Assalamu 'alaikumwr wb,
Pak Ustad yang kagumi ilmunya.
Saya hendak bertanya, apakah ciri-ciri utama
seorang ahlusunnah wal jamaah? Karena belakangan banyak orang/ kelompok yang
masing-masing mengklaim sebagai ahlusunnah wal jamaah yang sahdan sejati
Saya sebagai orang yang awam ingin tahu yang
mana sih ciri-ciri utama kaumyang ber-ahlusunnah wal jamaah, agar saya tahu
& ingin mengikuti ciri-ciri tersebut.
Terima kasih.
Wassalam.
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Menurut hemat kami, Istilah ahli sunnah wal
jamaah lebih tepat kalau digunakan dalam bingkai masalah aqidah. Di mana aqidah
yang diterima dan dibenarkan Allah SWT adalah aqidah yang sesuai dengan apa
yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan juga para shahabatnya. Dan aqidah yang
dimaksud kemudian disebut dengan istilah aqidah ahli sunnah wal jamaah.
Dengan demikian, berlaku sebaliknya. Aqidah
yang bukan ahli sunnah wal jamaah adalah aqidah yang menyimpang atau
bertentangan dengan aqidah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para shahabat
beliau.
Sebagai contoh kongkrit dari aqidah yang
menyimpang adalahaqidah yang mengakui ada nabi setelah Muhammad SAW. Aqidah
model begini jelas-jelas telah keluar dari apa yang diajarkan oleh beliau SAW
dan bertentangan dengan apa yang diyakini oleh para shahabat beliau. Dalam
pandangan aqidah ahlu sunnah wal jamaah, Muhammad SAW adalah nabi terakhir,
tidak ada nabi sesudah beliau. Otomatis juga tidak ada lagi wahyu yang turun
dari langit setelah beliau wafat.
Kalau hari ini ada segelintir orang yang
mengaku menjadi nabi, atau mengaku mendapat wahyu dari langit, hanya karena
bertapa di gunung Bunder 40 hari 40 malam, jelas sekali inilah contoh kongkrit
dari aqidah yang menyimpang dari aqidah ahlu sunnah wal jamaah.
Contoh lain dari aqidah yang menyimpang
adalahaqidah yang mengajarkan bahwa dalam taraf tertentu, manusia bisa mencapai
derajat yang tinggi bahkan bisa langsung berhubungan dengan tuhan, untuk
kemudian menyatu dengan tuhan. Ajaran seperti ini sering disebut dengan wihdatul
wujud, sedangkan orang Jawa sering menyebut dengan istilah manunggaling
kawulo gusti.
Contoh lainnya bila seseorang mengatakan
bahwa malaikat JIbril salah menurunkan wahyu, seharusnya kepada Imam Ali bin
Abi Thalib bukan kepada nabi Muhammad SAW. Atau mengatakan bahwa mushaf yang
benar adalah mushaf lain yang disusun oleh Ali bin Abi Thalib. Atau mengatakan
bahwa akan ada imam mahdi yang ma'shum tanpa dosa dan menerima
wahyu dari Allah SWT layaknya seorang nabi.
Termasuk contoh aqidah yang sesat adalah
yang mengatakan bahwa semua agama sama. Semua umat Islam, Kristen, Hindu, Budha
atau Konghuchu akan masuk surga, semua kembali kepada niatnya. Aqidah seperti
selain sesat juga menyesatkan.
Termasuk contoh aqidah sesat adalah keingkaran
kepada keberadaan sunnah atau hadits Rasulullah SAW. Lalu akibatnya, kitab suci
Al-Quran mereka nodai dengan pemelintiran makna ayat dan penyelewangan takwil
sesat. Persis seperti kelakuan para yahudi di masa lalu yang menyelewengkan
ayat-ayatTaurat.
Dan masih banyak lagi
penyimpangan-penyimpangan yang bisa kita lihat, yang intinya penyimpangan itu
membuat orang-orang yang mengikuti ajaran itu menjadi sesat.
