Ustadz,
Saya punya pendapat.
Bagaimana jika Dakwah Islam (baik internal maupun eksternal) dimulai dari yang
sangat sederhana dulu, yaitu: tanamkan nilai-nilai kejujuran terlebih dahulu.
Jika Umat Islam dikenal jujur, mereka akan dipercaya, jika sudah dipercaya, semua
akan lebih mudah. Hal ini dicontohkan oleh Rasulullah sendiri, sehingga dikenal
sebagai Al-Amin. Hal ini harus dimulai dari kita sendiri dan jugadari
tokoh-tokoh Islam, semua harus jujur dahulu.
Yang kedua, tolong beri
kami pencerahan tentang apa arti dari 'Islam sebgai Rachmatan lil-alamin."
Apakah ini berarti (salah satunya), "jangan mengaku sebagai orang Islam
jika kamu tidak dapat memberi manfaat bagi lingkunganmu"
Yang ketiga, bagaimana cara
menghormati Rasul-Rasul Allah", selain nabi Muhammad itu sendiri, misal
Ibrahim, Musa, dan Isa.
Saya sering mengatakan
kepada teman-teman Nasrani, bahwa saya menjalankan apa saja yang diperintahkan
oleh Nabi Isa, kecuali bila hal itu sudah diralat oleh Muhammad (Dan, itu tidak
banyak). Jadi semua ajaran kebaikan yang ada di Kristen, saya wajib
menjalankannya. Sehingga, saya katakan, saya adalah pengikut Isa plus Muhammad.
Salahkah saya?
Terima kasih Ustadz.
Jawaban :
Assalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
1. Ide untuk terlebih
dahulu menanamkan nilai-nilai kejujuran kepada objek dakwah adalah ide yang
sangat baik. Terutama bila masalah yang paling mendasar adalah tidak adanya
kejujuran. Tentu sangat tepat bila ditekankan hal yang sekiranya menjadi akar
permasalahan.
Namun tentu saja apa yang
berkecamuk di tengah masyarakat muslim tidak hanya semata-mata masalah
kejujuran. Mungkin saja di suatu komunitas, masalah kejujuran sudah boleh
dibilang final, namun ada hal-hal lain yang sedang melanda mereka, misalnya
kekurangan semangat untuk berjihad mempertahankan negeri yang sedang dirampas
musuh. Dalam keadaan seperti itu, penekanan pada masalah jihad menjadi sangat
penting.
Sebagai juru dakwah, kita
diibaratkan seperti tim dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit. Rumah sakit
itu seperti pada umumnya menangani ribuan pasien dengan beragam penyakit dan
keluhan. Ribuan keluhan itu tentu ada penyebabnya. Karena itu tiap pasien perlu
didiagnosis satu persatu dengan teliti. Bahkan proses pengobatan yang profesional
mengharuskan pasien melakukan general chek-up, agar diketahui dengan pasti
keadaan dirinya.
Sebuah rumah sakit tidak
boleh main hantam rata bahwa semua pasien pasti punya penyakit yang sama. Dan
lebih mustahil lagi bila sebuah rumah sakit hanya memberikan satu obat yang
sama untuk semua pasien. Yang terbiasa memberi satu obat yang sama untuk
semua penyakit bukan sebuah rumah sakit, tetapi justru tukang obat di pinggir
jalan. Mulai dari penyakit letih, lemah, lesu, encok, kurang darah, terkilir,
wasir, sampai urusan penyakit dalam yang kronis, obatnya itu-itu juga.
Di luar urusan rumah sakit
dan pasien, tentu ada petunjuk cara hidup sehat, misalnya dengan makan makanan
yang sehat, bergizi, higyenis, cukup tidur, kurangi stress, hindari makanan
tidak sehat yang berkolesterol atau mengadung zat-zat berbahaya semacam khamar,
zat pewarna buatan, melamin dan setersnya. Di samping itu para dokter juga
biasa memberi saran kepada kita untuk banyak berolah raga namun tetap harus
seimbang serta banyak tips-tips lainnya untuk menjaga kesehatan dan kebugaran.
Demikian juga dengan para
juru dakwah, di luar kasus-kasus parah yang sedang ditangani, biasanya secara
umum juru dakwah memberikan nasehat, pembinaan, wejangan, saran yang bersifat
umum tentang penyakit umat. Ini berlaku buat khalayak umum. Namun pada kasus
tertentu, ada yang sampai harus jadi pasien dengan keluhan yang spesifik. Saat
itu mereka harus dimasukkan rumah sakit dengan penanganan khusus.
Jadi apa yang anda
sampaikan ada benarnya dan tidak salah. Hanya perlu dipahami bahwa urusan
kejujuran ini hanyalah satu dari sekian banyak penyakit yang melanda umat ini.
