Assalamu'alaikum wr, wb.
Beberapa minggu yang lalu
di kuliah PAI, teman sekelas saya bertanya tentang haram-tidaknya produk-produk
amerika yang diduga menysihkan sebagian labanya untuk mendanai israel. Saya
sudah sejak lama mendengar wacana ini. Saya jelas menentang tindakan
perusahaan-perusahaan tersebut. namun yang masih menjadi ganjalan di hati saya
ialah, selama ini saya hanya mendengar ajakan untuk memboikot produk-produk
tersebut saja.
Belum pernah saya melihat
bukti bahwa perusahaan-perusahaan tersebut mendonasikan labanya untuk israel.
Kalau yang dimaksud dana untuk israel adalah pajak yang dibayarkan
perusahaan-perusahaan tersebut untuk pemerintah AS lantas oleh AS uang tersebut
diberikan sebagian untuk Israel, bukankah kalo begitu berarti kita harus
memboikot seluruh produk AS?
Tapi apakah mungkin
INDONESIA memboikot seluruh produk AS, menilik ketergantungan ekonomi kita yang
sangat besar pada AS?
Sekiranya bapak ahmad
sarwat berkenan menjawab pertanyaan saya. Terimakasih sebelumnya.
Wassalaamu'alaikum wr, wb.
Jawaban :
Assalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Seruan untuk memboikot produk Israel dan Amerika memang sangat terkait dengan politik perang ekonomi. Boleh jadi sebenarnya secara hukum thaharah, produk makanan atau minuman itu halal. Karena dibuat tanpa melanggar aturan dalam syariah. Namun yang menjadi titik masalah adalah efek psikologis di bidang ekonomi. Dan konon di beberapa negara Arab yang sebelumnya masyarakat sangat konsumtif terhadap produk Israel, begitu para ulama mengumandangkan ajakan boikot, banyak yang merugi dan gulung tikar.
Seruan untuk memboikot produk Israel dan Amerika memang sangat terkait dengan politik perang ekonomi. Boleh jadi sebenarnya secara hukum thaharah, produk makanan atau minuman itu halal. Karena dibuat tanpa melanggar aturan dalam syariah. Namun yang menjadi titik masalah adalah efek psikologis di bidang ekonomi. Dan konon di beberapa negara Arab yang sebelumnya masyarakat sangat konsumtif terhadap produk Israel, begitu para ulama mengumandangkan ajakan boikot, banyak yang merugi dan gulung tikar.
Kenapa di negeri ini kita
tidak tahu? Ada banyak sebab. Salah satunya memang produk-produk Israel itu
memang tidak beredar di negeri kita. Sehingga kita tidak merasakan langsung
pengaruh dari pemboikotan itu.
Apalagi seruan itu ternyata
bukan hanya disambut oleh umat Islam di Timur Tengah saja, tetapi beberapa
kelompok masyarakat di Eropa yang nota bene bukan muslim, juga ikut memboikot
produk Israel itu. Motivasinya tentu karena kemanusiaan. Sebab apa yang
dilakukan Israel benar-benar bertentangan denga nilai-nilai kemanusiaan, bukan
hanya sekedar tidak suka kepada umat Islam.
Adapun produk negara
Amerika yang memang sangat banyak itu, memang kita di Indonesia belum
menyaksikan langsung gonjang-ganjing akibat pemboikotan. Sebab seperti yang
anda sebutkan, jumlah item produk mereka begitu banyak dan bukan hanya yang
dikonsumsi oleh masyarakat. Bahkan negara kita pun menjadi salah satu konsumennya. Beberapa
jenis pesawat terbang, senjata, mesin serta alat berat masih kita beli dari
Amerika. Dan nyaris saat ini kelihatan tidak mungkin bila tiba-tiba kita tidak
membeli dari mereka. Kalau melihat kondisi ini, sebenarnya yang butuh bukan Amerika
tetapi kita.
Lihatlah bagaimana TNI AU
pernah diboikot oleh pabrikan pesawat terbang di Amerika, sehingga mereka tidak
mau menjual spare-part pesawat. Akibatnya, begitu banyak pesawat kita yang
tidak bisa terbang. Namun seruan untuk boikot itu tetap sangat efektif dan
ampuh. Sebab memboikot adalah hak kita sebagai konsumen. Tinggal kita
pilih-pilih mana yang lebih strategis untuk diboikot. Tentu tidak semua produk
Amerika bisa dengan mudah diboikot. Ada banyak produk yang nyaris kita bisa
memboikotnya, karena kenyataanya kita memang butuh. Lucunya, kita pun masih
belum berniat untuk memproduk sendiri.
Dahulu bangsa Indonesia
bisa bangga punya industri pesawat terbang, tapi kini semua tinggal kenangan.
Entah salah urus atau salah kebijakan, yang jelas ribuan pegawai pabrik pesawat
terbang di negeri ini jadi pengangguran. Konon pabrik itu sekarang hanya
memproduksi panci untuk kebutuhan perlengkapan dapur. Sungguh mengenaskan.
Sebenarnya, bangsa ini
bukan tidak punya putera terbaik yang bisa bikin produk canggih dan murah.
Masalahnya terletak pada kebijakan penguasa yang tidak bijak dan kurang berjiwa
nasionalisme. Barangkali otak mereka sudah teracuni dengan doktrin ekonomi
barat yang kapitalis. Sehingga kurang memberi ruang dan kesempatan kepada
produk dalam negeri sendiri untuk berkembang. Akibatnya terjadi braindrain,
sebuah istilah untuk mengungkapkan fenomena perginya ilmuwan dan tenaga ahli
dari negeri sendiri ke luar negeri, akibat tidak dihargainya peran mereka oleh
bangsa sendiri.
Tiap tahun ribuan
putera-puteri terbaik bangsa ini yang hijrah ke negeri lain dan bekerja untuk
kepentingan pembangunan di negeri itu. Alasannya sangat klasik, di sana mereka
digaji tinggi sementara di sini, gaji mereka hanya terpaut tipis dengan para
buruh kasar. Walhasil negeri ini miskin produksi, tidak punya SDM, tidak
punya modal untuk mengembangkan sendiri industri dalam negeri. Bahkan SDM yang
berada di level paling dasar sekalipun, antri untuk bekerja menjadi buruh apa
saja di luar negeri.
Ketika datang seruan untuk
memboikot produk yahudi dan Amerika, barulah kita sadar. Rupanya semua yang
kita makan, minum dan pakai, mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki, semua
produk musuh Islam. Dan kita seolah baru bangun dari tidur, ternyata kita tidak
bisa hidup kecuali menjadi konsumen setia industri musuh Allah.
Masalah ini menjadi
pelajaran bagi kita bangsa muslim, untuk mulia berpikir lebih jauh. Jangan
sampai hidup kita bergantung dari membeli produk orang lain. Sementara produk
bangsa sendiri tidak dipikirkan.
Untuk itu, marilah kita
mulia dari yang paling mudah dan sederhana. Kita belum bisa terlalu ideal
memang, tetapi bukan berarti apa yang tidak bisa dikerjakan semuanya lalu
ditinggalkan semuanya.
Pepatah Arab sering
mengungkapkan dengan untaian kalimat: maa laa yudraku kulluhu laa
yutraku julluhu. Sesuatu yang tidak bisa didapat semuanya, tidak harus
ditinggalkan semuanya.
Wallahu a'lam bishshawab,
wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Sumber :
http://www.rumahfiqih.com/