Asslm.Wr .Wb.
Ustadz, saya ingin sekali
belajar bahasa Arab supaya lebih mudah dalam memahami al-Qur'an serta
memudahkan dalam berda'wah. Sebaiknya tempatnya di mana ya? Mungkin ada
referensi tempat. Saya sama sekali awam mengenai bahasa Arab dan ingin mulai
dari awal.
Wass. Wr. Wb.
Jawaban :
Assalamu 'alaikum
Warahmatullahi wabarakatuh
Urgensi Menguasai Bahasa
Arab
Belajar bahasa Arab memang
sebuah keharusan yang layak dikuasai oleh umat Islam. Sebab sejak awal mula
diturunkan ajaran Islam sampai hari ini, bahasa yang digunakan adalah bahasa
arab.
Al-Quran sebagai kitab suci
abadi yang menghapus semua kitab suci yang pernah ada, diturunkan dalam bahasa
Arab. Rasulullah SAW sebagai nabi akhir zaman yang risalahnya berlaku untuk
seluruh manusia di muka bumi sampai akhir zaman, juga berbahasa arab, tanpa
pernah diriwayatkan mampu berbahasa selain arab.
Hadits-hadits nabawi
diriwayatkan secara berantai hingga sampai kepada kita melewati masa
berabad-abad, juga tertulis dalam bahasa Arab. Bahkan semua kitab yang
menjelaskan materi Al-Quran, As-Sunnah serta syariah Islamiyah hasil karya para
ulama muslim sedunia sepanjang masa, juga kita warisi dalam bahasa Arab.
Ketika dakwah Islam
memasuki pusat-pusat peradaban dunia dan membangun kejayaannya nangemilang,
bahasa yang digunakan juga bahasa Arab. Kala itu bahasa Arab selain resmi
menjadi bahasa pemerintahan, juga menjadi bahasa dunia pendidikan, bahasa ilmu
pengetahuan serta bahasa rakyat sehari-hari. Padahal negeri-negeri yang
dimasuki Islam itu tadinya bukan negeri Arab.
Bahkan ketika Islam masuk
ke Mesir dan para penguasa dan rakyatnya masuk Islam, mereka tidak hanya
sekedar memeluk Islam sebagai agama, tetapi mereka belajar bahasa Arab,
berbicara dengan bahasa Arab dan melupakan bahasa asli peninggalan nenek moyang
mereka. Hanya dalam tempo beberapa tahun saja, tidak satu pun bangsa Mesir yang
paham bahasa asli mereka. Semua berbicara dengan bahasa Arab, bahkan hingga
hari ini. Padahal Mesir itu bukan negeri Arab dan tidak terletak di jazirah
Arab. Mesir terletak di benua Afrika, namun rakyat Mesir keseluruhannya
berbicara dalam satu bahasa, yaitu bahasa Arab.
Bila kita amati secara
seksama, memang ada kecenderungan bahwa di mana ada masuknya dakwah Islam ke
suatu negeri hingga mampu mambangun peradaban besar, pastilah negeri itu
berubah bahasanya menjadi bahasa Arab. Bahkan bahasa resmi negara sekaligus
bahasa rakyat jelata.
Sebaliknya, negeri-negeri
yang kurang sempurna proses Islamisasinya, bisa dengan mudah dikenali dari
tidak adanya rakyat yang menggunakan bahasa Arab. Paling jauh hanya sekedar
serapan-serapan bahasa saja, seperti bangsa kita ini. Bahasa Indonesia
(termasuk Melayu) menyerap sangat banyak bahasa Arab ke dalam
perbendaharaannya. Begitu banyak kata yang sumbernya dari bahasa Arab, bahkan
bisa dikatakan bahwa unsur serapan dari bahasa arab termasuk paling dominan
dalam bahasa Indonesia. Namun sayangnya, bangsa ini tidak sempat mampu
berbahasa Arab dalam kesehariannya. Apalagi ditambah dengan penjajahan selama
ratusan tahun, dimana para penjajah itu memang paham betul bahwa salah satu
kekuatan agama Islam adalah pada bahasa Arabnya.
