1. Ayah nabi Muhammad SAW
adalah Abdullah, artinya Hamba Allah. Siapakah Allah yang dimaksud? Bukankan
sebelum Nabi diutus, bangsa Arab belum mengenal Islam?
2. Nabi Muhammad SAW juga
berdo'a di Gua Hira'. Berdo'a kepada siapakah beliau? Apa agama beliau nabi
Muhammad SAW sebelum beliau diangkat menjadi Rasul?
Demikian, terima kasih.
Jawaban :
Assalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Orang Arab sesungguhnya telah mengenal Allah SWT jauh sebelum kelahiran nabi
Muhammad SAW. Anggapan seperti yang anda sampaikan sebenarnya agak kurang
tepat. Sebab Al-Quran sendiri yang menegaskan bahwa musyrikin Arab itu kenal
betul bahwa tuhan mereka adalah Allah SWT. Dalam salah satu ayat Al-Quran
digambarkan bagaimana pengakuan orang Arab jahiyah terhadap keberadaan Allah
SWT.
Dan sesungguhnya jika kamu
tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan
menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab,
"Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang
benar). (QS Al-Ankabut: 61)
Dan sesungguhnya jika kamu
menanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu
menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan
menjawab, "Allah." Katakanlah, "Segala puji bagi Allah",
tetapi kebanyakan mereka tidak memahami (nya). (QS
Al-Ankabut: 23)
Dan sesungguhnya jika kamu
tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?"
Tentu mereka akan menjawab, "Allah." Katakanlah, "Segala puji
bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS Luqman: 25)
Dan sungguh jika kamu
bertanya kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?",
niscaya mereka menjawab, "Allah." Katakanlah, "Maka terangkanlah
kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan
kemudaratan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan
kemudaratan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka
dapat menahan rahmat-Nya? Katakanlah, "Cukuplah Allah bagiku."
Kepada-Nya lah bertawakal orang-orang yang berserah diri. (QS Az-Zumar: 38)
Dan sungguh jika kamu
bertanya kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan mereka," niscaya
mereka menjawab, "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan
(dari menyembah Allah)? (QS Az-Zukhruf: 87)
Dari lima ayat Al-Quran di
atas yang menceritakan keyakinan orang Arab musyrikin jahilyah, kita tahu bahwa
mereka ternyata punya keyakinan tentang keberadaan Allah SWT. Bahkan bukan
sekedar yakin atas keberadaan-Nya, mereka pun mengakui bahwa yang menciptakan
langit dan bumi, memberikan rizki, menurunkan hujan, menundukkan matahari dan
bulan adalah Allah SWT.
Lalu apa tugas nabi
Muhammad SAW jika demikian?
Tugas beliau bukan
mengenalkan keberadaan Allah SWT, sebab mereka sudah kenal Allah. Tigas beliau
juga bukan untuk menerangkan bahwa Allah SWT adalah tuhan yang menciptakan
langit dan bumi, sebab mereka sudah tahu. Tugas beliau adalah memastikan bahwa
ketika mereka hanya menyembah Allah SWT saja yang Esa, tanpa adanya tuhan-tuhan
lainnya yang disembah bersama-Nya. Sehingga motto dakwah beliau adalah: LAA
ILAAHA ILLALLAH, yaitu tidak ada tuhan yang patut disembah dengan haq kecuali
hanya Allah saja.
Walhasil, agama yang dibawa
nabi Muhammad SAW memang mewajibkan penghancuran semua berhala, juga menafikan
semua undang-undang, sistem, agama, ideologi dan peraturan yang bersumber dari
selain Allah SWT. Seorang tidak dikatakan muslim sebelum dia mengakui tidak ada
tuhan selain Allah, dan tidak ada hukum selain hukum yang Allah turunkan.
