Assalamu'alaikum wr. wb.
Saya adalah salah seorang
pengurus masjid yang baru. Selama bulan Ramadhan ini seperti biasa kami
melakukan sholat tarawih berjamaah.
Setiap selesai sholat
tarawih, imam tarawih memimpin doa yang salah satu baitnya berbunyi
"kamilin." Di sini letak masalahnya. Salah seorang pengurus masjid
yang lama (sekarang belajar di Persis) menganggap doa tersebut bertentangan
dengan salah satu ayat al-Quran (sayangnya saya tidak tahu persis).
Mungkin Ustadz pernah tahu
tentang hal ini, saya mohon dapat diberikan penjelasannya.
Demikian disampaikan.
Jazakumullah khoiran.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Jawaban :
Assalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Memang kalau secara sengaja mau dicari-cari, segala sesuatu termasuk lafadz doa yang sudah populer pun bisa saja jadi salah. Tapi sampai sekarang terus terang kami masih belum menemukannya. Yang pasti lafadz doa 'kamilin' yang anda sebutkan itu memang bukan lafazd doa yang ma'tsur dari nabi SAW, melainkan hasil gubahan manusia.
Memang kalau secara sengaja mau dicari-cari, segala sesuatu termasuk lafadz doa yang sudah populer pun bisa saja jadi salah. Tapi sampai sekarang terus terang kami masih belum menemukannya. Yang pasti lafadz doa 'kamilin' yang anda sebutkan itu memang bukan lafazd doa yang ma'tsur dari nabi SAW, melainkan hasil gubahan manusia.
Entah karena redaksinya
yang lumayan bagus atau karena seringkali dibawakan, rupanya lafadz ini sangat
populer untuk dibaca di malam Ramadhan, terutama setelah selesai shalat
tarawih. Sehingga selalu dibacakan pada tiap-tiap selesai shalat tarawih di
malam-malam bulan Ramadhan.
Kalau sekiranya ada orang
yang sampai salah persepsi bahwa shalat tarawih tidak sah bila tidak baca doa
ini, tentu perlu diluruskan. Sebab meski biasanya hanya dibacakan pada even
shalat tarawih, sama sekali tidak berarti itu bagian dari ritual shalat
tarawih. Jangankan lafadz doa, bahkan jumlah rakaatnya pun para ulama berbeda
pendapat. Lafadz ini di masa Rasulullah SAW tidak pernah dibacakan dalam shalat
tarawih.
Namun logikanya tidak bisa
langsung dibalik menjadi haram membaca lafadz doa ini di dalam shalat tarawih. Sebab
secara umum, di dalam bulan Ramadhan kita diharapkan banyak membaca doa. Meski
tidak harus doa tertentu.
Sebenarnya kalau kita
perhatikan sekilas makna dari doa ini, rasanya belum ada yang bisa dikatakan
menyimpang dari aqidah dan syariah Islam. Paling tidak, dari lafadz doa yang
serin kami dengar di masjid-masjid. Entahlah kalau ada banyak versi yang
lain. Tapi yang paling sering kami dengar adalah doa yang intinya meminta
kepada Allah SWT agar kita dijadikan sebagai orang yang sempurna imannya. Juga
dijadikan sebagai orang yang menjalankan fardhu dan kewajiban dan seterusnya.
Berikut ini di antara
petikannya, mohon anda periksa dan cari sendiri, di mana kira-kira lafadz yang
dianggap menyimpang atau tidak sesuai dengan ayat Al-Quran.
Ya Allah, jadikanlah
kami sebagai orang yang sempurna iman, yang menjalankan fardhu-fardhu, yang
menjaga sholat-shalat, yang menunaikan zakat, yang rela terhadap apa yang ada
pada-Mu, yang berharap kepada maaf dari-Mu, yang perpegang teguh kepada
petunjuk, yang menolak hal-hal yang laghwi (sia-sia),yang zuhud kepada dunia,
yang rindu pada akhirat, ridha terhadap qadha', yang bersyukur atas segala
nikmat, yang sabar atas segala bala', yang berjalan di bawah bendera nabi
Muhammad SAW di akhirat, yang minum dari haudh (telaga di surga), yang masuk ke
surga, yang duduk di ranjang kemuliaan, yang minum susu dan madu murni, yang
makan makanan surga, yang dikawinkan dengan bidadari surga, yang memakai
pakaian dari sutera halus dan sutera tebal, serts bersama-sama dengan orang-orang
yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin,
orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman
yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah
cukup mengetahui.....
Sedangkan bila yang jadi
titik masalah karena lafadz ini bukan doa dari nabi Muhammad SAW, memang sudah
jelas. Akan tetapi kita tahu bahwa yang namanya lafadz doa itu tidak diharuskan
sesuai dengan ayat Al-Quran atau hadits nabawi. Boleh saja seseorang berdoa sesuai
dengan keinginannya, termasuk membuat redaksinya.
Namun yang lebih utama
tentu saja bila menggunakan ayat Al-Quran atau hadits nabawi, karena redaksinya
sudah pasti kebenarannya. Kalau diminta memilih berdoa dengan menggunakan
lafadz dari Quran dan sunnah atau dengan lafadz karangan manusia, tentu saja
yang lebih utama dengan menggunakan apa yang ada di Quran dan sunnah.
Namun bukan berarti haram
bila berdoa dengan lafadz gubahan sendiri di luar lafadz dari Quran dan sunnah.
Mohon bantu kami bila ada di antara pembaca yang menemukan ada kesalahan dalam
lafadz doa tersebut.
Wallahu a'lam bishshawab,
wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.
Sumber :
http://www.rumahfiqih.com/