Bila suatu umat muslimin di
muka bumi ini tidak bisa bahasa Arab, artinya mereka pasti tidak paham tiap
ayat Al-Quran, tidak paham hadits nabi, tidak mengerti apa yang mereka baca
dalam zikir, shalat dan doa. Tidak mengerti syariah Islam dan ajaran-ajarannya
secara mendetail. Kecuali bila diterjemahkan terlebih dahulu dan dijelaskan
satu persatu oleh kiayinya. Dan metode penerjemahan begini tentu saja sangat
terbatas keberhasilannya, terlalu lemah dan justru sangat menghambat.
Karena itu, keinginan anda
untuk belajar bahasa Arab dan menguasainya adalah sebuah keinginan yang teramat
mulia, sehingga perlu didukung penuh. Jangan sampai keinginan itu berhenti
hanya karena alasan teknis semata.
Empat Dimensi Penguasaan
Bahasa Arab
Menguasai bahasa Arab itu
minimal harus menguasai empat sisi.
1. Fahmul Masmu'
Maksudnya kita harus mampu memahami apa yang kita dengar. Jadi kalau ada orang Arab membacakan berita di TV atau sedang berdialog, kita mampu mengerti.
Maksudnya kita harus mampu memahami apa yang kita dengar. Jadi kalau ada orang Arab membacakan berita di TV atau sedang berdialog, kita mampu mengerti.
2. Fahmul Maqru'
Maksudnya kita harus mampu memahami teks yang kita baca. Sehingga buku, kitab, majalah, koran atau teks apapun yang tertulis dalam bahasa Arab, mampu kita pahami.
Maksudnya kita harus mampu memahami teks yang kita baca. Sehingga buku, kitab, majalah, koran atau teks apapun yang tertulis dalam bahasa Arab, mampu kita pahami.
3. Ta'bir Syafahi
Maksudnya kitamampu menyampaikan isi pikiran kita dalam bahasa Arab secara lisan, dimana orang Arab mampu memahami apa yang kita ucapkan.
Maksudnya kitamampu menyampaikan isi pikiran kita dalam bahasa Arab secara lisan, dimana orang Arab mampu memahami apa yang kita ucapkan.
4. Ta'bir Tahriri
Maksudnya kita mampu menyampaikan pikiran kita kepada orang Arab dengan bentuk tulisan, dimana orang Arab bisa dengan mudah memahami maksud kita.
Maksudnya kita mampu menyampaikan pikiran kita kepada orang Arab dengan bentuk tulisan, dimana orang Arab bisa dengan mudah memahami maksud kita.
Problematika Belajar Bahasa
Arab
Sebelum anda menentukan
pilihan pada lembaga mana anda akan percayakan program belajar bahasa arab
anda, sebaiknya anda juga belajar dari beberapa pengalaman mereka yang pernah
melakukannya sebelumnya. Juga tidak ada salahnya kalau anda juga mendengarkan
pengalaman mereka, baik telah sukses maupun yang gagal.
Kenyataannya memang harus
diakui bahwa tekad kuat untuk belajar bahasa Arab, terutama buat kalangan muda
muslim yang tidak pernah mengecap pendidikan pesantren berbahasa Arab,
seringkali kandas di tengah jalan.
Di Jakarta pernah berdiri
puluhan ma'had dan lembaga kursus yang mengajarkan bahasa Arab. Sayangnya,
kebanyakan keberhasilannya berjalan terseok-seok, kalau tidak mau dikatakan
gagal total. Umumya kurang berhasil dalam mengantarkan para siswanya untuk
menjadi orang yang mahir bahasa Arab.
