Assalamualaikum
warahmatullah wabarakatuh,
Pak ustadz yang dirahmati
Allah, teman saya pernah bertanya, di manakah Allah itu? Dikatakan dalam
Al-Quran Allah ada di atas di 'Arasy, kalau Dia di Arasy berarti Allah berada
dalam dimensi tempat, dan kalau ada dimensi tempat berarti berada dalam dimensi
waktu, kalau berada dimensi waktu berarti... Saya tak mau meneruskannya lagi.
Saya sangat bingung pak Ustadz, jawaban apa yang bisa berikan jika ada yang
bertanya kepada saya lagi, dan saya juga sangat-sangat bingung juga
bertanya-tanya pada diri sendiri.
Terima kasih pak Ustadz
atas jawabannya, semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat.
Assalam alaikum,
Jawaban :
Assalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Sebenarnya anda tidak perlu
terlalu bingung dalam menjawab masalah itu. Semua mari kita kembalikan kepada
Allah SWT. Kalau Allah SWT telah memberikan keterangan tentang di mana
keberadaan diri-Nya, tentu saja kita tidak bisa menolaknya. Sebaliknya, bila Allah
SWT sendiri tidak memberikan keterangan apapun tentang hal itu, kita pun akan
menjawab tidak tahu. Inilah yang membedakan aqidah kita sebagai muslim
dengan aqidah-aqidah lain di luar agama Islam. Titik perbedaannya ada para cara
pandangan kita tentang tuhan kita.
Seorang muslim mengenal
tuhannya lewat penjelasan langsung dari tuhan, bukan lewat imajinasi, logika
atau angan-angan kosong. Logika memang bisa sekedar membantu memastikan
keberadaan tuhan, tetapi tidak pernah bisa menjawab pertanyaan lebih lanjut,
misalnya tentang bagaimana sosok tuhan, sifat-sifat-Nya, kemauan-Nya,
kehendak-Nya, aturan-Nya, hukuman-Nya serta hal-hal lainnya.
Bagi seorang muslim, tuhan
memperkenalkan dirinya. Sehingga sudah bisa dipastikan tidak akan terjadi
kesalahan atas pemahaman tentang tuhan. Lain halnya dengan agama di luar
Islam, mereka mungkin bisa menemukan tuhan dalam hal keberadaannya. Tetapi
sebenarnya apa yang mereka kenal tentang tuhan tidak lain hanya mitos,
imajinasi, khayal, bahkan sekedar teori yang tak pernah terbukti. Dalam kuliah
ilmu teologi, banyak sekali dibahas berbagai teori tentang tuhan, bahkan ada
buku yang secara khusus menulis tentang sejarah tuhan.
Tapi semua itu tidak pernah
ada gunanya, karena tak satu pun penjelasan di dalamnya yang langsung bersumber
dari tuhan langsung. Semua hanya ilusi, imaji, khayal, konsep, anggapan, waham
atau sekedar mimpi-mimpi belaka. Tuhannya sendiri tidak pernah diberi
kesempatan untuk menjelaskan sosok dirinya. Maka ilmu itu tidak ada gunanya,
bahkan hanya membut orang sesat semakin tersesat.
Kalau kita mau tahu tentang
siapa 'jati diri' tuhan, maka sesuai kaidah jurnalistik, kita langsung
'wawancarai' tuhan. Biar diri-Nya sendiri yang memberi keterangan pasti. Tentu
saja tidak semua jati diri-Nya pasti dibeberkan, tetapi minimal kita tidak
membuat diskripsi secara ngawur asal jadi.
Lalu bagaimana cara kita
wawancara dengan tuhan untuk menanyakan jati diri-Nya?
Tidak usah repot-repot,
sebab 14 abad yang lalu, tuhan sudah begitu banyak berbicara kepada kita umat
manusia, lewat wahyu dari langit. Baik berbentuk kitab suci Al-Quran atau pun
lewat sabda nabi-Nya (hadits). Keduanya adalah wahyu yang turun dari langit.
Hanya dua sumber inilah yang secara pasti bisa dikatakan valid, otentik,
original dan resmi yang berbicara tentang tuhan.
Selain kedua sumber itu,
sudah bisa dipastikan palsu, sesat, salah dan sesat. Otak manusia tidak bisa
menjawab lebih jauh tentang tuhan, kecuali hanya sampai batas kesimpulan awal,
yakni bahwa tuhan itu ada, eksist, wujud. Selebihnya, otak kita punya banyak
kelemahan untuk mendeskripsikan 'anatomi' tuhan.
Tapi sebenarnya kalau kita
teliti sejarah lebih dalam, sepanjang sejarah tidak pernah kita dapati ada
suatu peradaban yang 100% atheis (tidak mengakui eksistensi tuhan). Bahkan Abu
Jahal yang kafir itu pun meyakini adanya tuhan. Sehingga tugas nabi SAW
sebenarnya bukanlah membuktikan keberadaan tuhan, tetapi memperkenalkan sosok,
jati diri serta 'anatomi' tentang Tuhan. Termasuk perintah-perintah, kehendak,
keinginnan, rule of the game yang datang dari tuhan. Pendek,
bukan hanya tuhan itu ada, tetapi apa maunya tuhan pada dan dari diri kita,
semua telah dijelaslah oleh nabi dan kitab suci.