Kesesatan aqidah model begini bukan hanya
ulama yang mengatakannya, bahkan tukang becak di pinggir jalan pun tahu bahwa
aqidah ini jelas sekali kesesatannya.
6 Rukun Iman
Kalau kita mau sederhanakan, pada intinya
keahlisunnahan kita bisa diindikasikan dengan cara sederhana.Yaitumasalah
kelurusan dalam konsep keyakinan kita kepada rukun iman yang enam perkara itu.
Dalam tataran konsep, cara pandang kita
kepada Allah, para malaikat, kitab suci, para nabi, hari akhir dan konsep qadha
dan qadar dari Allah SWT harus benar. Dalam arti bukan sekedar mengakuinya,
namun memiliki konsep yang lurus dan benar sebagaimana dahulu Rasulullah SAW
mengajarkan dan sebagaimana yang konsep yang diimani oleh para shahabat beliau.
Ukuran keahli-sunnahan seseorang tidak
diukur dari panjangnya jenggot yang dipelihara, juga bukan dari seberapa tinggi
ujung kainnyadi atasmata kaki. Juga tidak diukur dari seberapa banyak dalam
sehari mencaci maki para ulama. Juga bukan dari seberapa banyak vonis bid'ah
dantahdzir yangkeluar dari mulutnya. Juga bukan dari seberapa banyak dia
mengutip pendapat-pendapat pribadi Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, Albani, Bin
Baz, Utsaimin, Muqbil atau yang selini dengan mereka.
Demikian juga, ukuran keahlisunnahan
seseorang tidak diukur dari apakah dia melakukan doa qunut saat shalat shubuh,
tarawih 23 rakaat, shalat 'Idul Fithri di dalam masjid (bukan di lapangan),
suka tahlilan, ngaji di kuburan, ziarah ke makam wali songo atau mengirim
tawassul lewat diri nabi SAW.
Demikian juga, ukuran keahli-sunnahan seseorang
tidak didasarkan kepada goyangan jari telunjuk pada saat tasyahhud dalam
shalat, bukan dari posisi tangan yang bersedekap di atas dada, bukan dari
lebarnya kaki dan menempelnya mata kaki dengan mata kaki, juga bukan dari
lebarnya posisi sujud.
Demikian juga, ukuran keahli-sunnahan
seseorang tidak didasarkan atas kecintaan kepada keluarga nabi (ahlul bait),
bukan dari warna hijau sorbannya, atau dari minyak wangi khas arabnya, bukan
dari kayu siwak yang dibawa ke mana-mana, bukan dari tasbih yang diputar di
sela jari-jarinya, bukan dari seberapa besar berkat yang ditentengnya pulang
dari mauludan.
Semua hal di atas bukan ukuran dari apakah
seseorang itu dikatakan ahli sunnah atau bukan. Semua itu hanyalah fenomena
pisik semata yang hukumnya sampai hari ini masih pada posisi khilaf di kalangan
para ulama. Antara yang mengharuskan dengan yang mengharamkan, antaranya
menyunnahkan dengan yang memakruhkan. Sama sekali bukan ukuran kelurusan aqidah
seseorang.
Ahlu Sunnah Dalam Sejarah
Kalau secara sejarah, ada nama-nama kelompok
yang disepakati oleh para ulama sebagai aqidah yang keluar dari ahli sunnah wal
jamaah. Misalnya, kelompok jahmiyah, qadariyah, jabariyah, murjiah, sebagian
dari syiah yang sesat, khawarij dan seterusnya.
Di masanya, kelompok-kelompok itu memang
benar-benar secara tegas dan terang-terangan melakukan penyimpangan. Tapi
nampaknya hari ini kita tidak menemukan lagi sempalan-sempalan itu kecuali
hanya dalam bentuk pemikiran yang berceceran.