Adapun kenalnya orang Arab
jahiliyah terhadap nama Allah SWT, karena dahulu ada nabi Ibrahim dan puteranya
Ismail alaihimassalam di negeri itu. Bahkan mereka masih setia
datang berhaji setiap tahun keliling baitullah. Mereka memang menyebut Ka'bah
dengan istilah baitullah (rumah Allah). Bedanya, cara manasik
haji mereka sudah jauh menyimpang. Misalnya, mereka thawaf keliling ka'bah
dengan bersiul dan bertepuk sambil telanjang tanpa busana.
Sembahyang mereka di
sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka
rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu. (QS.
Al-Anfal: 35)
Dalam Gua Hira
Di dalam gua Hira,
Rasulullah SAW memang bukan berdoa dalam arti seperti kita sekarang ini. Sebab
beliau memang belum mendapatkan penjelasan langsung dari Allah SWT tentang
sosok-Nya. Juga belum ada tata aturan dalam cara beribadah dan berdoa
kepada-Nya.
Sehingga yang beliau
lakukan bukan berdoa, melainkan menyepi untuk melakukan tahannus.
Beliau tentu tidak berkomat-kamit mengangkat tangan ke langit. Namun yang
berliau lakukan adalah merenung, berpikir, melakukan evaluasi, serta berdialog
dengan diri sendiri. Hingga kemudian Allah SWT berkenan berbicara kepada-Nya lewat
perantaraan malaikat Jibril 'alaihissalam.
Namun perlu diketahui bahwa
beliau sebagai orang Arab pun sudah tahu bahwa Allah SWT adalah tuhannya. Bahwa
Allah SWT adalah tuhan yang menciptakan langit dan bumi, yang menurunkan hujan
serta memberi rizki. Kekurangan aqidah bangsa Arab jahiliyah ini bukan
pada rububiyah-nya, melainkan pada uluhiyah-nya. Di
mana mereka belum punya informasi apa pun tentang bagaimana bertauhid kepada
Allah dan bagaimana cara beribadah kepada-Nya. Mereka baru sekedar tahu bahwa
tuhan itu ada, namanya Allah dan Allah itu menciptakan mereka hingga memberi
rizqi.
Kualitas mereka sedikit di
bawah para ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) yang sudah kenal Allah dan juga
mengenal adanya kitab-kitab suci yang turun dari langit yang berisi tata cara
ibadah dan juga syariah. Mereka juga mengenal sistem kenabian yang berujud
manusia yang mendapatkan wahyu dari langit sebagai hukum yang harus diterapkan.
Namun kesalahan fatal para
ahli kitab itu ketika mereka tidak mau mengakui bahwa Allah SWT menjadikan
Muhammad SAW sebagai Nabi dan ingkar kepada Al-Quran sebagai kitab suci yang
terakhir. Kesalahan ini kemudian diperparah dengan sikap ambivalen mereka
terhadap agama Islam. Bahkan pada akhirnya mereka malah memerangi dan hendak
membunuh Rasulullah SAW.
Maka semua keyakinan mereka
sebelumnya tentang Allah, kitab suci, para nabi dan hukum-hukum syariat yang
turun kepada mereka, menjadi tidak ada gunanya lagi. Oleh Al-Quran, para ahli
kitab ini diberi status sebagai orang kafir, meski mereka percaya keberadaan
Allah, para nabi dan kitab-kitab suci. Hal itu karena mereka tidak mau mengakui
Muhammad SAW sebagai nabi dan Al-Quran sebagai kitab suci.
Sungguh kasihan...
Namun sebagai penghargaan
atas persamaan beberapa asas iman, laki-laki musim dibolehkan menikahi wanita
ahli kitab. Demikian juga dengan sembelihan mereka, halal dimakan oleh
orang-orang Islam. Meski demikian, mereka tetap masuk neraka, karena tidak
menjadikan Allah sebagai satu-satunya tuhan dan karena mereka tidak mengakui
bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
Wallahu a'lam bishshawab
wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.
Sumber :
http://www.rumahfiqih.com/