Biasanya, alasan paling
klasik adalah lamanya masa belajar dan rasa bosan yang dengan cepat menghantui
para pelajar. Apalagi ditambah dengan padatnya aktiftitas peserta di luar jam
kurus, sehingga biasanya lembaga kursus itu menyelenggarakan pengajaran bahasa
dengan cara non-intensif. Kursus diselenggarakan seminggu sekali, atau seminggu
dua kali. Sekali pertemuan hanya 2 atau 3 jam saja. Dilihat dari sisi
keintensifannya saja, sudah terbayang kegagalannya.
Semua itu kemudian
dipeRprah kualitas pengajar yang umumnya juga orang Indonesia, di mana secara
teori mungkin menguasai dasar-dasar gramatika bahasa Arab, tetapi secara dzauq (taste),
kemampuan mereka amat terbatas. Banyak sekali para pengajar yang mampu
berbicara dalam bahasa Arab, namun dengan ta'bir (cara
pengungkapan) yang bukan digunakan oleh orang Arab. Sehingga orang Arab sendiri
pun kalau mendengarnya agak berkerut-kerut dahinya sampai 10 lipatan.
Masalah kurikulum pengajaran
pun seringkali malah menjadi faktor penghalang besar. Yaitu ketika para peserta
dijejali dengan berbagai macam aturan, rumus, kaidah dan tetek bengeknya, tapi
kurang praktek langsung. Bisa jadi secara teori mereka sangat paham, tapi
giliran harus menggunakan bahasa itu baik secara lisan, tulisan atau
pendengaran, semua jadi berantakan alias gagal total. Kasusnya mirip dengan
orang yang belajar berenang secara teoritis, menguasai aturan gaya bebas, gaya
kupu-kupu, gaya katak dan lainnya. Tapi giliran masuk kolam, tenggelam dan
tidak timbul-timbul lagi. Sungguh menyedihkan memang.
Bahasa adalah Aplikasi
Tempat belajar suatu bahasa
yang paling baik bukan di dalam sebuah lembaga kursus, juga bukan di dalam
sebuah kelas. Tempat belajar yang paling baik adalah di tempat dimana semua
orang berbicara dan berkomunikasi dengan bahasa tersebut.
Kalau anda ingin pandai
bahasa Jawa, sebaiknya anda tinggal selama beberapa tahun di Jogjakarta atau di
Solo. Terutama di pedesaan dimana masyarakat dengan setia menggunakan bahasa
Jawa. Di sana anda bukan hanya belajar kosa kata jawa, tetapi juga mendengar,
melihat, memperhatikan, menirukan, serta beradaptasi secara langsung dengan
cara komunikasi orang jawa. Sebab bahasa itu bukan sekedar kosa kata, tetapi
termasuk juga tutur bahasa, cara mengungkapkan, cara melafalkan, bahkan
termasuk bahasa tubuh, mimik dan intonasi. Dan semua bermula dari mendengar
setiap saat ucapan. Pagi, siang, sore dan malam hari yang anda dengar hanya
percakapan orang-orang dalam bahasa Jawa.
Ini adalah cara belajar
bahasa yang paling alami, paling mudah dan paling berhasil. Cara ini telah
melahirkan jutaan anak-anak berusia 1 tahun hingga 5 tahun yang mahir berbahasa
Jawa. Jangan kaget, kalau di Jogja dan Solo, rata-rata anak kecil mahir
berbahasa Jawa (?)
Dan jangan kaget juga kalau
di Mesir dan negeri Timur Tengah lainnya, anak-anak mahir berbahasa Arab. Kalau
anak kecil saja mahir berbahasa Arab, mengapa anda yang sudah dewasa tidak bisa
bahasa Arab?
Kesimpulannya adalah bahwa
belajar bahasa itu membutuhkan sebuah komunitas orang-orang yang berkomunikasi
dengan bahasa itu. Dimana kita ada di dalamnya dan ikut berinteraksi secara
aktif.
Lembaga kursus bahasa Arab
yang paling canggih sekalipun, kalau tidak mampu menghadirkan sebuah komunitas
berbahasa arab, adalah lembaga yang tidak akan mampu melahirkan lulusan yang
mahir berbahasa arab.