Adapun imam dan para tokohnya boleh dibilang
telah musnah tergilas roda zaman di masa kini. Karena konsep aqidah mereka
memang sesat, makanya tidak ada yang mendukungnya. Mayoritas muslimin di
seluruh dunia menolak aqidah sesat semacam itu.
Kalau pun masih ada di zaman sekarang, hanya
berbentuk kelompok-kelompok kecil yang secara sembunyi-sembunyi masih bertahan.
Kerja mereka memang hanya bisa mengintai atau mengendap-ngendap sambil
cari-cari kesempatan untuk bisa terus hidup menyebarkan virus kesesatan.
Manakala umat Islam lengah, atau lemah dari sisi aqidah, kadang sempat muncul
sebentar untuk kemudian mati lagi.
Biasanya para musuh Islam, baik orientalis
atau liberalis, seringkali menggali-gali bangkai aqidah-aqidah sesat dari
kuburannya untuk dipoles-ulang dan ditawarkan kepada kalangan awam. Sesekali
ada juga elemen umat yang tertipu mentah-mentah. Tetapi tidak pernah bisa
membesar dan kuat.
Karena imunitas umat Islam boleh dibilang
sudah cukup baik, hari ini boleh dibilang sudah tidak ada negara atau penguasa
muslim yang aqidahnya sesat secara ilmu tauhid. Tidak seperti di masa lalu di
mana khilafah pernah dikuasai oleh mereka dari kalangan khawarij. Sehingga Imam
Ahmad rahimahullah disiksa dan dipenjara, karena penyimpangan aqidah para
penguasa.
Problem Zaman Sekarang
Kalau kita cermati, nampak kesesatan para
pemimpin umat Islam di abad ini bukan dari sisi aqidah sebagaimana di masa
lalu. Namun yang bermasalah adalah dari sisi kelemahan mental mereka di hadapan
kekuatan yahudi international.
Realitasnya memang sebagian besar para
penguasa di negeri muslim telah bertekuk lutut di depan durjana yahudi laknatullah
'alaihim. Para pemimpin dunia Islam saat ini bisa dikatakan sedang
mengalami degradasi semangat jihad, takut melihat lawan, karena merasa tidak
punya kekuatan.
Masalah yang melanda mereka bukan karena
mereka beraqidah sesat atau keluar dari aqidah ahlu sunnah wal jamaah. Raja
Saudi Arabia itu muslim shalih dan pasti beraqidah ahlussunnah wal jamaah.
Tetapi kita harus akui bahwa posisi beliau terlalu lemah di hadapan Bush
durjana.
Husni Mubarok Presiden Mesir pun seorang
ahlussunnah sejati, tetapi lagi-lagi beliau tidak bisa mengatakan tidak ketika
dipaksa bilang iya olehyahudi.
Kalau ada pemimpin negeri Islam berani
mengatakan tidak kepada penguasa jahannam yahudi, maka nasibnya seperti Saddam
Hussein. Mati digantung di negerinya sendiri dan negaranya habis dikoyak.
Pemimpin Lemah Lahir dari Umat yang Lemah
Dan munculnya pemimpin negeri Islam
yanglemah di depan lawansebenarnya bermuara dari mental umat Islam yang lemah
juga. Di mana secara umumumat ini sedang dihinggapi penyakit wahan.Wahan adalah
cinta dunia dan takut mati, sebagaimana disebutkan di dalam hadits Rasulullah
SAW.
Sikap seorang pemimpin itu tergantung dari
mana dia muncul. Kalau muncul dari umat yang lemah, maka pemimpinnya pun lemah.
Dan pemimpin yang tegar akan lahir dari umat yang juga tegar.
Jadi dari pada kita hanya bisa menyalahkan
para pemimpin, mungkin tidak ada salahnya kita menyalahkan diri sendiri.
Setidaknya, kita bicara bagaimana melahirkan umat yang kuat, tegar, pintar,
berani mati syahid dan berani hidup mulia sekalian.
Wallahu a'lam bishshawab, Assalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Ahmad Sarwat, Lc
Sumber : http://www.rumahfiqih.com/