Tutuplah aurat walaupun akhlak belum baik, Sholatlah walaupun belum bisa Khusyu, Hindarilah pacaran walaupun ada niat menikahinya, Bacalah Al-Qur'an walaupun tidak tau artinya.. Inshaa Allah jika Terus menerus, hal yang lebih baik akan kita dapatkan...

Rabu, 16 Juli 2014

Dakwah Islam, Dimulai dari Mana?

Ustadz,
Saya punya pendapat. Bagaimana jika Dakwah Islam (baik internal maupun eksternal) dimulai dari yang sangat sederhana dulu, yaitu: tanamkan nilai-nilai kejujuran terlebih dahulu. Jika Umat Islam dikenal jujur, mereka akan dipercaya, jika sudah dipercaya, semua akan lebih mudah. Hal ini dicontohkan oleh Rasulullah sendiri, sehingga dikenal sebagai Al-Amin. Hal ini harus dimulai dari kita sendiri dan jugadari tokoh-tokoh Islam, semua harus jujur dahulu.

Yang kedua, tolong beri kami pencerahan tentang apa arti dari 'Islam sebgai Rachmatan lil-alamin." Apakah ini berarti (salah satunya), "jangan mengaku sebagai orang Islam jika kamu tidak dapat memberi manfaat bagi lingkunganmu"

Yang ketiga, bagaimana cara menghormati Rasul-Rasul Allah", selain nabi Muhammad itu sendiri, misal Ibrahim, Musa, dan Isa.

Saya sering mengatakan kepada teman-teman Nasrani, bahwa saya menjalankan apa saja yang diperintahkan oleh Nabi Isa, kecuali bila hal itu sudah diralat oleh Muhammad (Dan, itu tidak banyak). Jadi semua ajaran kebaikan yang ada di Kristen, saya wajib menjalankannya. Sehingga, saya katakan, saya adalah pengikut Isa plus Muhammad. Salahkah saya?
Terima kasih Ustadz.


Jawaban :

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

1. Ide untuk terlebih dahulu menanamkan nilai-nilai kejujuran kepada objek dakwah adalah ide yang sangat baik. Terutama bila masalah yang paling mendasar adalah tidak adanya kejujuran. Tentu sangat tepat bila ditekankan hal yang sekiranya menjadi akar permasalahan.

Namun tentu saja apa yang berkecamuk di tengah masyarakat muslim tidak hanya semata-mata masalah kejujuran. Mungkin saja di suatu komunitas, masalah kejujuran sudah boleh dibilang final, namun ada hal-hal lain yang sedang melanda mereka, misalnya kekurangan semangat untuk berjihad mempertahankan negeri yang sedang dirampas musuh. Dalam keadaan seperti itu, penekanan pada masalah jihad menjadi sangat penting.

Sebagai juru dakwah, kita diibaratkan seperti tim dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit. Rumah sakit itu seperti pada umumnya menangani ribuan pasien dengan beragam penyakit dan keluhan. Ribuan keluhan itu tentu ada penyebabnya. Karena itu tiap pasien perlu didiagnosis satu persatu dengan teliti. Bahkan proses pengobatan yang profesional mengharuskan pasien melakukan general chek-up, agar diketahui dengan pasti keadaan dirinya.

Sebuah rumah sakit tidak boleh main hantam rata bahwa semua pasien pasti punya penyakit yang sama. Dan lebih mustahil lagi bila sebuah rumah sakit hanya memberikan satu obat yang sama untuk semua pasien. Yang terbiasa memberi satu obat yang sama untuk semua penyakit bukan sebuah rumah sakit, tetapi justru tukang obat di pinggir jalan. Mulai dari penyakit letih, lemah, lesu, encok, kurang darah, terkilir, wasir, sampai urusan penyakit dalam yang kronis, obatnya itu-itu juga.

Di luar urusan rumah sakit dan pasien, tentu ada petunjuk cara hidup sehat, misalnya dengan makan makanan yang sehat, bergizi, higyenis, cukup tidur, kurangi stress, hindari makanan tidak sehat yang berkolesterol atau mengadung zat-zat berbahaya semacam khamar, zat pewarna buatan, melamin dan setersnya. Di samping itu para dokter juga biasa memberi saran kepada kita untuk banyak berolah raga namun tetap harus seimbang serta banyak tips-tips lainnya untuk menjaga kesehatan dan kebugaran.

Demikian juga dengan para juru dakwah, di luar kasus-kasus parah yang sedang ditangani, biasanya secara umum juru dakwah memberikan nasehat, pembinaan, wejangan, saran yang bersifat umum tentang penyakit umat. Ini berlaku buat khalayak umum. Namun pada kasus tertentu, ada yang sampai harus jadi pasien dengan keluhan yang spesifik. Saat itu mereka harus dimasukkan rumah sakit dengan penanganan khusus.
Jadi apa yang anda sampaikan ada benarnya dan tidak salah. Hanya perlu dipahami bahwa urusan kejujuran ini hanyalah satu dari sekian banyak penyakit yang melanda umat ini.

