Assalamualaikum
Ustad yang terhormat, saat ini di eramuslim
ada berita dengan judul "Matikan TV Pada Sabtu, 15 Desember 2007
Sore!", isinya mengajak umat Islam untuk tidak melihat film ini.
Untuk masalah ajakannya saya sendiri tidak
mempermasalahkan dan mendukungnya, tetapi ada sesuatu yang mengganjal karena
penulis menambahkan kalimat
"Atau bagi yang tetap penasaran
menonton, sebaiknya jangan lepas dari wudhu selama menonton film ini agar
terhindar dari ‘Kuasa Gelap’ dan dilindungi oleh Allah SWT",
Kalimat tersebut menyiratkan ada
"kekuatan gelap" yang akan menggoyahkan hati orang-orang Islam.
Bukankan kita sebagai orang Islam tidak
perlu takut, karena Allah SWT yang akan melindungi orang-orang yang beriman.
Apakah mungkin ritual khusus yang dilakukan untuk Film tersebut bisa mempan?
Menurut saya, sekarang mungkin malah banyak
orang Islam yang penasaran ingin melihat Film tersebut, karena sudah
diberitakan di eramuslim bahwa ada sejenis Film di India seperti yang akan
diputar di stasiuntv di Indonesia telah berhasil memurtadkan jutaan orang-orang
Hindu.
Menurut ustadz sendiri bagaimana sebaiknya?
Terima Kasih.
Jawaban :
Assalamu 'alaaikum warahmatullahi
wabarakatuh,
Inilah problematika berat yang selalu saja
dihadapi umat Islam. Maju kena dan mundur pun kena juga. Jadi serba salah.
Diperingatkan salah tidak diperingatkan juga bisa salah. Kalau memang
benar informasi yang ditulis oleh entah siapa sumbernya dan kini beredar banyak
di milis dan email termasuk di eramuslim, maka kita memang harus tanggap untuk
menghindarinya. Tapi kalau kurang cermat menanggapinya, dan bahkan terkesan
panik, justru 'kepanikan' kita malah bisa menjadi iklan murahan sekaligus
'iklan gratisan' buat film tersebut. Maka setiap orang justru penasaran untuk
melihatnya.
Cobalah renungkan, bukakah selama ini tidak
ada sebuah film di TV yang belum lagi diputar tapi sudah bikin heboh? Dan
khususnya menghebohkan jagad dunia maya muslim Indonesia.
Kami sendiri sudah menerima peringatan ini
dalam bentuk email, entah siapa yang mengirimnya, sejak lama. Saat membuka isi
email itu, terus terang kami sama sekali tidak tertarik untuk membacanya,
apalagi untuk melihat filmnya. Kesan yang muncul pertama, email ini memang
sebuah iklan gratis.
Apalagi kami tidak pernah tertarik untuk
menonton acara begituan di layar TV. Dan menurut hemat kami, umat Islam
yang melek agama, pastilah tidak akan menontonnya. Ngapain
nonton film begituan?
Efek Psikologis Peringatan
Satu hal yang jadi pertimbangan kita adalah
kenyataan bahwa otak kita tidak bisa diperintah dengan terbalik, bisanya lurus.
Kita bisa melarang orang untuk tidak memakan
suatu makanan. Tapi kita tidak bisa melarang orang untuk membayangkan makanan
itu. Kita bisa bilang jangan minum khamar, tapi kita tidak bisa melarang orang
membayangkan khamar.
Contoh lain, kalau kita larang seseorang
untuk membayangkan gajah di dalam benaknya, apalagi dengan bombastis, maka
orang itu justru malah akan membayangkan gajah di benaknya. Padahal kita sudah
teriak-teriak, "Jangan bayangkan gajah, jangan bayangkan gajah." Eh,
ternyata orang itu malah membayangkan gajah di benaknya.
Kalau ada film heboh, lalu kita
teriak-teriak, "Jangan tonton, jangan tonton."
Maka yang terjadi orang malah antri mau nonton. Itulah aspek psikologis karakter penonton kita. Dan kita tidak mau orang malah jadi menonton film itu justru karena peringatan dari kita.
Maka yang terjadi orang malah antri mau nonton. Itulah aspek psikologis karakter penonton kita. Dan kita tidak mau orang malah jadi menonton film itu justru karena peringatan dari kita.
Unsur Magis
Terus terang kami 100% tidak percaya kalau
dikatakan film itu mengandung unsur magis atau sudah dirasuki setan, sehingga
yang melihatnya akan kemasukan setan dan jadi tersesat.
Dan kalau kita cermati, tanpa harus
dilakukan penyusupan setan secara ghaib di film itu pun, sebenarnya nyaris
semua acara TV di negeri kita sudah berisi 'setan' yang sesat dan menyesatkan.
Cobalah bayangkan, bukankah infotainment
yang isinya zina, cerai, selingkuh, mabuk, ditangkap karena narkoba atau
pejabat yang ketahuan berzina di hotel merupakan acara yang sesat dan
menyesatkan? Tapi kok malah tetap ditonton? Ini kan namanya sihir yang nyata.
Bukankah acara film dan sinetron yang isinya
remaja SMP dan SMU berzina, pacaran, selingkuh merupakan acara yang sesat dan
menyesatkan? Tapi yang nonton semakin hari semakin banyak. Bukankah ini juga
merupakan bentuk sihir abad 21?
Bukankah film setan, horor, hantu dan
ilmu-ilmu ghaib bukan program yang sesat dan menyesatkan? Bukankah semua itu
berisi nilai-nilai yang penuh madharat serta merusak fikrah
dan aqidah? Tapi kenapa orang-orang tetap setia menontonnya sampai subuh?
