Tutuplah aurat walaupun akhlak belum baik, Sholatlah walaupun belum bisa Khusyu, Hindarilah pacaran walaupun ada niat menikahinya, Bacalah Al-Qur'an walaupun tidak tau artinya.. Inshaa Allah jika Terus menerus, hal yang lebih baik akan kita dapatkan...

Kamis, 14 Agustus 2014

Apakah Kitab Barzanji Syirik dan Bidah?

Assalamu'alakum ustadz. Kata orang yang mengerti bahasa arab di kitab barzanji ada kata-kata yang mengandung nilai-nilai kesyirikan. Saya sebagai orang awam yang tidak mengerti bahasa arab sangat bingung. Apa kebiasaan tersebut harus dibiarkan?
Terimakasih atas penjelasannya.
Wassalam


Jawaban :

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sebenarnya kalau cuma butuh jawaban pendek, mudah saja caranya. Buka google.com lalu ketik kata kunci 'barzanji', Anda pasti akan segera menemukan puluhan tulisan tentang hukumnya.

Tidak Ada Yang Objektif
Namun meski nampak mudah kita mencari di google tentang apa itu kitab Barzanji, yang jadi masalah justru nyaris hampir semua informasi itu berat sebelah. Yang satu menyerang habis-habisan dengan menyebut kitab Barzanji itu syirik, sesat, bid'ah, kumpulan hadits lemah dan palsu, sehingga kitab ini hukumnya HARAM. Sementara pendapat kelompok lainnya membela mati-matian sambil balik membalas dengan berbagai argumentasi.

Terus terang bahwa di tengah khalayak muslim, kitab Barzanji ini diagungkan oleh sebagian kelompok masyarakat, sehingga selalu dibaca berulang-ulang dalam banyak even kehidupan. Misalnya dalam perayaan Maulid Nabi SAW, ritual kelahiran bayi, aqiqah, syukuran, tahlilan, perkawinan dan seterusnya.

Namun sebagian kelompok masyarakat menyatakan kebalikannya, yaitu menuduh kitab ini penuh dengan kekeliruan, kesesatan, kesyirikan, bahkan juga dituduh sebagai kitab yang tidak berdalil atau bahkan berdalil tapi dalil palsu, sehingga tidak layak dimasukan dalam ibadah maupun muamalah.

Jarang Akur
Sangat disayangkan memang bahwa dalam urusan kecil seperti ini ternyata umat Islam yang sedang mengalami masa kemunduran lebh suka mencari-cari titik perbedaan dengan saudaranya sendiri. Tetapi yang seharusnya saudara kemudian entah bagaimana, kemudian diciptakan sendiri untuk menjadi lawan yang harus diperangi.

Entah karena tidak ada kerjaan, atau pun juga karena kurangnya ilmu agama, atau juga mungkin karena korban adu domba pihak-pihak yang tidak suka umat Islam bersatu. Yang pasti perdebatan itu masuk ke wilayah saling mengejek, saling mencaci bahkan saling menuduh sesat dan masuk neraka.

Dan salah satu objek 'peperangan' itu adalah keberadaan kitab Barzanji ini. Meski tidak terlalu tepat benar, di masa lalu umumnya kalangan muslim tradisionalis atau pedesaan dan perkampungan, punya tradisi kuat dengan kitab Barzanji ini. Sebaliknya, kalangan modernis dan perkotaan, umumnya bersikap anti terhadapnya. Namun pembagian ini akhir-akhirnya sudah agak terbalik-balik. Begitu banyak 'orang kota' yang maulidan dan 'barzanjian', dan tidak sedikit 'orang desa' yang anti maulid dan anti barzanji.


Sekilas Tentang Kitab Barzanji
Kalau kita buka literatur, ternyata kitab Barzanji ini tidak kuno-kuno amat. Disebutkan bahwa penulisnya, yaitu Asy-Syaikh  Syekh Jafar Al Barzanji bin Husin bin Abdul Karim hidup antara tahun 1690 hingga 1766 Masehi. Kalau dibandingkan dengan kitab-kitab fiqih mazhab turats, kitab yang judul aslinya ‘Iqdul Jawahir
 (عقد الجواهر), yang artinya untaian permata ini terbilang karya ulama modern, setidaknya tidak terlalu salaf-salaf banget.

