Peringatan
Tulisan berikut -- yang mulai dimuat hari ini -- mengungkap rahasia paling
tersembunyi dari kehidupan Anda. Anda harus membacanya dengan penuh perhatian
karena tulisan ini membahas masalah yang dapat mengubah cara pandang anda
terhadap dunia materi.
Manusia dibiasakan sejak awal kehidupannya untuk
memandang dunia tempat ia hidup memiliki wujud materi yang absolut. Sehingga ia
tumbuh dewasa di bawah pengaruh pengkondisian ini dan menjalani seluruh hidupnya
dengan cara pandang ini. Namun penemuan ilmu pengetahuan modern memperlihatkan
kenyataan penting yang sama sekali berbeda dengan anggapan umum.
Semua
informasi yang kita punyai tentang dunia luar, sampai kepada kita melalui panca
indera kita. Dunia yang kita pahami terdiri atas apa dilihat mata, didengar
telinga, dicium hidung, dirasakan lidah dan disentuh oleh tangan
kita.
Manusia bergantung hanya pada kelima indera tersebut sejak lahir.
Itulah mengapa ia mengetahui 'dunia luar' hanya sebatas apa yang diberikan
melalui indera ini.
Penelitian ilmiah tentang indera kita telah
mengungkapkan kenyataan yang sangat berbeda tentang apa yang kita sebut dengan
'dunia luar'. Dan kenyataan ini telah membongkar rahasia sangat penting tentang
hakikat materi, yang menyusun dunia luar tersebut.
Pemikir abad ini
Frederick Vester menjelaskan pencapaian ilmu pengetahuan pada bidang
ini:
Pernyataan sejumlah ilmuwan bahwa 'manusia adalah gambar, segala
yang dirasakan bersifat sementara dan tipuan, dan alam semesta hanyalah sebuah
bayangan', tampak dibuktikan oleh ilmu pengetahuan di zaman kita (Frederick
Vester, Denken, Lernen, Vergessen, vga, 1978, p. 6)
Agar lebih memahami
rahasia di balik materi ini, marilah kita pahami kembali indera penglihatan yang
memberikan kita informasi paling banyak tentang dunia luar.
Bagaimana
Kita Dapat Melihat? Proses melihat terjadi secara bertahap. Pada saat melihat,
kumpulan cahaya yang disebut foton bergerak dari benda menuju mata dan menembus
lensa mata dimana foton ini dibelokkan dan difokuskan ke retina, di belakang
mata. Di sini, cahaya diubah menjadi sinyal-sinyal listrik dan kemudian
diteruskan oleh sel-sel syaraf ke pusat penglihatan di bagian belakang otak.
Proses melihat sesungguhnya terjadi di pusat tersebut yang berada di otak.
Semua pemandangan yang kita saksikan dalam kehidupan dan semua peristiwa
yang kita alami, sebenarnya kita rasakan di tempat yang kecil dan gelap ini.
Tulisan yang kini sedang Anda baca dan pemandangan luas tanpa batas yang anda
lihat di ufuk, keduanya masuk ke dalam tempat kecil berukuran beberapa
sentimeter kubik ini.
Sekarang, marilah kita cermati kembali informasi
ini dengan lebih seksama. Ketika kita berkata, 'kita melihat', kita sesungguhnya
melihat 'efek' yang ditimbulkan pada otak kita oleh cahaya yang sampai pada mata
dengan mengubahnya menjadi sinyal listrik. Ketika kita berkata, 'kita melihat',
kita sebenarnya menyaksikan sinyal-sinyal listrik pada otak kita.
Di
samping itu, ada hal lain yang perlu diingat: otak tertutup rapat dari masuknya
cahaya dan bagian dalamnya gelap gulita. Oleh karenanya, ia tak mungkin akan
pernah berhubungan dengan cahaya.
Kita dapat menjelaskan hal ini dengan
sebuah contoh: di hadapan kita ada sebuah lilin menyala dan kita melihat cahaya
lilin ini. Selama kita melihat cahaya lilin, bagian dalam tengkorak dan otak
kita sama sekali gelap, lilin tidak pernah menerangi otak maupun pusat
penglihatan kita. Namun kita melihat dunia berwarna-warni dan terang-benderang
dalam otak kita yang gelap.
Hal yang sama terjadi pula pada semua indera
kita yang lain. Suara, sentuhan, rasa dan bau, semuanya dirasakan di dalam otak
sebagai sinyal-sinyal listrik.
Jadi, otak kita sepanjang hidup tidak
berhubungan langsung dengan materi 'sesungguhnya' yang ada di luar kita,
melainkan sekedar tiruan berupa sinyal listrik dari materi tersebut yang
terbentuk di dalam otak kita. Di sinilah kita tertipu ketika menganggap tiruan
ini sebagai materi sesungguhnya di luar kita.
Kenyataan ini
menghantarkan kita pada kesimpulan yang tak perlu diperdebatkan lagi. Semua yang
kita lihat, sentuh, dengar dan rasakan sebagai materi, dunia atau alam semesta
hanyalah sinyal-sinyal listrik dalam otak kita.
Sebagai contoh, kita
melihat seekor burung di dunia luar. Nyatanya, burung ini bukanlah di dunia
luar, tapi dalam otak kita. Partikel-partikel cahaya yang dipantulkan burung
mengenai mata kita dan kemudian diubah menjadi sinyal-sinyal listrik.
Sinyal-sinyal ini diteruskan oleh sel-sel neuron ke pusat penglihatan di otak.
Burung yang kita lihat, sesungguhnya adalah sinyal-sinyal listrik dalam otak
kita. Jika syaraf-syaraf penglihatan yang menghubungkan ke otak diputus,
penampakan burung tersebut akan segera lenyap.
Dengan cara yang sama,
suara burung yang kita dengar juga ada dalam otak kita. Jika syaraf yang
menghubungkan telinga ke otak diputus, maka tidak akan ada suara yang terdengar.
Singkatnya, burung yang kita lihat dan suaranya yang kita dengarkan tidaklah
lebih dari penafsiran sinyal-sinyal listrik oleh otak.
Hal lain yang
perlu dicermati ialah perasaan tentang jarak. Misalnya, jarak antara Anda dan
tulisan ini, tidak lebih dari perasaan tentang ukuran ruang yang terbentuk dalam
otak anda. Juga, benda-benda yang terlihat sangat jauh dalam pandangan seseorang
ternyata adalah sejumlah bayangan yang terkumpul pada satu titik dalam otak.
Ketika sedang menonton film, Anda sebenarnya tidak berada di dalam
ruangan sebagaimana yang anda yakini. Sebaliknya, ruangan tersebut berada dalam
diri anda. Penglihatan anda terhadap tubuh anda membuat anda berpikir bahwa anda
berada di dalamnya. Namun anda harus ingat bahwa tubuh anda pun adalah gambar
yang terbentuk dalam otak anda.