Assalamu 'alaikum wr wb.
Ustadz, ana adalah salah
satu aktivis LDK salah satu kampus di Bogor. Ana seringkali berinteraksi dengan
harakah dakwah lainnya yang masing-masing sebenarnya punya tujuan yang sama
tapi berbeda dalam bermanhaj
Yang ana ingin tanyakan,
bisakah suatu saat nanti harakah-harakah tersebut bergabung menjadi jama'atul
muslimin bukan lagi minal muslimin? Bukankah itu lebih
baik tujuan yang sama itu lebih cepat terwujud.
Apakah ada upaya-upaya dari
para qiyadah jama'ah tersebut untuk menyatukan langkah dan tidak saling mencari
kesalahan?
Jazakallah
Jawaban :
Assalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Kalau pertanyaannya mungkin apa tidak, rasanya sih mungkin-mungkin saja. Apa sih yang tidak mungkin kalau Allah SWT sudah menghendaki.
Kalau pertanyaannya mungkin apa tidak, rasanya sih mungkin-mungkin saja. Apa sih yang tidak mungkin kalau Allah SWT sudah menghendaki.
Adanya kelompok semacam
ikhwan, HT, salafi dan lainnya hanya sekedar sebuah ijtihad. 100 tahun yang
lalu semuanya tidak pernah ada. Bagaimana mau ada, lha wong para pendirinya
saja belum lahir?
Jadi kelompok-kelompok itu
sebelumnya tidak pernah ada, dan sangat mungkin suatu hari nanti semuanya akan
musnah hilang dari lembar sejarah.
Apalagi umat ini setiap
saat berganti generasi, setiap dekade punya pahlawannya sendiri-sendiri. Selama
sejarah panjang 1400 tahun, kita sudah memiliki ribuan pergerakan, bahkan kita
pernah punya ratusan daulah Islamiyah.
Yang besar-besar saja,
yaitu khilafah Islamiyah, kita pernah punya sampai empat kali. Khilafah
Rasyidah selama 30-an tahun. Lalu khilafah Bani Umayyah di Damaskus selama
kurang lebih 90-an tahun. Lalu khilafah Bani Abbasiyah di Baghdad, yang
berkuasa ratusan tahun lamanya. Hingga terakhir kita punya khilafah Turki
Ustamni yang mengakhirikejayaannya di tahun 1924 kemarin.
Ikhwan, salafi, HT dan
sejenisnya sebenarnya mewakili pergerakan umat Islam di abad 20, yaitu setelah
bubarnya khilafah terakhir. Berbagai harakah ini sebenarnya boleh dibilang
semacam alternatif dari kekosongan khilafah dan kemunduran umat. Apalagi saat
itu adalah masa kolonilisme dan imperialisme barat atas umat Islam.
Ada banyak prestasi yang sudah
diraih selama abad 20, ada banyak peta yang berubah, dan ada begitu banyak
kemunduran yang pernah ditelan.
Nah, bukan tidak mungkin di
abad 21 ini, peta pergerakan berubah lagi. Boleh jadi nama-nama pergerakan di
abad 20 akan hilang dan musnah. Kemudianberganti dengan pergerakan lainnya
lagi. Atau bisa saja tetap ada dan masih berjaya terus. Dan bisa jadi pula
khilafah Islamiyah yang pernah hilang selama 100-an tahun itu muncul lagi. Kita
tidak pernah tahu. Karena semua itu rahasia Allah SWT.
Kalau anda tertarik untuk
banyak menelaah masalah seperti ini, kami sarankan anda membaca sebuah karya
menarik. Dalam kitabnya, Al-Muslimun baina Qarnain, (umat Islam di dua abad
terakhir), Dr. Yusuf Al-Qaradawi banyak bercerita tentang hal ini. Selain
segudang prestasi, umat Islam juga mengalami berbagai macam kemunduran.
Benturan Ikhwan, Salafi dan
HT
Secara aqidah, ketiga
kelompok ini sama-sama ahlussunnah wal jamaah. Bahkan para petingginya saling
berhubungan erat. Kalau ada perbedaan, sebenarnya masalah teknis bekerja di
lapangan.
Kalau HT lebih senang
memulai dari membangun khilafah, ikhwan lebih suka mulai dari pembinaan pribadi
hingga akhirnya baru khilafah. Sedangkan Salafi mungkin lebih sering bicara
masalah pemurnian aqidah dan memberantas bid'ah.
Tetapi ketiganya sama-sama
memakai Al-Quran yang sama, hadits yang sama, dan bernabi kepada nabi yang
sama. Nyaris tidak ada perbedaan mendasar dari ketiganya.
Kalau ada kesan satu sama
lain saling berbeda, sebenarnya hanya fenomena di level akar rumput. Boleh jadi
masing-masing pendukung 'kesebelasan' terlibat baku hina, baku caci dan baku
ejek. Memang perlu disayangkan, sebab seharusnya sikap-sikap tidak dewasa
seperti itu tidak perlu terjadi. Selain haram hukumnya, yang malu kita-kita
juga kalau ditertawakan oleh barisan orang kafir.
Tetapi apa mau dikata,
begitulah barangkali ciri-ciri suporter sebuah kesebelasan. Bisanya hanya
saling mencaci dan menabuh genderang. Kalau disuruh main bola yang
sesungguhnya, belum tentu bisa.
Logika sederhananya, kalau
mau akur dan rukun, ada dua jalur yang perlu dipikirkan.
Pertama, jalur kesadaran
dari masing-masing elit kelompok. Para petinggi masing-masing kelompok perlu
sering-sering bertemu danduduk bersama. Semua pihak harus sadar bahwa di level
akar rumput memang sudah terjadi hal-hal yang kurang baik. Adalah merupakan
tanggung-jawab masing-masing elit kelompok itu untuk meredam, menahan diri dan
menertibkan pada pengikutnya.
Kedua, barangkali kesadaran
dari elitnya belum muncul, kita bisa berharap dari akar rumput masing-masing.
Penyadaran untuk saling akur dan rukun tidak selamanya harus top down, bisa
saja bersifat bottom-up. Dari bawah ke atas.
Untuk itu memang perlu
sosialisasi tentang kesadaran kerukunan dan berukhuwah, mengurangi perbedaan
pandangan yang mengarah kepada perpecahan, bahkan perlu kajian dan analisa tentang
dampak negatif dari munculnya keributan antara kelompok.
Kita mungkin belum mampu
untuk mengatakan kepada masing-masing kelompok untuk masing-masing membubarkan
diri lalu bersatu dalam satu wadah bersama. Tetapi setidaknya kita bisa
berharap bahwa masing-masing tetap berjalan beriringan, saling bela, saling
hormat, saling sayang, saling melengkapi dan saling bersikap husnudzdzan.
Mungkin tidak ada salahnya,
masing-masing kelompok diajak untuk membahas dna merenungi ayat-ayat berikut
ini:
Dan jika ada dua golongan
dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah
satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka
perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali
kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah),
maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. AlHujurat: 8)
Sesungguhnya orang-orang
mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS. AlHujurat: 9)
Hai orang-orang yang
beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi
mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan
jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh
jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang
mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu
panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka
mereka itulah orang-orang yang lalim.(QS.
AlHujurat: 10)
Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah
dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah
sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di
antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima tobat lagi Maha Penyayang.(QS.
AlHujurat: 11)
Semoga Allah SWT menyatukan
hati-hati umat Islam dan menghangatkan kemesraan dalam memperjuangkan
agama-Nya. Amien
Wassalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Sumber :
http://www.rumahfiqih.com/