Konon Al-Barzanji dikenal sebagai seorang qadli (hakim), bahkan mazhabnya pun bukan mazhab As-Syafi'i sebagaimana yang orang-orang menduganya. Beliau disebutkan bermukim di kota Madinah Al-Munawwarah. Tentu jangan dibayangkan Madinah seperti masa sekarang yang lebih didominasi oleh kalangan mazhab Hanbali, bahkan kalangan salafi. Madinah di masa beliau hidup masih mengakui empat mazhab, bahkan beliau sendiri adalah seorang hakim yang bermazhab Maliki.

Kalau kita bahas dari segi isinya, tema besar kitab Al-Barzanji adalah riwayat hidup Rasulullah SAW yang ditulis dalam bentuk syair prosa, atau istilahnya natsr, seperti format ayat-ayat Al-Quran. Namun ada juga versi puisi atau nazham, yaitu yang kita kenal seperti susunan pantun yang ada ketukannya.

Di masyarakat Betawi umumnya, Barzanji natsar itu dibaca oleh jamaah laki-laki, dan Barzanji nadzam dibaca oleh jamaah perempuan.

Yang Jadi Tititk Perdebatan
Biasanya yang jadi titik perdebatan atau yang selalu dijadikan persoalan tentang kitab Barzanji ini antara lain :

1. Terlalu Mengagungkan Nabi SAW Dengan Bahasa Sastra
Misalnya lafadz dalam kitab ini memuji Nabi SAW dengan ungkapan sastra :
أشـرق البــدر علـينا فاخـتفت منه البدور مثل حسنك ما رأينا قط يا وجـه السرور
Telah terbit purnama di tengah-tengah kita, maka tertutuplah semua bulan purnama

انت شمس انت بدر انت نور فــوق نـور انت اكســير وغـالى انت مصباح الصدور
Engkaulah surya, engkaulah purnama. Engkaulah cahaya di atas cahaya

Dalam tradisi masyarakat Arab, metafora dan simbol terhadap benda-benda langit dimaksudkan menumbuhkan kekuatan rasa cinta dan rindu terhadap orang yang dijunjung, sebagaimana manusia selalu merindukan hadirnya purnama. 

Dengan penggambaran yang demikian, sang pengarang ingin menyampaikan betapa pribadi Rasulullah begitu agung lagi penting bagi umat manusia, sebagaimana benda-benda langit yang letaknya di atas, memancarkan keindahan, tak terjangkau oleh tangan namun selalu dirindukan, dan memiliki peran penting dalam menjaga dinamika kehidupan alam semesta.

Tetapi buat kalangan anti Barzanji, semua teks di atas dianggap syirik dan menuhankan Nabi SAW. apalagi ada ungkapan bahwa Rasulullah SAW itu cahaya di atas cahaya. Menurut penentanganya, itu hanya boleh terjadi pada Allah SWT saja, dimana Allah SWT berfirman :
اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍ مُّبَارَكَةٍ زَيْتُونِةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُّورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَن يَشَاء وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS An-Nur : 35)

Nah, kemudian mereka yang mengagungkan kitab Barzanji itu balik berhujjah, bahwa bila kita mengerti ilmu bahasa Arab, lengkap ilmu syairnya, badi' dan bayan, maka bahasa-bahata metafora itu sangat lekat kuat di dalamnya. Justru kekuatan bahasa sastra terletak disana. Kalau tidak hiperbol, maka bukan kitab sastra namanya, tetapi buku matematika, kimia dan fisika.

Kurang lebih mirip-mirip bahasa gombal dan sastra surat cinta, si perjaka biasanya menuliskan begini : "Engkau lah bidadariku". Kalau dinilai secara ilmiyah, kata-kata ini pasti sesat, karena tidak mungkin bidadari ada di dunia dan manusia bukan bidadari. Bahkan kalau mau diteruskan, surat cinta itu bisa dinilai syirik juga, sebab telah menentang kehendak Allah bahwa bidadari cuma ada di surga.

Tetapi surat cinta seperti itu ditulis oleh berjuta laki-laki di dunia dan menyenangkan berjuta wanita di dunia. Lantas, apakah kita akan mengatakan bahwa dunia ini dipenuhi dengan orang-orang musyrik karena imannya bertentangan dengan Quran yang mengatakan bahwa bidadari itu adanya cuma di surga?

