Assallamualaikum ustadz
sarwat yang saya hormati...
Saya ingin bertanya. kenapa para nabi itu hanya diturunkan di jazirah arab dan apa hikmah dari penurunan nabi hanya di jazirah arab?
Terima kasih atas jawabannya, wassalam
Jawaban :
Assalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Pernyataan bahwa para nabi
turun di negeri Arab ini sebenarnya perlu sedikit dikoreksi. Hal itu mengingat
batas wilayah negeri Arab di masa kini jauh berbeda dengan di masa lalu.
Di masa lalu, yaitu pada
saat para nabi itu diutus, negeri-negeri yang mereka tempati bukanlah negeri
Arab. Setidaknya saat itu belum lagi menjadi negeri arab. Tetapi memang
benar kalau dilihatnya pada zaman sekarang, karena negeri-negeri yang dulunya
bukan Arab, sekarang ini sudah jadi negeri Arab. Hal itu terjadi karena dakwah
Nabi Muhammad SAW memang telah sukses mengislamkan negeri-negeri yang jauh di
luar batas negeri Arab, sampai negeri itu bukan cuma memeluk Islam, tetapi
berubah menjadi bagian dari Arab. Dengan demikian yang lebih tepat
dikatakan adalah bahwa dahulu para nabi tidak diturunkan di negeri Arab. Dan
oleh karena itu tidak tepat kalau disebutkan bahwa para nabi hanya turun di
negeri Arab.
Dan sesungguhnya para nabi
yang selain arab itu cukup banyak, misalnya Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Daud,
Nabi Sulaiman, Nabi Isa dan lainnya. Dari 25 orang nama para nabi yang
disebutkan di dalam Al-Quran, cuma Nabi Muhammad SAW saja yang dipastikan
berkebangsaan Arab dan benar-benar tinggal di Jazirah Arabia. Selebihnya
justru para nabi yang kita kenal itu malah berkebangsaan selain Arab. Dan yang
paling banyak adalah para nabi yang berkebangsaan Yahudi.
Kalau saya sebut para nabi
itu berkebangsaan Yahudi, maksudnya tentu bukan agama yahudi yang kita kenal
saat ini. Tetapi Yahudi yang dimaksud adalah yahudi dalam pengertian nama
sebuah jenis ras, nama darah dan nama sebuah bangsa. Mungkin Anda heran,
kalau para nabi di dalam Al-Quran itu buakn Arab, kenapa mereka berdialog dalam
bahasa Arab?
Jawabannya sederhana,
karena kisah para nabi itu disampaikan oleh Al-Quran yang bertutur dengan menggunakan
bahasa Arab, maka secara otomatis semua dialognya 'diterjemahkan' ke dalam
bahasa Arab. Dan tidak mungkin dialog mereka disampaikan dalam bahasa aslinya. Jadi
disinilah salah satu keunikan Al-Quran, para nabi yang sesungguhnya bukan orang
Arab dan tidak bisa berbahasa Arab itu, di dalam Al-Quran tampil dan berdialog
bahasa Arab, yang sudah diterjemahkan oleh Allah SWT.
Dan dari sisi geografis,
para nabi itu juga tidak tinggal di negeri Arab, setidaknya untuk ukuran saat
itu. Sebab di masa lalu, negeri tempat para nabi diutus itu belum lagi menjadi
negeri Arab. Sebutlah misalnya Mesir. Memang sekarang ini nama resminya
adalah Republik Arab Mesir. Tetapi di zaman Nabi Ibrahim atau zaman Nabi Musa,
Mesir itu bukan negeri Arab. Begitu juga Palestina, memang sekarang ini
adalah sebuah negara Islam dan berpenduduk mayoritas Islam, bahkan rakyatnya
berbahasa Arab.
Tetapi di masa Nabi
Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa hidup, Palestina bukan negeri arab, penduduknya
pun tidak berbahasa Arab. Hal yang sama juga dengan Iraq dan Yaman, kedua
di era para nabi di ummat terdahulu juga bukan negeri Islam. Iraq itu dulunya
adalah wilayah kekaisaran Persia, penduduknya menyembah api (Majusi), bahasanya
juga bukan Arab. Dan Yaman di masa Ratu Balqis bukan negara Arab. Bahkan di
masa kelahiran Nabi Muhammad SAW masih merupakan kerajaan Kristen.
Maka pernyataan bahwa para
nabi hanya diutus di negeri arab menjadi kurang tepat, kalau dikaitkan dengan
konteks di masa itu. Tetapi kalau dikaitkan dengan konteks di masa sekarang,
memang negeri negeri yang dulu pernah diturunkan para nabi saat ini sudah
menjadi negara Islam. Minimal penduduknya mayorits beragama Islam. Dan yang
menarik ternyata mereka pun berbahasa Arab, bahkan menamakan negaranya dengan
nama nama arab.
