Assalamu 'alaikum wr. wb.
Mohon penjelasan terkait dengan khutbah Idul Fithri :
1. Apa kedudukan khutbah dalam shalat Idul Fithri, apakah menjadi syarat sah sebagaimana shalat Jumat ataukah boleh seandainya tidak ada khutbahnya?
2. Bolehkah khutbah dulu baru shalat ataukah memang harus setelah shalat?
3. Apakah harus ada dua khutbah dengan duduk di antara keduanya sebagaimana khutbah Jumat? Ataukah boleh hanya sekali khutbah saja?
4. Khatib yang menyampaikan khutbah Idul Fithri, apakah dia wajib suci dari hadats dan dalam keadaan berwudhu'?
5. Bolehkah khutbah dilakukan tidak berdiri dan hanya duduk saja, karena udzur tertentu?
Demikian pertanyaan kami dan terima kasih sebelumnya.
Wassalam
Mohon penjelasan terkait dengan khutbah Idul Fithri :
1. Apa kedudukan khutbah dalam shalat Idul Fithri, apakah menjadi syarat sah sebagaimana shalat Jumat ataukah boleh seandainya tidak ada khutbahnya?
2. Bolehkah khutbah dulu baru shalat ataukah memang harus setelah shalat?
3. Apakah harus ada dua khutbah dengan duduk di antara keduanya sebagaimana khutbah Jumat? Ataukah boleh hanya sekali khutbah saja?
4. Khatib yang menyampaikan khutbah Idul Fithri, apakah dia wajib suci dari hadats dan dalam keadaan berwudhu'?
5. Bolehkah khutbah dilakukan tidak berdiri dan hanya duduk saja, karena udzur tertentu?
Demikian pertanyaan kami dan terima kasih sebelumnya.
Wassalam
Jawaban :
Assalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Di dalam shalat Idul Fithri
dan Idul Adha ada khutbah, sebagaimana kita tahu bahwa di dalam shalat Jumat
juga disyariatkan. Namun ada perbedaan mendasar antara kutbah shalat Idul
Fithri atau Idul Adha dengan khutbah Jum'at. Di antara perbedaannya adalah
sebagai berikut :
1. Hukum Khutbah Dalam Shalat Id
Para ulama umumnya sepakat
berpendapat bahwa hukum mengadakan khutbah seusai shalat Idul Fithri dan Idul
Adha adalah sunnah, dan bukan rukun atau kewajiban. Sehingga apabila panitia
sama sekali tidak menggelar khutbah, hukumnya sudah sah.
Berbeda dengan shalat
Jumat, dimana khutbah dalam shalat Jumat termasuk syarat sah dari shalat Jumat.
Artinya, shalat Jumat menjadi tidak sah apabila tidak didahului dengan dua
khutbah. Dan mereka menyepakati bahwa kedudukan kedua khutbah ini menjadi
pengganti dari dua rakaat shalat Dzhuhur.
2. Khutbah Dilaksanakan Setelah Shalat
Khutbah Shalat Idul Fithri
dan Idul Adha dilaksanakan setelah shalat. Jadi yang urutannya adalah shalat
dua rakaat terlebih dahulu, baru kemudian khutbah disampaikan.
Hal itu berbeda dengan
khutbah Jumat yang harus dikerjakan sebelum shalat Jumat dilaksanakan. Apabila
yang dilakukan terlebih dahulu adalah shalat baru kemudian khutbah, maka
sehabis khutbah harus dikerjakan lagi shalat Jumat.
Alasannya karena syarat
khutbah Jumat itu harus diteruskan sesudahnya dengan shalat. Dan adanya syarat
ini membedakan khutbah Jumat dengan khutbah-khutbah masyru'ah lainnya yang
tidak disyaratkan harus diikuti dengan shalat.
Resiko dari urutan khutbah
sesudah shalat pasti ada, yaitu bubarnya jamaah seusai shalat dilaksanakan. Hal
itu sudah pernah terjadi di masa lalu, ketika Marwan menjadi pemimpin Madinah.
Ketika itu orang-orang banyak yang pulang sesuai shalat, lalu Marwan
berinisiatif untuk berkhutbah sebelum shalat, namun dicegah.
3. Dua Kali Khutbah Atau Cukup Sekali?
Kebanyak ulama memandang
bahwa khutbah pada shalat Idul Fithr dan Idul Adha cukup satu kali dan tidak
perlu dua kali.
Namun ulama dalam mazhab
Asy-Syafi'iyah menyebutkan bahwa diutamakan khutbah dua kali sebagaimana khutbah
shalat Jumat. Namun sifatnya bukan kewajiban atau rukun, melainkan sekedar
sesuatu yang disunnahkan saja.
Dan bila pada khutbah Jumat
diharuskan ada duduk antara dua khutbah untuk membedakan antara khutbah pertama
dan khutbah kedua, maka pada khutbah Ied tidak diwajibkan untuk duduk diantara
dua khutbah. Sebab bila dilakukan hanya dengan satu khutbah pun tidak mengapa,
karena hukumnya sunnah bukan kewajiban.
4. Haruskan Khatib Dalam Keadaan Suci?
Dalam mazhab
Asy-syafi’iyah, tetap disunnahkan bagi khatib untuk menyampaikan khutbah dalam
keadaan suci dari hadits kecil dan hadats besar.
Namun statusnya bukan
merupakan syarat sah atau pun kewajiban, melainkan hanya kesunnahan saja.
Bila dalam khutbah Jumat
disyaratkan kondisi imam yang suci dari hadats kecil (dalam keadaan berwudhu’),
maka dalam khutbah Ied kesucian dari hadats ini tidak disyaratkan.
5. Haruskah Khatib Berkhutbah Dengan Berdiri?
Di dalam mazhab
Asy-Syafi’iyah, memang ada disunnahkan bagi khatib untuk menyampaikan khutbah
Id untuk mengambil posisi berdiri, sebagaimana yang menjadi ketentuan dalam
khutbah Jumat.
Namun untuk khutbah Id
statusnya bukan rukun atau syarat, melainkan kesunnahan saja.[1]
Wallahu a'lam bishshawab,
wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc., MA
Sumber :
http://www.rumahfiqih.com/
[1] Al-Fiqhul Islami
Wa Adillatuhu oleh Dr. Wahbah Zuhaili hal 1405