Bukankah ini juga bentuk sihir?
Bagaimana tidak sesat kalau pogram sampah
seperti itu setiap hari diputar, sejak adzan shubuh berkumandang sampai terbit
matahari lagi, isinya cuma urusan syirik, fitnah dan maksiat?
Sebuah sinetron sebenarnya sudah dianggap
merasuki setan dan mengadung 'sihir', ketika para pemirsanya bisa dibuat tidak
mau beranjak dan merasakan ketergantungan untuk selalu terus menonton. Padahal
isinya cuma berputar-putar tidak jelas, apalagi sepanjang sinetron itu tidak
pernah sepi dari maksiat, pacaran, zina, hamil di luar nikah, fitnah,
perpecahan keluarga, anak yang memaki ayah dan ibunya dan segudang
kesesatan parah lainnya.
Jelaslah sinetron seperti itu merupakan
sihir abad 21, yang sebenarnya jauh lebih parah dan lebih berat dari pada
sekedar menonton film misionaris.
Peringatan Tetap Dibutuhkan, Tetapi...
Tapi lepas dari semua itu, kita ucapkan
terima kasih atas peringatan yang diberikan. Sebenarnya sebagai muslim yang
baik, tanpa harus diberi peringatan pun pasti kita sudah tidak akan menonton
acara yang isinya hanya kegiatan dan ajakan misionaris. Apalagi kalau isinya
sesat dan menyesatkan.
Hanya yang perlu kita cermati adalah efek
heboh yang sebenarnya malah menjadi kampanye terselubung. Dan agaknya sisi ini
tidak salah kalau kita pertimbangkan. Mengingat karakteristik para masyarakat
pemirsa dan konsumen kita suka latah dan penasaran kepingin tahu.
Misalnya, ada berita di suatu kampung ada
kucing berkaki tiga. Lalu tiba-tiba orang berduyun-duyung datang untuk sekedar
menonton. Maka si kucing berkaki tiga pun ngetop di seantero jagad raya. Bahkan
masuk TV segala.
Terus, kemarin Indonesia dihebohkan dengan
terbitnya majalah Playboy Indonesia. Beragam caci maki dilontarkan kepada
penerbitnya. Tapi di sisi lain, penjualan majalah ini pun sukses besar karena
langsung ludes dibeli orang. Padahal sebelumnya sudah banyak majalah yang lebih
porno dari Playboy beredar di pinggir jalan dan dijual bebas. Tidak ada yang
beli. Tapi begitu pakai nama Playlboy, langsung balik modal dan untung besar.
Jadi yang harus kita waspadai adalah efek
domino dari peringatan ini. Jangan semakin kita hebohkan, yang nonton malah
semakin banyak. Akibatnya, peringatan yang kita buat malah menjadi iklan gratis
atas film ini.
Padahal mimbar agama Islam yang diputar
subuh di beberapa TV kita, nyaris sepi dan tidak ada yang nonton. Sungguh
sangat ironis bukan?
Apakah TV Haram?
Mungkin nanti ada yang bertanya, kenapa
tidak kita haramkan saja televisi? Kan isinya kemungkaran semua.
Kita masih perlu diskusi lagi untuk masalah
ini, dan bukan kita harus mengharamkan total dari menonton TV. Hanya saja
secara tidak langsung, semakin kita banyak menonton TV, kita harus semakin
cerdas untuk memilah dan memilih.
Sebagai muslim kita harus punya filter ganda
untuk bisa dengan sehat aqidah dan sehat fikrah menonton televisi. Sebab TV
kita ini sudah kebanyakan racunnya dari pada gizinya. Ibarat orang makan
kepiting rebus, kebanyakan tulang, kulit dan durinya dari pada dagingnya. Untuk
memakannya agak merepotkan.
Dan mengharamkan TV tidak sesederhana itu
memang. Sebab semakin diharamkan, maka orang akan semakin banyak nonton.
Kembali kepada teori psikologis konsumen di atas.
Terus Apa?
Yang harus kita pikirkan sekarang adalah
bagaimana umat Islam yang konon ada 200 juta di negeri ini bisa memproduksi
tayangan TV yang bermanfaat, bebas syirik dan maksiat.
Kalau untuk memiliki stasiun TVsendiri masih
ilusi, setidaknya kita harus bisa membuat program tayangan TV sekaligus
pemasang iklannya. Atau setidaknya ada dana wakaf umat untuk kita bisa membeli
slot di jaringan TV swasta dan pemerintah. Jadi bisa tampil tanpa iklan.
Tapi biasanya, kalau diskusi sudah sampai di
sini, maka para tokoh muslim akan terdiam, suasana akan hening. Karena dari
dulu tidak pernah ada yang terealisasi dari program yang masih berupa mimpi itu.
Terus terang saja, kita selama ini lebih
suka bikin ormas atau bikin partai dari pada memikirkan sudut yang satu ini.
Padahal kita semua sudah ber-ijma' bahwa media massa adalah wilayah yang mutlak
harus dimiliki demi tegaknya dakwah Islam. Tapi sekian ormas dan partai Islam
yang anggotanya menjejali gedung wakil rakyat, tidak satu pun yang sudah
merealisasikan program ini.
Kalau ditanya mengapa, jawabannya klasik
sekali, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang. Capek deh!
Hikmah
Hikmah yang bisa kita petik dari rencana
kalangan misionaris memutar film itu di TV adalah ini merupakan sebuah cambuk
buat kita umat Islam. Pertanyaannya sederhana, apa yang sudah kita kerjakan di
dunia pers, khususnya televisi?
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Sumber : http://www.rumahfiqih.com/