Assalaamu'alaikum wr.wb.
Uztad yang baik,
Saya punya teman seorang akhwat yang dia yakin sekali bahwa Allah
telah menentukan jodohnya lewat mimpi. Mimpi itu datang sampai empat kali.
Sayangnya, calonnya tersebut tidak diredhai oleh kedua orang tuanya karena ada
miskomunikasi yang belum bisa diluruskan sampai sekarang. Teman saya itu
berencana untuk tetap menikah dengan calonnya tersebut karena katanya Allah
yang telah menggariskannya dan dia tidak berani membantah. Apakah bisa mimpi
tersebut dijadikan petunjuk, bukankah ridha Allah juga erat kaitannya dengan
ridha orang tua? Apa yang harus saya sampaikan kepada teman akhwat saya
tersebut agar silaturahmi dengan orang tuanya tidak putus karena orang tuanya
benar-benar tidak bisa meridhai si calon tersebut. Terimakasih ustadz.
Wassalamu'alaikum,
Jawaban
:
Assalamu 'alaikm warahmatullahi wabarakatuh,
Sampaikan kepadanya bahwa tidak semua mimpi itu berarti petunjuk.
Kecuali mimpi para nabi dan rasul. Sedangkan mimpi manusia biasa, seringkali
hanya sekedar bunga tidur, bahkan lebih jelek lagi, bisa saja datangnya dari
syetan. Bahkan ketika sebagian shahabat nabi SAW bermimpi mendapat
petunjuk dari Allah SWT, mereka pun melakukan kroscek kepada Rasulullah SAW.
Sebagian mereka bermimpi tentang syariat adzan dalam fungsinya memanggil orang
untuk shalat. Mereka tidak berani begitu saja menyimpukan bahwa adzan itu
secara resmi adalah panggilan untuk shalat berjamaah, kecuali setelah mereka
bertanya dulu kepada Rasulullah SAW. Barulah setelah beliau SAW membenarkan hal
itu dan menyatakan resminya adzan sebagai panggilan untuk shalat,
berkumandanglah adzan pertama dalam sejarah manusia.
Semua ini menunjukkan bahwa meski pun mimpi itu kita anggap
petunjuk dari Allah SWT, akan tetapi tidak boleh dijadikan dasar syariah. Sebab
syariah itu tidak datang lewat mimpi manusia biasa, bahkan mimpi para shahabat
nabi pun juga tidak termasuk sumber syariah. Namun kalau perkara yang
tidak terkait dengan syariah, tidak bertabrakan dengan syariah dan juga tidak
bertabrakan dengan logika akal sehat, boleh-boleh saja seseorang terinspirasi
dari sebuah mimpi. Kalau anda mimpi bahwa Allah menurunkan wahyu yang berupa
tata cara ibadah dan syariah, maka pastikan bahwa itu adalah mimpi buatan
syetan. Sebab syariah sudah putus dan berhenti sejak Rasulullah SAW wafat.
Bahkan manusia biasa tidak akan menerima perintah syar'i secara langsung,
kecuali nabi dan rasul.
Namun kalau mimpi itu di luar masalah syariah, boleh saja
dibenarkan. Asalkan tidak bertentangan dengan syariah itu sendiri serta akal
sehat. Orang yang bermimpi mendapatkan jodoh, namun jodohnya itu lain agama,
tentu saja bukan mimpi petunjuk, melainkan mimpi penyesat dari syetan. Demikian
juga kalau mimpi mendapat jodoh tapi harus berlaku durhaka kepada orang tua,
jelaslah mimpi itu datangnya dari syetan. Sebab tujuan syetan itu membuat
manusia berdosa kepada Allah dan manusia, terutama kepada orang tua.
Bolehlah teman anda itu mengikuti mimpi, namun jangan semata-mata
mengandalkan mimpi sebagai bahan pertimbangan. Dalam segala hal, seorang muslim
harus menggunakan akal sehat dan juga syariat. Kalau sebuah mimpi bertentangan
dengan akal sehat dan syariat, pastilah mimpi itu mimpi sesat.
Wassalamu 'alaikm warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.
Sumber :http://www.rumahfiqih.com/