Wajar kalau orang yang
tidak tahu asal muasal sejarahnya keliru dalam menilai, seolah oleh semua nabi
itu orang arab dan turunnya hanya di negeri arab. Tetapi barangkali Anda
masih penasaran, kenapa para nabi hanya diturunkan di wilayah seputar arab saja,
walaupun di masa lalu belum menjadi negeri arab?
Dan pertanyaan Anda mungkin
akan ditambahkan, misalnya apakah di negeri selain seputaran arab itu tidak ada
nabi? Bagaimana dengan benua Eropa, benua Amerika, benua Afrika, benua Asia dan
tentunya dengan wilayah kepulauan nusantara? Tidak kah di negeri negeri itu ada
nabi? Jawabannya memang agak sulit. Sebab kita memang belum menemukan
bukti otentik dan meyakinkan bahwa di Eropa Barat, pedalaman Afrika atau di
benua baru Amerika pernah ditemukan jejak para nabi. Termasuk kita tidak
menemukan jejak para nabi di kepulauan nusantara.
Tetapi tidak ditemukannya
jejak para nabi di tempat tempat itu bukan berarti tidak pernah ada nabi
disana. Bukankah kita juga tidak pernah menemukan bukti otentik dimana dahulu
Nabi Adam alaihissalam tinggal? Yang kita punya cuma kisah kisah di kitab suci,
tetapi tidak dengan bukti otentik secara sains. Yang jelas, di dalam
hadits disebutkan bahwa jumlah nabi dan rasul tidak terbatas hanya 25 orang
saja. Jumlah mereka jauh lebih banyak dari itu, hingga mencapai 124 ribu orang.
Sebuah jumlah yang sangat besar tentunya.
Hanya sebagian kecil saja
yang kisahnya disebutkan di dalam Al-Quran dan hadits, selebihnya tidak pernah
disebutkan. Dari yang sedikit itu, yang secara tegas disebut namanya cuma 25
orang di dalam Al-Quran. Jadi sisanya, yaitu sebanyak 123.975 orang nabi
dan rasul, tidak disebutkan namanya dalam Al-Quran. Sebagian lagi kisah mereka
kita ketahui dari hadits nabi, yang sumbernya adalah para shahabat yang dulunya
pemeluk agama ahli kitab.
Maka wajar kalau kita tidak
tahu siapa mereka, dan dimana saja mereka diutus. Tetapi yang sudah pasti
adalah bahwa Allah tidak akan membiarkan keberadaan suatu bangsa, kecuali Allah
utus kepada mereka orang orang yang membawa pesan dari Allah. Baik dia
berstatus nabi, rasul, atau pun para murid dan binaannya.
Tetapi kemungkinan adanya
suatu bangsa tidak punya nabi pun tidak tertutup. Salah satunya justru bangsa
arab sendiri. Terakhir di negeri arab ada nabi hingga masa diutusnya nabi
Muhammad SAW lumayan lama. Kalau Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul pada
tahun 610 Masehi (abad ketujuh), maka nabi sebelumnya di Mekkah adalah Nabi
Ibrahim dan puteranya, Nabi Ismail alaihimassalam.
Banyak sejarawan yang
berbeda pendapat kapan masa hidup kedua nabi ini. Salah satu versinya menyebutkan
setidaknya Nabi Ibrahim hidup 1900-an tahun sebelum Nabi Isa lahir. Itu berarti
20 abad sebelum masehi. Kalau ditambahkan dengan masa kenabian Muhammad SAW,
maka jarak totalnya 27 abad. Lumayan lama kan?
Tambahan lagi, di masa itu
setiap bangsa punya agama sendiri-sendiri, sehingga walaupun di Palestina ada
agama yang dibawa oleh Nabi Isa, namun agama itu tidak berlaku buat bangsa
Arab. Jadi percuma saja. Masa kosong 27 abad ini disebut para ulama dengan
masa fatrah, dimana nabi sebelumnya sudah lama tiada, sedangkan yang baru belum
diutus.
Lalu bagaimana nasib mereka
yang menjadi ahlul fatrah?
Tentunya mereka tidak
mungkin menjalankan agama dan syariah, sebab agamanya tidak ada, apalagi
syariahnya. Dalam hal ini, kita tidak bisa menjawabnya. Sebab Allah SWT
pun tidak menyebutkan hukumnya dengan tegas. Jadi kita serahkan saja kepada
Allah. Yang kita tahu Allah SWT itu Maha Adil dan Maha Mengetahui.
Wallahu a'lam bishshawab,
wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc., MA
Ahmad Sarwat, Lc., MA
Sumber :
http://www.rumahfiqih.com/