Beberapa Contoh
Beberapa pesantren di
negeri kita boleh dibilang lumayan berhasil melahirkan santri yang lumayan bisa
berbahasa Arab. Katakanlah pesantren Darussalam Gontor Ponorogo (http://gontor.ac.id),
tempat dimana banyak tokoh nasional kita saat ini pernah belajar. Tapi
keberhasilannya memang ditunjang dengan kebehasilan menciptakan komunitas
berbahasa arab. Sebab semua santri tinggal di lingkungan pondok sehari 24 jam
selama minimal 6 tahun. Yaitu sejak mereka lulus SD hingga mau masuk perguruan
tinggi. Dengan resiko hukuman digunduli kalau ketahuan berbicara bahasa
Indonesia.
Contoh lain yang boleh
dibilang lumayan sukses adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA),
yang merupakan sebuah ma'had pengajaran bahasa Arab di bawah naungan
Universitas Islam Muhammad ibnu Suud Riyadh. LIPIA berlokasi di Jakarta, namun
hampir semua pengajarnyaorang arab atau yang pernah bertahun-tahun kuliah di
sana. Sehingga dari segi dzauq bahasa, ada kekuatan
tersendiri. Setiap hari para mahasiswa ditenggelamkan dengan komunitas orang
Arab betulan, sejak jam 7 pagi hingga jam 12 siang selama 7 tahun. Semua
pelajaran disampaikan dengan bahasa Arab, meski tidak ada lagi hukuman gundul
buat pelanggarnya.
Salah satu faktor
keberhasilannya adalah karena setiap calon mahasiswa yang masuk diseleksi
terlebih dahulu dengan sangat ketat. Hanya mereka yang lulus tes tertulis dan
lisan (wawancara) dengan bahasa dan orang arab saja yang boleh kuliah disitu.
Kalau sudah berhasil diwawancarai oleh orang Arab, bukankah sebenarnya sudah
boleh dikatakan bisa berbahasa Arab?
Tapi LIPIA pun sempat
merasakan kegagalan ketika membuka kelas non intensif yang hari kuliahnya hanya
sore hari, itupun hanya 2 kali seminggu. Akhirnya, program ini dinilai kurang
efektif dan tidak memenuhi target, lalu dibubarkan hingga sekarang ini.
Keterangan lebih lanjur tentang LIPIA bisa anda buka di situsnya http://lipia.org
Kesimpulan
Menyimpulkan dari kisah
sukses dua contoh lembaga pendidikan di atas, kuncinya adalah:
1. Adanya komunitas
berbahasa arab yang tulen dan pekat
2. Masa pendidikan yang
intensif, rutin dan padat
3. Waktu belajar yang cukup
lama
4. Kemauan keras yang tidak
pernah padam
Kunci yang terakhir itu
menjadi faktor penentu terakhir, sebab tidak sedikit mereka yang sudah pernah
masuk ke lembaga di atas, tetapi akhirnya tidak kuat di tengah jalan, kemudian
jalan di tempat, berhenti dan mogok. Kalau keinginan yang dimiliki hanya
sekedar semangat di awalnya saja, biasanya memang tidak akan bertahan lama.
Sedangkan kisah tidak
sukses pengajaran bahasa asing di negeri kita adalah pelajaran bahasaInggris di
SMP dan SMU. Bahkan sejak SD ditambah lagi di perguruan tinggi. Kalau
dihitung-hitung, paling tidak setiap mahasiswa di negeri ini pernah belajar
bahasa Inggris paling tidak selama 10 tahun. Tapi hasilnya? Sulit menemukan
mahasiswa Indonesia yang mampu berbicara fasih dalam bahasa Inggris, bahkan
sekedar memahami atau atau membaca teks berbahasa Inggris pun masih sangat
lemah. Apalagi kalau diminta berkomunikasi langsung dengan orang yang berbahasa
Inggris.
Wassalamu 'alaikum
Warahmatullahi wabarakatuh
Sumber :
http://www.rumahfiqih.com/