Asalamualaikum wr. wb.
Ustadz yang dirahmati
Allah, saya memiliki beberapa pertanyaan:
1. Apa sebenarnya perbedaan yang mendasar antara mazhab Hanafi, Syafi'i, Maliki dan Hambali?
2. Apakah aliran/golongan Hizbuttahrir dan Jama'ah Tabligh itu sama? Mengaju kepada imam siapakah golongan tersebut? Apa kelemahan dari-dari golongan tersebut?
1. Apa sebenarnya perbedaan yang mendasar antara mazhab Hanafi, Syafi'i, Maliki dan Hambali?
2. Apakah aliran/golongan Hizbuttahrir dan Jama'ah Tabligh itu sama? Mengaju kepada imam siapakah golongan tersebut? Apa kelemahan dari-dari golongan tersebut?
Syukron,Jazakumullah
Khairan Khatsiran
Wassalamu'alikum wr. wb.
Jawaban :
Assalamu 'alaikm
warahmatullahi wabarakatuh,
Di antara tonggak penegang
ajaran Islam di muka bumi adalah muncul beberapa mazhab raksasa di tengah
ratusan mazhab kecil lainnya. Keempat mazhab itu adalah Al-Hanabilah,
Al-Malikiyah, Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah. Sebenarnya jumlah mazhab besar
tidak hanya terbatas hanya 4 saja, namun keempat mazhab itu memang diakui
eksistensi dan jati dirinya oleh umat selama 15 abad ini.
Keempatnya masih utuh tegak
berdiri dan dijalankan serta dikembangkan oleh mayoritas muslimin di muka bumi.
Masing-masing punya basis kekuatan syariah serta masih mampu melahirkan para
ulama besar di masa sekarang ini.
Berikut sekelumit sejarah
keempat mazhab ini dengan sedikit gambaran landasan manhaj mereka.
1. MazhabAl-Hanifiyah.
Didirikan oleh An-Nu’man
bin Tsabit (80-150 H) atau lebih dikenal sebagai Imam Abu Hanifah. Beliau
berasal dari Kufah dari keturunan bangsa Persia. Beliau hidup dalam dua masa,
Daulah Umaiyah dan Abbasiyah. Beliau termasuk pengikut tabiin (tabi’utabiin),
sebagian ahli sejarah menyebutkan, ia bahkan termasuk Tabi’in.
Mazhab Al-Hanafiyah
sebagaimana dipatok oleh pendirinya, sangat dikenal sebagai terdepan dalam
masalah pemanfaatan akal/ logika dalam mengupas masalah fiqih. Oleh para
pengamat dianalisa bahwa di antaralatar belakangnya adalah:
- Karena beliau sangat berhati-hati
dalam menerima sebuah hadits. Bila beliau tidak terlalu yakin atas
keshahihah suatu hadits, maka beliau lebih memlih untuk tidak
menggunakannnya. Dan sebagai gantinya, beliau menemukan begitu banyak
formula seperti mengqiyaskan suatu masalah dengan masalah lain yang punya
dalil nash syar'i.
- Kurang tersedianya hadits yang
sudah diseleksi keshahihannya di tempat di mana beliau tinggal.
Sebaliknya, begitu banyak hadits palsu, lemah dan bermasalah yang beredar
di masa beliau. Perlu diketahui bahwa beliau hidup di masa 100 tahun
pertama semenjak wafat nabi SAW, jauh sebelum era imam Al-Bukhari dan imam
Muslim yang terkenal sebagai ahli peneliti hadits.
Di kemudian hari,
metodologi yang beliau perkenalkan memang sangat berguna buat umat Islam
sedunia. Apalagi mengingat Islam mengalami perluasan yang sangat jauh ke
seluruh penjuru dunia. Memasuki wilayah yang jauh dari pusat sumber syariah
Islam. Metodologi mazhab ini menjadi sangat menentukan dalam dunia fiqih di
berbagai negeri.
2. Mazhab Al-Malikiyah
Mazhab ini didirikan oleh
Imam Malik bin Anas bin Abi Amir Al-Ashbahi (93 – 179H).Berkembang sejak awal
di kota Madinah dalam urusan fiqh.
Mazhab ini ditegakkan di
atas doktrin untuk merujuk dalam segala sesuatunya kepada hadits Rasulullah SAW
dan praktek penduduk Madinah. Imam Malik membangun madzhabnya dengan 20 dasar;
Al-Quran, As-Sunnah (dengan lima rincian dari masing-masing Al-Quran dan As
Sunnah; tekstualitas, pemahaman zhahir, lafaz umum, mafhum mukhalafah,
mafhum muwafakah, tanbih alal illah), Ijma’, Qiyas, amal ahlul madinah
(perbuatan penduduk Madinah), perkataan sahabat, istihsan, saddudzarai’,muraatul
khilaf, istishab, maslahah mursalah, syar'u
man qablana (syariat nabi terdahulu).
Mazhab ini adalah kebalikan
dari mazhan Al-Hanafiyah. Kalau Al-Hanafiyah banyak sekali mengandalkan nalar
dan logika, karena kurang tersedianya nash-nash yang valid di Kufah, mazhab
Maliki justru 'kebanjiran' sumber-sumber syariah. Sebab mazhab ini tumbuh dan
berkembang di kota Nabi SAW sendiri, di mana penduduknya adalah anak keturunan
para shahabat. Imam Malik sangat meyakini bahwa praktek ibadah yang dikerjakan
penduduk Madinah sepeninggal Rasulullah SAW bisa dijadikan dasar hukum, meski
tanpa harus merujuk kepada hadits yang shahih para umumnya.
