Assalamu'alaikum wr. wb.
Ustatdz ana mau tanya
apakah jika seorang hamba jika melakukan kesalahan setelah dia ber taubat
apakah kelak tetap dipertanggungjawabkan? Jazakallah.
Assalamu'alaikum wr. wb.
Ustatdz ana mau tanya
apakah jika seorang hamba jika melakukan kesalahan setelah dia ber taubat
apakah kelak tetap dipertanggungjawabkan?
Jazakallah.
Jawaban :
Assalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Semua tergantung kepada
Allah SWT, apakah menerima dan mengampuni dosa hamba-Nya atau tidak. Sebab
meski Allah SWT telah menetapkan bahwa orang yang meminta ampun akan diampuni,
namun belum tentu semua orang yang merasa sudah minta ampun itu akan
diterima. Bukan karena Allah mengingkari apa yang difirmankan-Nya,
melainkan karena tata aturan dalam meminta ampun itu belum memenui standar
kualifikasi yang telah ditentukan-Nya. Sebab meminta ampun dan taubat itu
bukanlah perkara yang ringan. Tetapi punya sekian banyak syarat dan ketentuan.
Apabila ketentuan ini terpenuhi, maka Allah SWT adalah Maha Memenuhi janji-Nya.
Maka jangan dulu merasa
aman dari dosa dan ancaman siksa, meski sudah merasa bertaubat. Sebab boleh
jadi taubatnya itu belum memenuhi syarat. Tetapi sebaliknya, juga jangan dulu
terlanjur putus asa dari kasih sayang Allah SWT. Sebab Dia memang Tuhan Yang Maha
Kasih dan Maha Menerima taubat hamba-Nya.
Sehingga posisi yang benar
buat seorang muslim adalah antara khauf dan raja'.
Antara takut dan harap. Takut dari azab Allah SWT atas dosa yang pernah
dilakukan. Dan berharap kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang berserah diri.
Di antara taubat yang tidak
diterima antara lain adalah:
1. Taubat yang tidak
diiringi rasa sesal di dalam hati
Orang yang bertaubat, namun
di dalam hatinya tidak merasakan rasa sesal atas semua kesalahannya yang telah
diperbuatnya, maka Allah SWT pun juga tidak menyesal untuk menolak taubat hamba
yang seperti ini.
Orang yang tobat harus
menghilangkan semua kenangan masa lalunya. Jangan diceritakan kepada siapapun
juga. Allah yang telah menutupi aib itu semoga juga menutupi dosa-dosa
sebelumnya. Dan mulai kehidupan baru yang lebih baik dan lebih Islami.
2. Taubat yang tidak
mencegah dari pengulangan dosa
Orang yang bertaubat tapi
secara sadar dan terus menerus mengulangi dosa dan kesalahannya tanpa ada tekad
untuk menghentikannya, tentu tidak akan diterima taubatnya. Sebab pada
hakikatnya, dia tidak bertaubat. Agar orang yang sudah tobat itu jangan
sampai mengulangilagi, salah satunyadengan cara pindah dari suasana dan
lingkungan yang selama ini memberikan peluang melakukan itu. Orang yang taubat
harus hidup di tengah orang-orang shaleh dan selalu menjaga hukum Allah. Bukan
lingkungan yang mendiamkan apabila ada kemungkaran dan kebatilan. Sehingga
apapun yang dia lakukan, selalu ada orang-orang yang dengan ikhlas
mengingatkan.
3. Tidak Mendapat Maaf dari
Orang Lain
Khusus untuk dosa yang
terkait dengan hak milik orang lain seperti dosa memukul, membuh, menyakiti,
mencuri, menipu dan merugikan orang lain, maka perlu permintaan maaf kepada
mereka yang telah dizalimi itu. Hal ini mengingat bahwa hak orang lain
yang telah diambil secara zalim itu masih tetap akan dituntut oleh pemiliknya
kelak di akhirat. Bahkan seorang yang mati syahid sekalipun, tetap akan
dimintai pertanggung jawaban urusan hutangnya yang belum selesai. Padahal orang
yang mati syahid itu masuk surga tanpa dihisab lagi amal-amalnya.
Taubat yang Benar Akan
Menghapus Dosa Sebelumnya
Bila seseorang bertaubat
atas dosa yang pernah dilakukannya dengan taubat yang sesungguhnya serta
diiringi dengan minta ampun kepada Allah, penyesalan dan meninggalkan semua
dosa-dosa itu, lalu mulai kehidupan yang baru yang jauh dari dosa dan suci dari
noda, maka sesungguhnya Allah akan mengampuni dan memasukkan hambanya yang
bertaubat itu ke dalam kelompok orang-orang yang shalih.
Di masa lalu seorang
bertanya kepada Ibnu Abbas ra., ”Aku melakukan zina dengan seorang
wanita, lalu aku diberikan rizki Allah dengan bertaubat. Setelah itu aku ingin
menikahinya, namun orang-orang berkata (sambil menyitir ayat Allah), ”Seorang
pezina tidak menikah kecuali dengan pezina juga atau dengan musyrik.” Lalu Ibnu
Abbas berkata, ”Ayat itu bukan untuk kasus itu. Nikahilah dia, bila ada dosa
maka aku yang menanggungnya.” (HR Ibnu Hibban dan Abu Hatim)
Ibnu Umar ditanya tentang
seorang laki-laki yang berzina dengan seorang wanita, bolehkan setelah itu
menikahinya? Ibnu Umar menjawab, ”Ya, bila keduanya bertaubat dan memperbaiki
diri.”
Agar Punya Benteng
- Seseorang harus belajar Islam
secara serius dan mendalam, baik yang berkaitan dengan aqidah, syariah
maupun akhlaq. Sehingga diapaham dan mengerti betul apa itu iman dan Islam
sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
- Dia harus memiliki lingkungan
pergaulan yang Islami dan baik, di mana di dalamnya selalu ditegakkan amar
makruf dan nahi mungkar dan selalu ada taushiyah antara sesama teman.
- Dia harus selalu berdakwah dan
mengajarkan ajaran Islam itu baik dalam diri Anda, keluarganya dan juga
teman-temannya yang lainnya. Sehingga dia tidak hanya menjadi objek
dakwah, namun sekaligus juga menjadi pelaku dakwah itu sendiri.
- Dia harus selalu memperbaharui keimanannya, karena iman itu kadang berkurang dan kadang bertambah. Caranya adalah dengan beragam kegiatan seperti menambah kajian tentang keimanan, merenungi penciptaan alam semesta, mengambil pelajaran dari orang-orang yang shalih dan seterusnya.
Wallahu a'lam bishshawab
wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ahmad Sarwat, Lc.
Sumber
: http://www.rumahfiqih.com/