Kalau pertanyaannya harus
dari mana kita melakukan perbaikan di tengah umat ini, maka jawabannya menurut
hemat kami lebih baik kita memperbanyak dulu jumlah tenaga dokter dan jumlah
rumah sakit. Sebab yang sekarang ini terjadi adalah kita kebanjiran ratusan
ribu pasien, sementara dokternya hanya beberapa gelintir, bahkan rumah sakitnya
pun tidak memenuhi standar.
Walhasil, banyak pasien
yang datang ke tukang obat di pinggir jalan, atau malah datang ke dukun palsu,
atau mencari-cari pengobatan alternatif yang tidak pernah bisa dipastikan
profesionalismenya.
Tentu saja dokter dan rumah
sakit yang kita butuhnya bukan hanya diperlukan dari segi kuantitasnya, tetapi
perlu diperhatikan kualitasnya. Dan lebih penting dari itu, seharusnya semua bisa
didapat dengan biaya gratis.
Pengobatan ala tukang obat
pinggir jalan itu adalah sebuah ibarat dari pemikiran sekuler ala barat yang
sedang dikampanyekan oleh aktifis liberalis. Sedangkan pengobatan alternatif
yang tidak bertanggung-jawab itu adalah pengibaratan dari paham-paham sesat
tradisionalis yang mencampur-adukkan ajaran Islam dengan beragam aliran sesat.
Mengapa banyak umat Islam
yang terjerumus ke dalam pemikiran liberalisme dan aliran sesat lainnya, karena
jumlah da'i profesional yang menguasai ilmu syariah sangat sedikit. Jumlah yang
sudah sedikit itu masih ditambah lagi dengan kalah pamor, kurang ekspose serta
tidak melakukan kerjasama aliansi yang positif. Mereka cenderung berjalan
sendiri-sendiri.
2. Makna Rahmatan lil
'Alamin
Ungkapan itu boleh kita
terima, tapi jangan dijadikan batas antara muslim dan bukan muslim, yaituhanya
sekedar bermanfaat atau tidak bermanfaat.
Sebab batas antara Islam
dan kafir itu sangat berat dan mencakup masalah-masalah yang esensial.
Ungkapan itu harus di
tempatkan sesuai pada posisinya, yaitu untuk memberikan dorongan yang kuat agar
tiap muslim berupaya bisa bermanfaat buat orang lain. Sedangkan konsep
bermanfaat untuk orang lain itu masih sangat subjektif dan tiap orang bisa
membuat kriteria yang bebas.
3. Tidak terlalu salah apa
yang anda sampaikan, meski pun kiranya bisa lebih disesuaikan menjadi: Kita
beriman kepada nabi Muhammad SAW dan juga kepada semua nabi yang pernah Allah
utus, termasuk nabi Isa 'alaihissalam.
Dan termasuk salah satu
bentuk penghormatan kita kepada nabi Isa adalah kita tidak rela kalau sosok
beliau dihina dan diputar-balikkan sejarahnya, sehingga menjadi sesembahan
manusia. Apalagi sampai dibuatkan patungnya. Semua itu bukan hanya bohong
tetapi sekaligus juga penghinaan terbesar yang dilakukan sekelompok manusia
kepada seorang nabi utusan Allah.
Berbohong tentang nabi
Muhammad SAW diancam masuk neraka, maka berbohong tentang nabi Isa 'alaihissalam pun
termasuk kemungkaran yang sangat besar. Kita diwajibkan untuk membersihkan citra
nabi Isa dari segala atribut ketuhanan buatan orang kafir. Kita tidak boleh
rela dan diam saja ada seorang nabi utusan Allah difitnah sekejam itu. Itulah
bentuk iman dan penghormatan kita kepada semua nabi.
Khusus buat nabi Isa, kita
umat Islam ini memang punya hubungan khusus yang tidak terjadi antara kita
dengan para nabi yang lain. Hubungan itu adalah bahwa nabi Isa alaihissalam itu
suatu hari akan bergabung menjadi umat Muhammad SAW, berjuang bersama umat
Islam menegakkan keadilan, merobohkan gereja dan semua bentuk kemusyrikan
lainnya. Bahkan beliau akan shalat menjadi makmum bersama umat Islam.
Maka wajar bila kita adalah
umat yang paling tersinggung bila menyaksikan siapapun menghina dan melecehkan
nabi Isa 'alaihissalam. Baik dengan cara menyembahnya, menuduhnya
sebagai anak tuhan, atau membuat patung salibnya. Bahkan menuduhnya menjadi
juru selamat.
Wallahu a'lam bishshawab,
wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.
Sumber :
http://www.rumahfiqih.com/