Assalamu'alaikum Pak Ustad,
Saya mempunyai teman-teman dari
negara-negara asing. Salah satunya, teman dari Italia. Dia berasal dari
Universitas Orientale. Yang cukup saya kagetkan adalah kebenciannya terhadap
sistem negara Indonesia yang mayoritas Muslim ini. Dia selalu mencari celah
khususnya dari sistem Islam umat Islam di Indonesia yang memang sedang dalam
kondisi belum bagus.
Apalagi, saya berjilbab dan satu2nya di
sini. Sebenarnya, bagaimana kiat-kiat menghadapi orientalis yang selalu sibuk
mencampuri urusan orang lain? Berdebat ujung-ujungnya jadi bertengkar Pak.
Terima Kasih.
Wassalamu'alaikum
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi
wabarakatuh,
Anda tidak perlu kaget kalau berhadapan
dengan para orientalis. Memang peran dan tugas mereka adalah menjelek-jelekkan
agama Islam serta menyebarkan pemikiran yang membuat orang semakin salah kaprah
dalam memandang syariah Islam.
Sebagai ilmuwan, mereka tidak punya pedang,
tombak dan bedil. Sehingga mereka tidak seperti agresor Israel yang datang
untuk menjajah dan merampas negeri Islam. Senjata perang mereka adalah mulut
dan pena mereka. Tapi justru jauh lebih berbahaya dan dahsyat dampaknya.
Yang lebih merepotkan, para orientalis itu
sekarang sudah punya kader yang jumlahnya puluhan ribu. Kader-kader itu
beragama Islam, berkulit coklat dan berbahasa Indonesia. Mereka adalah para
jebolan dari berbagai perguruan tinggi di Eropa, Amerika dan Australia yang
diberi guyuran bea siswa.
Mereka berangkat ke negeri-negeri kafir itu
untuk mengaji dan belajar agama Islam kepada dedengkot yahudi aliran hitam yang
menjadi guru besar dan profesor mereka.
Dan ketika pulang, diberi gelar yang
memberhala sebagai cendekiawan muslim.
Lalu masuk ke berbagai instansi pemeritahan,
baik Departemen Agama dengan jaringan IAIN-nya di seluruh Indonesia atau pun
berbagai Departemen serta instansi pemerintahan resmi lainnya. Mereka kemudian
menjadi para penentu kebijakan di negeri dengan 200 juta penduduk muslim.
Di IAIN saja, para murid orientali itu jadi
pejabat dan penentu kebijakan. Maka kalau anda saksikan para mahasiswa IAIN
banyak yang aqidahnya melenceng, anti Islam, ingkar Allah dan ingkar Nabi,
jangan kaget. Kalau mereka mengatakan bahwa kampus mereka adalah daerah bebas
tuhan, jangan sakit hati dulu. Memang begitulah mesin pengkafiran berlangsung
di negeri ini.
Para orientalis itu memang tercipta untuk
menjadi pengacau dan perusak ajaran agama Islam, orang betawi bilang, "Nggak
ada matinye."
Jadi sebaiknya jangan diladeni, karena
mungkin hanya buang-buang umur saja. Toh mereka tidak akan sadar, apalagi masuk
Islam. Bukan berarti kita menutup pintu hidayah, sebab memang ada beberapa
gelintir orientalis yang pada akhirnya tobat, sadar dan masuk Islam dengan
kesadaran.
Tapi dari sejuta orientalis, mungkin cuma
dua atau tiga orang saja yang bernasib baik. Selebihnya?Tidak lebih dari pabrik
limbah pemikiran. Sama sekali kita tidak pernah punya rasa hormat dengan
mereka. Karena semua yang mereka katakan tidak lain hanyalah racun pemikiran
yang mengajak kepada kesesatan dan adzab neraka jahannam. Tidak ada gunanya dan
hanya bikin bibir jontor.
Semua Argumentasi Orintalis Lemah
Satu hal yang perlu anda ketahui, tidak ada
satu pun argumentasi para orientalis yang benar-benar ilmiyah. Kalau mereka
bicara tafsir, jelas tafsir yang ngawur. Kalau bicara sejarah, maka sejarah
yang dipalsukan dan ditakwilkandengan metode yang menyalahi kaidah imu
sejarahsaja. Apalagi kalau mereka bicara fiqih, jelas tidak tepat, karena
mereka sebenarnya agak kurang pengetahuan tentang ilmu fiqih.
Bahkan sebagian besar orientalis itu tidak
bisa bahasa arab, kecuali hanya segelintir saja. Maka wajar kalau mereka
sebenarnya tidak pernah sampai kepada titik kebenaran yang hakiki. Bicara
tentang Islam tapi buta huruf arab, aneh bin ajaib.
Tapi yang lebih perlu kita sedihkan dan
turut berduka cita adalah kalau kita melihat tindakan aneh para budak
oritentalis, yaitu kalangan sekuler dan aktifis pemikiran liberal di negeri
ini. Kelakuan mereka menunjukkan gejala kurang percaya diri kepada ajaran
Islam, tidak PD, malu, minder dan phobi. Gejala minus seperti ini akibat tiap
hari disuntik racun limbah pemikiran profesor mereka yang yahudi kafir itu.
Akibatnya, mereka tidak berdiri kecuali
seperti berdirinya orang yang kesambet setan. Semua isi otak dan mulut mereka
tidak lain hanya berisi penghinaan, pelecehan dan keragu-raguan kepada agama
Islam. Banyak dari mereka yang sudah tidak shalat atau puasa fardhu. Bahkan
tidak percaya bahwa Islam adalah agama yang benar di sisi Allah.
Kita ucapkan belasungkawa yang
sedalam-dalamnya kepada mereka dan atas nasib buruk yang menimpa mereka. Semoga
suatu ketika hati mereka terbuka, tobat dan kembali ke pangkuan agama Islam
yang lurus.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Sumber : http://www.rumahfiqih.com/