan kita. Sebab yang bertanya kurang memahami hakikat salam dan
shalawat di dalam pergaulan umat Islam. Jadi banyak hal yang kurang masuk di
logika dirinya.
Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
Ahmad Sarwat, Lc.
Sumber
: http://www.rumahfiqih.com/