Kalau pertanyaannya harus dari mana kita melakukan perbaikan di tengah umat ini, maka jawabannya menurut hemat kami lebih baik kita memperbanyak dulu jumlah tenaga dokter dan jumlah rumah sakit. Sebab yang sekarang ini terjadi adalah kita kebanjiran ratusan ribu pasien, sementara dokternya hanya beberapa gelintir, bahkan rumah sakitnya pun tidak memenuhi standar.

Walhasil, banyak pasien yang datang ke tukang obat di pinggir jalan, atau malah datang ke dukun palsu, atau mencari-cari pengobatan alternatif yang tidak pernah bisa dipastikan profesionalismenya.

Tentu saja dokter dan rumah sakit yang kita butuhnya bukan hanya diperlukan dari segi kuantitasnya, tetapi perlu diperhatikan kualitasnya. Dan lebih penting dari itu, seharusnya semua bisa didapat dengan biaya gratis.
Pengobatan ala tukang obat pinggir jalan itu adalah sebuah ibarat dari pemikiran sekuler ala barat yang sedang dikampanyekan oleh aktifis liberalis. Sedangkan pengobatan alternatif yang tidak bertanggung-jawab itu adalah pengibaratan dari paham-paham sesat tradisionalis yang mencampur-adukkan ajaran Islam dengan beragam aliran sesat.

Mengapa banyak umat Islam yang terjerumus ke dalam pemikiran liberalisme dan aliran sesat lainnya, karena jumlah da'i profesional yang menguasai ilmu syariah sangat sedikit. Jumlah yang sudah sedikit itu masih ditambah lagi dengan kalah pamor, kurang ekspose serta tidak melakukan kerjasama aliansi yang positif. Mereka cenderung berjalan sendiri-sendiri.

2. Makna Rahmatan lil 'Alamin
Ungkapan itu boleh kita terima, tapi jangan dijadikan batas antara muslim dan bukan muslim, yaituhanya sekedar bermanfaat atau tidak bermanfaat.

Sebab batas antara Islam dan kafir itu sangat berat dan mencakup masalah-masalah yang esensial.
Ungkapan itu harus di tempatkan sesuai pada posisinya, yaitu untuk memberikan dorongan yang kuat agar tiap muslim berupaya bisa bermanfaat buat orang lain. Sedangkan konsep bermanfaat untuk orang lain itu masih sangat subjektif dan tiap orang bisa membuat kriteria yang bebas.

3. Tidak terlalu salah apa yang anda sampaikan, meski pun kiranya bisa lebih disesuaikan menjadi: Kita beriman kepada nabi Muhammad SAW dan juga kepada semua nabi yang pernah Allah utus, termasuk nabi Isa 'alaihissalam.

Dan termasuk salah satu bentuk penghormatan kita kepada nabi Isa adalah kita tidak rela kalau sosok beliau dihina dan diputar-balikkan sejarahnya, sehingga menjadi sesembahan manusia. Apalagi sampai dibuatkan patungnya. Semua itu bukan hanya bohong tetapi sekaligus juga penghinaan terbesar yang dilakukan sekelompok manusia kepada seorang nabi utusan Allah.

Berbohong tentang nabi Muhammad SAW diancam masuk neraka, maka berbohong tentang nabi Isa 'alaihissalam pun termasuk kemungkaran yang sangat besar. Kita diwajibkan untuk membersihkan citra nabi Isa dari segala atribut ketuhanan buatan orang kafir. Kita tidak boleh rela dan diam saja ada seorang nabi utusan Allah difitnah sekejam itu. Itulah bentuk iman dan penghormatan kita kepada semua nabi.

Khusus buat nabi Isa, kita umat Islam ini memang punya hubungan khusus yang tidak terjadi antara kita dengan para nabi yang lain. Hubungan itu adalah bahwa nabi Isa alaihissalam itu suatu hari akan bergabung menjadi umat Muhammad SAW, berjuang bersama umat Islam menegakkan keadilan, merobohkan gereja dan semua bentuk kemusyrikan lainnya. Bahkan beliau akan shalat menjadi makmum bersama umat Islam.

Maka wajar bila kita adalah umat yang paling tersinggung bila menyaksikan siapapun menghina dan melecehkan nabi Isa 'alaihissalam. Baik dengan cara menyembahnya, menuduhnya sebagai anak tuhan, atau membuat patung salibnya. Bahkan menuduhnya menjadi juru selamat.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc.
Sumber : http://www.rumahfiqih.com/


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tulisan Terbaru