Quran Menjawab Tuhan Ada di
Mana
Sebelumnya Al-Quran telah
menjelaskan sifat tuhan secara umum, yaitu bahwa tuhan itu tidak sama dengan
apa pun. Lam yakun lahu kufuwan ahad, tidak ada satu pun yang
sekufu dengan tuhan. Laisa kamitslihi syai'un, tidak ada sesuatu
pun yang menyerupi tuhan.
Misalnya disebutkan dalam
Quran lafadz yadullahi yang artinya tangan tuhan. Benarkah tuhan punya tangan,
ataukah hanya makna kiasan saja?
Jawabnya, benar tuhan punya
tangan sungguhan dan bukan kiasan. Tetapi tangannya tidak sama dengan tangan
manusia. Kita tidak menolak keadaan tuhan yang punya tangan dengan jalan
mentakwilkannya dengan makna lain seperti kekuasaan. Tidak perlu ditakwilkan seperti
itu, karena dengan cara itu kita malah sudah mulai mengarang tentang diskripsi
tuhan. Dan mentakwilkan tangan tuhan dengan makna lain seperti kekuasaan tuhan,
merupakan sebuah kesalahan fatal.
Lalu bagaimana?
Kita tetap terima bahwa
tuhan punya tangan sesungguhnya, bukan kiasan. Tetapi tangan-Nya itu tidak sama
dengan apa pun. Baik ukurannya, massanya, struktur kimianya, DNA-nya, atau
semua halnya. Laisa kamitslihi syai'un, wa lam yakun lahu kufuwan ahad.
Tuhan di Langit, di Tempat
yang Tinggi dan di Arsy
Maka ketika kita bicara
tentang tuhan itu ada di suatu tempat, maka tidak bisa kita samakan
keberadaannya itu dengan makhluk ciptaan-
Nya. Sebab laisa
kamitslihi syai'un, wa lam yakun lahu kufuwan ahad.
Namun tuhan sendiri telah
menyebutkan di mana dirinya. Mari kita dengar baik-baik 'pengakuan' tuhan
langsung di dalam Al-Quran Al-Kariem.
“Tidakkah kamu merasa aman
dari Allah yang berada DI LANGIT bahwa Dia akan menjungkir-balikkan bumi
bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang. Atau apakah merasa
aman terhadap Allah yang DI LANGIT bahwa Dia akan mengirimkan badai yang
berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat) mendustakan
peringatan-Ku”. (QS Al-Mulk: 16-17).
Selain itu juga silahkan
buka surat lainnya:
“Yang Maha Pemurah itu
berada DI ATAS ‘ARYS BERSEMAYAM”.(QS
Thaha: 5)
“Sesungguhnya tuhan kamu
adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi lalu bersemayam DI ATAS
‘ARSY”. (QS. Al-A‘raf: 54).
Juga ada sabda utusan resmi
dari tuhan, nabi Muhammad SAW tentang keberadaan Allah SWT.
Dari Abdullah bin Amr bahwa
Rasulullah SAW bersabda,”Kasihanilah yang bumi maka kamu akan dikasihani oleh
Yang DI LANGIT”. (HR. Tirmiziy).
Dan dalil yang menyebutkan
bahwa Allah ada di langit, Arsy atau di tempat yang tinggi itu sangat banyak
sekali dalam Al-Quran maupun Al-Hadits.
Benarkah Allah Ada di
mana-mana?
Sebaliknya, tentang
keterangan bahwa Allah SWT itu ada di mana-mana, sama sekali kita tidak
mendapatkan dalil yang sharih. Paling jauh ada ayat berikut ini saja:
Dan Dia bersama kamu di
mama saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Hadid: 4)
Namun kata ma'a tidak
berarti menunjukkan tempat seseorang berada. Sebab dalam percakapan kita bisa
mengatakan bahwa aku menyertaimu, meski pada kenyataannya tidak berduaan. Sebab
kebersamaan Allah SWT dalam ayat ini adalah berbentuk muraqabah atau
pengawasan.
Seperti ketika Rasulullah
SAW berkata kepada Abu Bakar ra di dalam gua,"Jangan kamu sedih, Allah
beserta kita." Ini tidak berarti Allah SWT ikut masuk gua. Juga ketika
Musa as berkata, "Bersamaku tuhanku," tidak berarti Allah SWT ada di
pinggir laut merah saat itu.
Jikalau kamu tidak
menolongnya maka sesungguhnya Allah telah menolongnya ketika orang-orang kafir
mengeluarkannya sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada
dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, "Janganlah kamu berduka
cita, sesungguhnya Allah beserta kita."
(QS At-Taubah: 40)
Musa menjawab,
"Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak
Dia akan memberi petunjuk kepadaku." (QS As-Syu'ara: 62).
Wallahu a'lam bishshawab,
wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.
Sumber : http://www.rumahfiqih.com/