3. Mazhab As-Syafi'iyah
Didirikan oleh Muhammad bin
Idris Asy Syafi’i (150 – 204 H). Beliau dilahirkan di Gaza Palestina (Syam)
tahun 150 H, tahun wafatnya Abu Hanifah dan wafat di Mesir tahun 203 H.
Di Baghdad, Imam Syafi’i
menulis madzhab lamanya (madzhab qodim). Kemudian beliu pindah ke Mesir
tahun 200 H dan menuliskan madzhab baru (madzhab jadid). Di sana beliau
wafat sebagai syuhadaul 'ilm di akhir bulan Rajab 204 H.
Salah satu karangannya
adalah “Ar-Risalah” buku pertama tentang ushul fiqh dan kitab “Al-Umm” yang
berisi madzhab fiqhnya yang baru. Imam Syafi’i adalah seorang mujtahid mutlak,
imam fiqh, hadis, dan ushul. Beliau mampu memadukan fiqh ahli ra'yi (Al-Hanafiyah)
dan fiqh ahli hadits (Al-Malikiyah).
Dasar madzhabnya: Al-Quran,
Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Beliau tidak mengambil perkataan sahabat karena
dianggap sebagai ijtihad yang bisa salah. Beliau juga tidak mengambil Istihsan (menganggap
baik suatu masalah) sebagai dasar madzhabnya, menolak maslahah
mursalah dan perbuatan penduduk Madinah. Imam Syafi’i mengatakan,
”Barangsiapa yang melakukan istihsan maka ia telah menciptakan
syariat.” Penduduk Baghdad mengatakan,”Imam Syafi’i adalah nashirussunnah (pembela
sunnah),”
Kitab “Al-Hujjah” yang
merupakan madzhab lama diriwayatkan oleh empat imam Irak; Ahmad bin Hanbal, Abu
Tsaur, Za’farani, Al-Karabisyi dari Imam Syafi’i. Sementara kitab “Al-Umm”
sebagai madzhab yang baru yang diriwayatkan oleh pengikutnya di Mesir;
Al-Muzani, Al-Buwaithi, Ar-Rabi’ Jizii bin Sulaiman. Imam Syafi’i mengatakan
tentang madzhabnya,”Jika sebuah hadits shahih bertentangan dengan perkataanku,
maka ia (hadis) adalah madzhabku, dan buanglah perkataanku di belakang tembok,”
4. Mazhab Al-Hanabilah
Didirikan oleh Imam Ahmad
bin Hanbal Asy Syaibani (164 – 241 H). Dilahirkan di Baghdad dan tumbuh besar
di sana hingga meninggal pada bulan Rabiul Awal. Beliau memiliki pengalaman
perjalanan mencari ilmu di pusat-pusat ilmu, seperti Kufah, Bashrah, Mekah,
Madinah, Yaman, Syam.
Beliau berguru kepada Imam
Syafi’i ketika datang ke Baghdad sehingga menjadi mujtahid mutlak
mustaqil. Gurunya sangat banyak hingga mencapai ratusan. Ia menguasai
sebuah hadis dan menghafalnya sehingga menjadi ahli hadis di zamannya dengan
berguru kepada Hasyim bin Basyir bin Abi Hazim Al-Bukhari (104 – 183 H).
Imam Ahmad adalah seorang
pakar hadis dan fiqh. Imam Syafi’i berkata ketika melakukan perjalanan ke
Mesir,”Saya keluar dari Baghdad dan tidaklah saya tinggalkan di sana orang yang
paling bertakwa dan paling faqih melebihi Ibnu Hanbal (Imam Ahmad),”
Dasar madzhab Ahmad adalah
Al-Quran, Sunnah, fatwah sahahabat, Ijam’, Qiyas, Istishab, Maslahah mursalah,
saddudzarai’.
Imam Ahmad tidak mengarang
satu kitab pun tentang fiqhnya. Namun pengikutnya yang membukukannya madzhabnya
dari perkataan, perbuatan, jawaban atas pertanyaan dan lain-lain. Namun beliau
mengarang sebuah kitab hadis “Al-Musnad” yang memuat 40.000 lebih hadis. Beliau
memiliki kukuatan hafalan yang kuat. Imam Ahmad mengunakan hadis mursal dan
hadis dlaif yang derajatnya meningkat kepada hasan bukan hadis batil atau
munkar.
Di antara murid Imam Ahmad
adalah Salh bin Ahmad bin Hanbal (w 266 H) anak terbesar Imam Ahmad, Abdullah
bin Ahmad bin Hanbal (213 – 290 H). Shalih bin Ahmad lebih menguasai fiqh dan
Abdullah bin Ahmad lebih menguasai hadis. Murid yang adalah Al-Atsram dipanggil
Abu Bakr dan nama aslinya; Ahmad bin Muhammad (w 273 H), Abdul Malik bin Abdul
Hamid bin Mihran (w 274 H), Abu Bakr Al-Khallal (w 311 H), Abul Qasim (w 334 H)
yang terakhir ini memiliki banyak karangan tentang fiqh madzhab Ahmad. Salah
satu kitab fiqh madzhab Hanbali adalah “Al-Mughni” karangan Ibnu Qudamah.
Wallahu a'lam bish-shawab, wassalamu 'alaikm warahmatullahi
wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.
Sumber :
http://www.rumahfiqih.com/