Jelas yang bilang begitu tidak mengerti hal yang sesungguhnya. Siapa pula yang bilang di surga ada bidadari? Ayat mana pula yang dilanggar? Ungkapan 'engkau adalah bidadariku' itu adalah ungkapan pujian, kalau mau diterjemahkan secara lengkap, bunyinya begini : "Engkau ibarat atau seumpama bidadari yang ada surga di hatiku". Pasti yang bikin surat itu tidak pernah meyakini bahwa pasangannya itu bidadari betulan. Masak bidadari bidadari betulan, lagi kok bidadari jerawatan?

2. Banyak Hadits Dhaif dan Palsu
Kitab Barzanji selain merupakan kitab sastra, isinya juga merupakan sejarah atau sirah nabawiyah. Mereka yang anti dengan Barzanji menuduh bahwa bahkan isi sejarahnya pun banyak yang tidak benar, karena hadits-haditsnya dianggap lemah dan palsu.

a. Tanggal Kelahiran Nabi 
Misalnya yang paling sering diangkat adalah tentang tuduhan bahwa Barzanji keliru dalam menentukan tanggal kelahiran Nabi SAW. Tahun, bulan dan hari kelahirannya, masih belum disepakati oleh ahli sejarah. Tetapi menurut qaul/pendapat yang kuat adalah sebelum subuh pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awwal tahun gajah.

Mereka yang pro kepada Barzanji menjawab bahwa kitab ini bukan kita Sirah Nabawiyah secara 100%. Sehingga kalau mau dikritisi, jangan kitab ini. Kitab ini hanya berisi kisah kelahiran Nabi SAW yang banyak beredar di tengah masyarakat, lepas dari benar atau tidaknya. Oleh karena itu penulisnya pun menyebutkan adanya perbedaan itu, walau pun juga menyebutkan keterangan bahwa yang masyhur adalah tanggal 12 Rabiul Awwal. Hampir semua kitab sirah nabawiyah menuliskan hal yang sama.

b. Bisa Berdiri Usia 3 Bulan, Berjalan Usia 5 Bulan dan Bicara Usia 9 Bulan
Di dalam teks Barzanji memang ada lafafz di atas : 
فَقَامَ عَلَى قَدَمَيْهِ فِي ثَلَاثٍ وَمَشَى فِي خَمْسٍ وَقَوِيَتْ فِي تِسْعٍ مِنَ الشُّهُورِ بِفَصِيحِ النُّطْقِ قَوَاه
Rasulullah SAW berdiri di atas kedua kakinya usia 3 bulan, berjalan usia 5 bulan dan fasih bicara di usia 9 bulan.

Buat kita memang hal ini aneh, walau pun bukan aneh kalau buat orang yang bakalannya akan jadi nabi umat terakhir. Kita mengenal istilah irhashat, yaitu semacam mukjizat tetapi khusus buat orang yang belum lagi menjadi nabi. Jadi kalau apakah mungkin, jawabannya mungkin-mungkin saja.

Tetapi yang memang hal ini tidak dilandasi dengan hadits yang shahih, atau setidaknya umat Islam tidak menemukan kisah ini dalam hadits-hadits yang valid. Sehingga kalau bicara dari segi validitasnya, silahkan saja bila ada yang meragukan kebenarannya. Tidak bisa dinafikan bahwa riwayat-riwayat ini begitu banyak disampaikan, sehingga terjadilah berbedaan pendapat tentang kebenarannya.

Salah satu yang mendukung kebenarannya adalah ulama Indonesia yang jadi guru besar di Mekkah Saudi Arabia di masa lalu. Beliau bernama Seyikh Nawawi Al-Bantani. Khusus untuk informasi terakhir ini, beliau termasuk yang ikut membenarkan kejadiannya. Dan kita tahu banyak ulama nusantara yang berguru kepada beliau. Bahkan beliau juga menulis kitab khusus yang merupakan syarah atau penjelasan dari kitab Barzanji ini.
Wallahu a'lam bishshaw, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc., MA
Sumber : http://www.rumahfiqih.com/


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tulisan Terbaru